Keenan terus menatap mata Jingga, begitupun Jingga. Wajah Keenan mendekat hingga hidung mereka bersentuhan. Ia menggerakkan hidungnya memainkan hidung Jingga. "Kamu segalanya untukku," Keenan bicara perlahan. Wajah mereka begitu dekat. Begitu dekat, hingga bisa merasakan hembusan nafas satu sama lain. Jingga hanya diam membiarkan Keenan menyentuh hidungnya. Bahkan ia merasakan kalau telunjuk dan ibu jari keenan mengusap bibirnya secara perlahan. Tubuhnya membeku, jantungnya seperti berhenti berdetak. Keringat dingin seperti membasahi telapak tangannya. Momen yang mendebarkan! "Jingga, aku tahu, statusmu membuatku harus membatasi diriku," Keenan menarik nafas panjang. "Betapa kuat keinginanku saat ini, untuk mencium bibir merahmu. Tapi, aku tidak berjanji bisa mengendalikan di