Bab 10 : Tuan Han

1412 Kata
Pagi itu suasana rumah terdengar sedikit ribut. Hal itu terjadi karena pagi-pagi buta, Nyonya Han datang berkunjung. Jaehyun yang membuka pintu tampak sangat terkejut akan kedatangan sang Ibu, pria itu terlihat gugup juga resah.  "Kau baik-baik saja?" tanya Nyonya Han khawatir.  Jaehyun mengangguk kecil. Ia mencoba mengalihkan perhatian sang Ibu dengan bertanya beberapa hal, termasuk soal kedatangan Ibunya yang tiba-tiba. "Ibu kenapa kemari?" Nyonya Han yang semula tengah merapikan beberapa barang yang ia bawa sontak menoleh ke arah sang putra.  Dahi wanita paruh baya itu berkerut, merasa aneh dengan apa yang baru saja dikatakan Han Jaehyun.  "Ibu tidak boleh berkunjung ke sini?" Jaehyun menggeleng cepat. Ia segera meralat juga menjelaskan maksud dari pertanyaannya sebelumnya.  "Bu, bukan begitu. Habisnya Ibu berkunjung tanpa memberitahu dulu sebelumnya, dan Ibu juga datang pagi-pagi sekali." "Ibu hanya ingin melihat keadaanmu saja, lagipula sudah lama Ibu tidak berkunjung ke mari. Dan ada beberapa hal yang ingin Ibu tanyakan padamu," jawab Nyonya Han.  Jaehyun mengangguk saja, kemudian pria itu berpamitan kepada sang Ibu untuk kembali ke kamar sebentar dengan alasan untuk membersikan diri.  Ia segera berjalan cepat meninggalkan area dapur dan bergegas menuju lantai dua. Tujuannya saat ini adalah kamar Kwon Eunbi.  Jaehyun kelimpungan, pria itu sudah ada di depan kamar si gadis tapi sialnya pintu itu terkunci.  Jaehyun sendiri memang tengah berusaha untuk menyembunyikan Eunbi yang masih terlelap di kamarnya.  Ia hanya tidak ingin sang Ibu kian berpikir yang tidak-tidak jika sampai wanita itu memergoki keberadaan Eunbi di rumahnya.  Pintu sudah diketuk beberapa kali, sesekali juga Jaehyun menggedor pintu kamar Eunbi meski tidak terlalu keras. Ia masih harus berhati-hati dan memastikan sang Ibu tidak mendengar apapun dari dapur.  Pria itu menggeram kesal karena si gadis Kwon tidak juga membukakan pintu. Ia kemudian melangkah ke arah laci yang terletak di pojok ruangan dan mengambil sesuatu dari sana.  Tidak sampai lima menit pintu berhasil terbuka berkat kunci cadangan yang Jaehyun bawa. Pria itu menghela napas frustasi begitu mendapati si gadis Kwon masih terlelap nyaman di atas ranjang.  "Hei bangun, cepat bangun," usik Jaehyun sembari mengguncang tubuh Eunbi.  Tak ada respon, Eunbi malah justru kian nyaman memasukan kepalanya ke dalam selimut yang masih membungkus rapat tubuhnya.  "Ya! Ireona!" teriakan spontan Jaehyun jadi senjata ampuh, terbukti dari Eunbi yang langsung terduduk dengan mata melotot kaget. Wanita itu menoleh tepat ke arah Jaehyun, napasnya memburu dibarengi matanya yang menatap ngeri ke arah pria itu. Untuk sesaat Jaehyun merasa ciut, ia tidak menyangka Eunbi bisa terlihat begitu menakutkan seperti saat ini.  "Cepat bangun dan pergi. Maksudku, keluar sebentar lewat pintu belakang. Ibuku ada di sini, aku tidak mungkin mengatakan jika kita tinggal bersama," jelas Jaehyun pelan.  Eunbi bergeming, ia mendengkus juga berusaha menahan hasrat untuk memukul Jaehyun yang sudah berani-berani menggangu tidurnya. Jaehyun menghela napas lega begitu melihat si gadia Kwon mau turun dari ranjang meski dengan raut wajah sebal bukan main. Pria itu berpikir jika Eunbi mau menuruti apa yang baru saja ia katakan.  Tapi hal yang terjadi selanjutnya cukup membuat Jaehyun ingin membenturkan kepalanya ke tembok.  Memang si gadis Kwon mau keluar dari kamar, tapi ada satu hal yang gadis itu katakan sebelum berlari dengan tawa mengejek.  "Kau pikir aku akan menurut?" itu yang Eunbi katakan tepat di samping telinga Jaehyun.  Wanita itu menuruni tangga dengan tergesa, ia berjalan ke arah dapur lalu mengumbar senyum mengejek ke arah Jaehyun yang berdiri di tangga atas dengan ekspresi marah.  "Bibi," ujar Eunbi mendekati Nyonya Han yang tengah menghangatkan makanan. Wanita baya itu terkejut mendapati Eunbi ada di rumah Jaehyun disaat pagi buta begini, belum lagi penampilan wanita itu yang agak berantakan pada bagian-bagian tertentu.  "Eunbi?"  Dengan tanpa dosa Eunbi menggandeng Nyonya Han, ia mendudukan wanita yang lebih tua di kursi meja makan kemudian berkata dirinya yang akan menggantikan Nyonya Han menghangatkan makanan. Tidak lama kemudian Jaehyun datang mendekat, wajah pria itu sudah resah luar biasa. Ia bahkan sempat ragu untuk menemui sang Ibu yang tengah memperhatikan Kwon Eunbi berkutat dengan peralatan dapur.  Nyonya Han yang menyadari kehadiran Jaehyun lantas menoleh, wanita baya itu tersenyum kecil kemudian meminta sang Putra untuk duduk bersamanya.  Jaehyun gugup, ia sesekali melirik ke arah Eunbi yang masih sibuk menata sarapan juga perlatan makan.  "Eunbi tinggal di sini?" buka Nyonya Han begitu ketigannya memulai sarapan. Jaehyun menoleh ke arah Eunbi. Bisa dilihat wanita itu acuh tak acuh, ia justru terlihat menikmati makanan di depannya dengan santai meski Jaehyun tahu sebenarnya ia tengah menyimak apa yang sedang dibicarakan.  "Iya Bu, aku tidak mungkin membiarkan Eunbi tinggal sendirian di flatnya saat ia tengah hamil muda," jawab Jaehyun kemudian. Nyonya Han tersenyum, ia mengelus kepala anak lelakinnya. "Kau sudah dewasa rupannya. Pasti Eunbi yang sudah mengubahmu dan membuatmu menjadi pria penuh tanggung jawab. Eunbi-ya, jangan bosan-bosan ya dengan Jaehyun. Maafkan dia jika terkadang masih bersikap kekanakan, atau kau bisa memarahinya saja supaya dia kapok," gurau Nyonya Han sambil tertawa kecil.  Eunbi tersenyum manis juga mengangguk patuh sebagai jawaban, dalam hati wanita itu tersenyum puas melihat raut Jaehyun yang terlihat kesal bukan main. Ia juga tersenyum super manis -cenderung mengesalkam menurut Jaehyun- ke arah si pria Han yang juga tengah menatapnya.  "Jaehyun-ah, Ibu sudah mengatakan hal ini pada Ayahmu. Ia bilang akan kembali dari Paris dua minggu lagi."  Suasana yang semula cair kembali menegang setelah Nyonya Han menyelesaikan perkataannya. Baik Jaehyun maupun Eunbi sama-sama diam, keduanya sempat bertukar pandang selama beberapa saat sebelum kemudian Jaehyun berdeham dan mengulas senyum tipis ke arah sang Ibu.  "Terima kasih, Bu," balas Jaehyun kemudian. Tanpa pria itu sadari, Eunbi yang duduk tepat di depannya memperhatikan dengan seksama. Ia merekam dengan jelas bagaimana raut Jaehyun berubah menjadi khawatir sekaligus gugup. Ia jadi berpikir, apa Tuan Han memang semenakutkan itu?  Setelah menyelesaikan sarapan dan berbincang Nyonya Han memutuskan untuk pulang, wanita baya itu sempat memberi nasihat untuk Eunbi sekaligus memberitahunya soal makanan apa saja yang baik dikonsumsi saat masa kehamilan.  Suasana rumah kembali sepi, hanya tersisa Jaehyun juga Kwon Eunbi yang hanya saling diam di ruang tamu.  "Apa yang kau lakukan pagi tadi, bukannya aku sudah menyuruhmu pergi?" Jaehyun berucap dengan nada geram. Tapi hal itu tidak membuat Eunbi ciut apalagi takut, ia justru mengulas senyum kecil dan menatap balik Han Jaehyun.  "Balas dendam. Bagaimana rasanya? Menyebalkan bukan saat seseorang mengacuhkanmu. Aku melakukannya sebagai balasan karena kau selalu bersikap menyebalkan padaku," jawab Eunbi enteng. Wanita itu sempat menghela napas kemudian memberikan senyum mengejek ke arah Jaehyun sebelum menyambung ucapannya.  "Lagipula entah kapanpun itu, orang tuamu juga pasti akan tahu jika kita tinggal satu atap. Jadi, santai saja. " katanya menepuk bahu si pria beberapa kali.  Jaehyun menggeram frustasi saat Eunbi melenggang pergi. Ia baru sadar jika sebenarnya Eunbi itu menyebalkan, ia jadi menyesal pernah mengira jika Eunbi adalah seorang gadis lemah.  **** Mobil hitam itu terparkir apik di pelataran, perusahaan. Si pengemudi keluar sembari memperbaiki letak varsity yang digunakan. "Ya, Han Jaehyun! Darimana saja kau?" Jihoon berjalan tergopoh-gopoh ke arahnya begitu Jaehyun memasuki lobby perusahaan. Pria dengan rambut blonde itu segera menggeret sahabat sekaligus atasannya itu dengan paksa.  "Ada apa? Ada masalah?" tanya Jaehyun kebingungan. Sang sahabat tidak menyahut, pria yang jauh lebih pendek darinya itu hanya diam sambil masih saja menggeret Jaehyun agar mengikutinya. Jaehyun yang tidak tahu apa-apa hanya menurut. Ia mengikuti langkah Jihoon membawanya ke lantai lima, lebih tepatnya ke ruangan miliknya.  Begitu tiba di depan pintu, Jaehyun menghentikan langkah yang otomatis membuat Jihoon melakukan hal yang sama.  Ia melihat ke arah Jihoon yang menatapnya dengan ekspresi khawatir juga gugup, hal itu kian membuat Jaehyun kebingungan sekaligus penasaran.  "Kau ini kenapa sih? Kenapa terlihat panik sekali?" tanya Jaehyun mengeluarkan pertanyaan yang sejak tadi menumpuk dalam otaknya.  Jihoon menarik napas panjang sebelum menghembuskannya perlahan. Ia melihat sebentar ke arah si pria Han sebelum mengatakan sesuatu.  "Masuk saja dulu. Kau akan tahu nanti." Jawaban Jihoon sama sekali tidak membantu, saat Jaehyun ingin bertanya lagi tapi pria itu justru berbalik memunggunginya.  Pria bermarga Lee itu mengetuk pintu, beberapa saat kemudian terdengar sahutan dari arah dalam mempersilahkan keduanya untuk masuk. Keduanya masuk dengan langkah pelan. Sebenarnya Jaehyun hanya mengikuti apa yang Jihoon lakukan.  "Kau ini kenapa sih? Inikan ruanganku?" yang ditanya tidak menjawab, ia hanya melirik sebentar ke arah Jaehyun kemudian kembali menghadap ke arah depan.  Jaehyun yang awalnya ingin bertanya kembali langsung bungkam. Matanya tertuju pada meja kebesaran miliknya. Dimana di sana, di kursi kerjanya, ada Tuan Han yang tengah duduk sembari bersedekap dadda. Pria berusia lima puluh tahunan itu menatap Jaehyun intens. Ekspresinya yang dingin juga kaku membuat Jaehyun salah tingkah. Dalam hati ia sudah bisa menebak jika jalannya untuk bisa terbebas dari perjodohan dengan Song Hari takkan mudah. 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN