Bab 13 : Bertemu keluarga Han

1918 Kata
Eunbi membuka pintu kamar. Pandangannya langsung tertuju pada satu kotak berukuran sedang dengan pita berwarna biru di tengah yang tergeletak di atas ranjang tidurnya.  Gadis itu duduk di tepi ranjang sambil mengamati kotak tersebut lamat-lamat. Ia sempat beberapa kali membolak-balik, juga mengocok kotak itu. Takut-takut jika itu berisi sesuatu yang bisa mengejutkan dirinya.  "Kotak apa ini? Apa isinya?" gumamnya pelan. Penasaran, pada akhirnya Eunbi membuka kotak tersebut. Decakan kagum jadi hal pertama yang keluar dari sela bibirnya begitu satu dress hitam dengan lengan transparant motif bunga terlipat rapi di dalam kotak. "Cantik," kagum Eunbi sambil mengamati dress tersebut.  Dengan segera ia berjalan menuju kamar mandi, mengganti pakaiannya juga sedikit memoles riasan natural di wajah.  "Ternyata aku cantik juga ya, hehe," ujarnya tertawa kecil sembari mengamati pantulan dirinya sendiri dari cermin berukuran pas badan, sesekali ia juga merapikan rambut coklat gelapnya yang saat ini ia gerai dengan sedikit model curly pada bagian ujung rambut.  Tiin Tinn!! Suara klakson memeka-kan telinga terdengar dari arah luar. Eunbi mendengkus, dengan segera ia mengemasi barang-barang yang diperlukan. Tak lupa ia kembali memoles lip tint pada bibir ranumnya. Gadis itu turun ke lantai bawah juga sedikit berlari kecil menghampiri Jaehyun yang sudah  menunggu di luar rumah.  Ia berdiri di samping mobil hitamnya sambil menatap kedatangan Eunbi dengan wajah datar.  "Kau ini bersiap atau apa? Kau lihat ini jam berapa?" semprot Jaehyun begitu Eunbi mendekat ke arahnya. Pria dengan rambut coma itu bersungut kesal sembari bersedekap dadda. Tanpa menunggu jawaban atau pembelaan Eunbi, Jaehyun segera memasuki mobil dengan raut kesal. Dengan wajah tidak kalah kesalnya Eunbi mengikuti Jaehyun masuk ke dalam mobil. Gadis itu masuk kemudian membanting pintu mobil dengan agak keras, hingga membuat Jaehyun yang duduk di bangku kemudi melotot ke arahnya.  "Bukan salahku jika lama bersiap. Kau sendiri yang tidak memberi tahu jika akan mengajak ku keluar," sanggah Eunbi cepat begitu Jaehyun akan membuka mulut atas kelakuannya membanting pintu.  Jaehyun sendiri hanya menarik napas panjang kemudian menghembuskannya amat perlahan, mencoba meredam rasa kesalnya yang sudah mencapai ubun-ubun.  "Tolong cek ponselmu, Nona. Sudah berapa panggilan juga pesan yang ku kirim, heum?" sahut Jaehyun dengan nada gemas-gemas kesal. Tanpa harus menunggu dua kali, Eunbi segera merogoh tas tangan kecil yang dibawanya. Ia menekan tombol pada sisi ponsel, namun tak kunjung menyala. "Ponselku mati hehe," ujarnya disertai cengiran lebar yang menunjukan deretan gigi putihnya.  Wanita itu meringis canggung, ia menundukan kepala sambil menghindari tatapan Jaehyun yang saat ini terlihat cukup seram menurutnya. Tanpa mengatakan apapun lagi, Jaehyun segera melajukan mobil miliknya agar mereka tidak semakin larut untuk sampai ke tempat tujuan.  Dalam perjalanan tak ada suara yang terlalu berarti, hanya terdengar deru mesin mobil juga suara radio yang terdengar sayup-sayup. Baik Eunbi maupun Jaehyun sama-sama diam dengan dunia mereka sendiri. Sebenarnya lebih kepada Eunbi yang asyik menikmati pemandangan malam dari dalam mobil.  Gadis itu terus menghadap ke sisi jendela, sesekali bersenandung lirih mengikuti alunan lagu milik soloist pria yang tengah terputar dan tersenyum kemudian. Entah apa yang tengah dipikirkan wanita muda itu. "Berhentilah tersenyum, kau terlihat mengerikan," celetuk Jaehyun memecah keheningan.  Eunbi menoleh, dilihatnya tajam Jaehyun yang masih fokus dengan kemudi.  Merasa diperhatikan, Jaehyun melirik sekilas ke arah si gadis dan tersenyum kecil. Lebih tepatnya tersenyum mengejek.  "Apa? Kau tersenyum-senyum sendiri kemudian bertingkah malu-malu. Kau terlihat mengerikan," ujar Jaehyun lagi.  Uh! Rasanya Eunbi ingin sekali menjejali mulut Jaehyun dengan kaus kaki miliknya yang belum sempat ia cuci. Apalagi melihat raut wajah pria itu yang tengah menyeringai ke arahnya, makin membuat Kwon Eunbi merasa kesal bukan kepalang.  Eunbi memilih untuk tidak menyahuti Han Jaehyun. Ia merasa terlalu malas untuk melakukannya, lagipun tidak ada gunannya, pikirnya.  Mobil Jaehyun sampai di pelataran kediaman keluarga Han setelah menempuh perjalanan selama kurang lebih dua puluh menit. Di depan pintu besar Nyonya Han sudah berdiri dengan senyum merekah di wajah. Siap menyambut keduanya. "Aigoo, kau cantik sekali. Jaehyun memang tidak salah pilih," ucap Nyonya Han sembari mengelus surai Eunbi. Gadis itu tersenyum seadanya, pipinya sudah bersemu karena malu. Jaehyun yang melihat hal itu sontak mengulas senyum mengejek, ia masih saja belum puas untuk menggoda si gadis.  Masih di teras depan. Tak lama kemudian seorang wanita muda datang dari arah dalam, ia tampak cantik dan terlihat begitu mirip  dengan Han Jaehyun.  Wanita dengan rambut sebahu itu tersenyum ramah ke arah Eunbi, ia juga mengulurkan tangannya yang langsung dijabat dengan hangat oleh si gadis Kwon.  "Annyeong, aku Yoona, Han Yoora," ujarnya memperkenalkan diri.  "Dia kakak Jaehyun," sambung Nyonya Han menginterupsi. Eunbi membungkuk sekilas, Yoona tersenyum manis, wanita yang nampak seperti Han Jaehyun versi wanita itu mengajak tiga orang lainnya untuk masuk ke dalam rumah.  Eunbi memasuki rumah dengan menempel pada Jaehyun yang berjalan di depannya, entah kenapa keringat dingin mulai muncul di dahi gadis itu begitu mereka berjalan masuk ke arah ruang makan.  Gadis itu juga sempat meremat bagian belakang pakaian yang dikenakan Jaehyun sebagai pelampiasan rasa gugupnya yang terasa amat menganggu.  Di meja makan Tuan Han telah menunggu, pria baya itu duduk di kursi paling ujung seperti para umumnya. Ia memperhatikan keempat orang yang baru saja bergabung dengan wajah datar.  Suasana jadi sedikit canggung, tak ada percakapan atau obrolan apapun. Bahkan rasanya helaan napas juga jadi suara yang samar untuk di dengar saat ini.  "Cha~ cha~ ayo makan, Eunbi-ya coba ini. Yoona memasak ini khusus untukmu," ujar Nyonya Park memecah keheningan.  Eunbi kembali mengangguk dengan ekspresi kaku, jujur saja ia merasa kurang nyaman dengan ekspresi Tuan Han yang masih saja datar. Hal itu membuatnya berpikir yang tidak-tidak.  Acara makan malam dimulai dengan keheningan, semua orang sibuk dengan makanan mereka sendiri tanpa ada salah satu di antara mereka yang membuka percakapan.  Sampai kemudian.  "Kenapa makan malam hari ini terasa kaku sekali?" Celetuk ringan Yoona mampu membuat semua orang menoleh, wanita dengan dress selutut berwarna pastel itu tersenyum kecil sebelum kembali berkata.  "Rileks saja, ini hanya makan malam bukannya ajang perang. Ayo saling bercerita dan mengenal satu sama lain," katanya kemudian.  Deheman Jaehyun jadi hal pertama yang terdengar setelah perkataan Yoona disusul pertanyaan Nyonya Han juga rentetan pertanyaan lainnya.  Suasana makan malam yang semula suram kini nampak lebih baik dengan cerita-cerita, juga percakapan ringan yang terjalin.  Selepas acara makan malam, Eunbi memutuskan membantu Nyonya Han juga Yoona menyiapkan buah-buahan sebagai makanan penutup.  Sedang Jaehyun dan Tuan Han, dua pria beda generasi itu tengah duduk bersama di sofa ruang tamu.  Jaehyun menggaruk tengkuk karena suasana yang ada di sekitarnya. Canggung, kata yang tepat untuk menggambarkan situasi saat ini, baik Jaehyun maupun Tuan Han hanya saling diam sejak lima menit yang lalu.  Sebenarnya itu lebih kepada Jaehyun yang tidak tahu harus melakukan apa karena sang Ayah yang hanya diam dengan tatapan lurus ke arah depan. Tepat menghadap televisi dengan layar yang menampakan warna hitam. "Apa gadis itu yang dimaksud Ibumu?" Pertanyaan Tuan Han yang terdengar tiba-tiba membuat Jaehyun terdiam beberapa saat sebelum kemudian mengangguk.  Ia baru saja akan menjelaskan sampai kemudian terdengar lagi suara Tuan Han menginterupsi.  "Apa dia benar-benar mengandung anakmu?" Lagi-lagi Jaehyun hanya bisa mengangguk. Jujur saja rasanya ia amat kesusahan untuk sekadar membuka mulut saat ini, ditambah sang Ayah yang kini sudah berganti menatap dirinya dengan wajah datarnya.  "Apa kau mencintainya?" Butuh jeda selama beberapa saat bagi Jaehyun untuk menjawab pertanyaan sang Ayah.  Ia tidak mencintai Kwon Eunbi, atau setidaknya belum. Tapi ia tidak mungkin mengatakan hal itu di depan sang Ayah atau rencananya akan berakhir sia-sia.  Maka Jaehyun mengangguk cepat, bersamaan dengan itu datang Eunbi dari arah belakang bersama sepiring buah-buahan juga jus dalam nampan.  Keduanya sempat bertemu tatap selama beberapa saat, Eunbi melihat ke arah Jaehyun dengan ekspresi bertanya tapi pria itu hanya membalasnya dengan membuang muka ke arah lain.  "Eunbi-ssi, silakan duduk," titah Tuan Han yang langsung dilakukan Kwon Eunbi.  Gadis itu mengambil tempat di sebelah Jaehyun dengan sesekali mencuri pandang ke arahnya dengan maksud bertanya apa yang sebenarnya tengah terjadi.  Suasana terasa begitu hening dan canggung, baru saja Jaehyun akan angkat suara untuk menanyakan maksud dari apa yang dilakukan oleh sang Ayah tapi suara bel lebih dulu terdengar nyaring.  Tuan Han berdiri dan berjalan ke arah pintu utama, membukanya sampai menampakan seorang perempuan dengan rambut tergerai bebas dan berhasil membuat dua orang lainnya terperangah karenanya.  Eunbi juga Jaehyun terkejut bukan main. Mereka saling bertukar pandang juga bertanya dalam diam soal mengapa ada Song Hari di sana.  Sementara itu Tuan Han juga Hari berjalan menuju dua orang lainnya dengan dua ekspresi berbeda. Jika Hari berekspresi tersenyum ceria mendapati Jaehyun ada di sana maka kegelisahan terlihat cukup kentara dari wajah Tuan Han meski pria baya itu mencoba memasang wajah datar.  Tanpa memperdulikan Kwon Eunbi, Hari segera menggeser gadis itu dan duduk tepat di sebelah Jaehyun. Menggandeng lengan pria itu sambil tersenyum cerah.  "Hari-ya." Ucapan Tuan Han menarik perhatian semua orang, termasuk Eunbi juga Jaehyun.  Sedangkan si gadis pemilik marga Song itu menyahut lirih, ia masih saja menggandeng erat lengan Jaehyun.  "Apa kau mencintai Han Jaehyun?" Tanpa ragu Hari mengangguk, gadis itu bahkan tersenyum kian lebar setelahnya.  "Iya, Paman. Aku benar-benar mencintai Jaehyun." "Lalu kau Han Jaehyun. Apa kau mencintai Song Hari?" Jaehyun yang sejak tadi hanya diam melamun tergagap mendengar pertanyaan sang Ayah, pria itu terbengong beberapa saat memikirkan jawaban apa yang akan ia berikan.  Dan jujur saja kepalanya sudah sejak tadi memikirkan apa kira-kira rencana yang tengah disusun oleh sang Ayah saat ini.  Merasa terlalu lama bagi Jaehyun untuk menjawab, Tuan Han kembali mengalihkan fokusnya ke arah Song Hari.  "Apa yang akan kau katakan pada Ayahmu jika seandainya perjodohan antara kau dan Jaehyun harus batal?" Pertanyaan itu menbuat Hari tersentak. Gadis itu terdiam dengan tatapan kosong tanpa alasan. Ia kemudian mendongak melihat ke arah Tuan Han dengan pasti.  "Apa mungkin hal itu terjadi? Bahkan persiapan pernikahan kami telah mencapai 70 persen," Hari balik bertanya.  Tuan Han menghela napas. Pria baya itu sempat melirik ke arah Eunbi yang sejak tadi hanya diam menyimak apa yang tengah dibicarakan.  "Dalam perjanjian perjodohan, ada satu hal yang tertulis. Dan mungkin juga kau sudah tahu. Siapapun diantara kalian berdua bisa membatalkam perjodohan asalkan bisa membawa pasangan yang memang benar-benar dicintai, maka hal itu bisa membuat perjodohan batal karena pihak yang membawa pasangan dianggap telah membawa jodohnya sendiri." Tuan Han menjeda ucapannya beberapa saat. Ia sempat melihat ke arah Hari yang kini diam dengan pandangan lurus ke arah bawah. Gadis itu juga telah melepaskan tautan tangannya di lengan Jaehyun, menggantinya dengan meremat telapak tangannya sendiri satu sama lain.  "Dalam kasus ini Paman ingin meminta maaf sekaligus menyampaikan satu hal. Dengan terpaksa kami akan membatalkan perjodohan antara dirimu dan Jaehyun, hal itu dikarenakan Jaehyun telah datang dengan jodohnya sendiri. Gadis itu bernama Kwon Eunbi," ucap Tuan Han melanjutkan.  Hari masih diam, ia hanya sempat melirik sekilas ke arah Kwon Eunbi yang hanya bisa tersenyum canggung di tempatnya. Ia benar-benar merasa kasihan dengan Song Hari.  "Paman akan segera menyampaikan hal ini pada Ayahmu, sekaligus meminta maaf untuk semuanya. Tapi hal ini terjadi di luar kendali." Tak ada sahutan, Hari masih diam dan hal itu membuat semua orang merasa khawatir. Termasuk Nyonya Han juga Yoona yang mencuri dengar dari arah dapur.  Keduanya memang sengaja tidak mau menganggu apa yang tengah dibicarakan oleh keempat orang di ruang tamu. Terdengar helaan napas kasar dari sela bibir Hari. Hal itu membuat semua orang melihatnya dengan rasa kasihan.  "Hari-ya." Kepalanya mendongak, dua matanya bertemu tatap dengan Jaehyun yang melihatnya dengan tatapan kasihan. Tapi di sisi lain ia juga merasa bahagia karena apa yang ia inginkan bisa terkabul.  "Kau pasti bisa mendapatkan seseorang yang jauh lebih baik dariku," kata Jaehyun lembut.  Hari dengan segera menghapus Air mata yang menetes di pipinya, ia mencoba tersenyum dan menatap ke arah Jaehyun juga Eunbi bergantian.  "Ya, ku harap."
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN