Fathir terdiam. Ia tak mungkin berkelit. Sekali ia berbohong dan pak bos tahu, sanksi indisipliner lain akan menimpanya. Ini terlalu berbahaya untuk mempermainkan atasannya. Akhirnya Fathir memutuskan untuk bicara apa adanya. "Saya, seperti melihat mantan istri saya di mobil itu," ia berkata jujur, "Akhirnya saya mengikutinya." Namun, ia tambahkan kebohongan lain, "Tapi saya tidak tahu kalau itu mobil bapak ataupun itu rumah bapak." Keenan menatapnya tajam tanpa emosi, "Kamu tahu sekarang. Itu mobil saya. itu rumah saya. Jangan gegabah dengan mengganggu bagian dari kehidupan pribadi saya. Kalau kamu melakukannya, saya tidak segan segan menuntutmu telah melakukan trespassing." Keenan menggelengkan kepala, "Jangan cari masalah. Apalagi dengan saya." Ia lalu berdiri dari kursinya, "Sela