5. Sarat dan Ketentuan Berlaku

1497 Kata
"Mulai malam ini bayi Melati tidur denganku," bisik Ros memberi tahu Riswan sambil berlalu menuju ke kamarnya dengan bayi Melati belum lama terlelap. Riswan terdiam mendengar ucapan Ros. Ada raut tidak suka di sana. Menurutnya, Ros tidak bisa mengatur apa yang harus dirinya lakukan di rumahnya. "Kan dia sudah tidur, jadi biarkan dia tidur bersamaku," ucap Riswan setengah memelas. Semenjak istrinya meninggal, Melatilah yang menemaninya tidur di kamar. Ia pasti akan susah tidur, jika Melati tidak berada di sampingnya. "Kalau tengah malam dia bangun?" tanya Ros. "Aku akan hangatkan asi yang di kulkas, seperti biasa," jelas Riswan dengan suara tegas dengan posisi masih berdiri berhadapan dengan Ros. "Ssssttt... ahh kau ini, Mas. Suaramu tidak bisa pelan?" Ros menginterupsi Riswan kembali. Karena Melati mulai merengek mendengar suara Riswan. "Sini berikan padaku." Riswan berusaha menggendong Melati. Plaakk... "Aauu..." Riswan meringis mendapat pukulan ringan dari Ros. "Mas baru aja sampai dari luar, pasti banyak kuman, belum mandi dan bau asem pula." Ros memajukan tubuhnya sambil mengendus bau tubuh Riswan. Membuat Riswan dengan kikuk mundur dua langkah. "Nanti bidadari mungilku ini bisa terserang kuman penyakit, kalau digendong papanya yang habis pulang kantor belum mandi," lanjutnya lagi sambil mencium lembut pipi Melati. "Jadi biar aku yang menaruhnya di kamar, Mas mandi dulu saja," ucap Ros kemudian. Baru hendak maju menuju kamar Riswan. "Tidak boleh ada wanita lain yang masuk ke kamarku selain Bik Momo!" tegas Riswan. "Jangan baper atuh, Bapak Riswan. Saya dan Bik Momo statusnya sama di rumah ini. Jadi tidak perlu sungkan menganggap saya wanita lain. Mending wanita, daripada banci. Hayooo..." terang Ros berlalu dari hadapan Riswan lalu masuk ke kamarnya dan menutup pintu kamarnya tetapi tidak rapat. "Huh, bilang aja takut naksir. Kalau udah di bawah gue juga, kalah anda!" gumam Ros sambil merebahkan tubuhnya menyusui Melati. Riswan geleng-geleng kepala, melihat Ros yang ternyata sangat cerewet. Selesai mandi Riswan sudah di depan meja makan dengan kertas dan pulpen di tangannya. Entah apa yang dia tulis saat itu, namun sayup-sayup telinganya menangkap suara Melati yang menangis, namun sesaat kemudian hening. "Cantiknya bude mama ini ga kenyang- kenyang yaa, nen terus sampe bude mamanya lapar lagi. Hari ini bude mama makan ikan dan sayur katuk. Ditambah jus buah naga. Pasti enak, ya kan?" ucap Ros senang sambil menatap gemas Melati yang masih mengempeng di payudaranya. Riswan tersenyum tipis dari balik pintu kamar Ros. Ia sedikit merasa lega, karena Ros sepertinya mampu menyayangi Melati. "Eehhmm..." Riswan berdehem di depan kamar Ros, ia tak ingin melihat ke kamar wanita itu. Ros kaget, ia sempat tertidur sebentar saat menyusui Melati. Dengan rambut acak-acakan dan piyama terusan yang belum terkancing bagian atasnya. Membuat belahan bukit Ros begitu mencolok di mata Riswan. Susah payah Riswan menelan salivanya. Ia kini menunduk, tidak berani menatap Ros. Ros dengan mata sayu karena mengantuk, memberikan Melati pada Riswan. Riswan masih saja terpana menatap wajah Ros yang polos, serta kancing piyama yang tidak sempurna. Setelah memastikan Riswan menggendong Melati dengan benar, Ros pun kembali masuk ke dalam kamarnya, tanpa memperhatikan wajah Riswan yang masih kaku. Blaaam... Ros menutup pintu kamarnya. "Ya Tuhan, pemandangan apa itu?aneh sekali wanita ini. Tidak ada jaim-jaimnya sama sekali," gumam Riswan sambil bergidik lalu membawa masuk Melati ke dalam kamarnya. Pukul satu malam. "Ooeekk...ooeekk..ooeekk..." Melati menangis sambil berdecap ingin menyusu. Riswan bangun lalu menggendongnya dan membawanya ke dapur. Riswan hendak menghangatkan asi yang ada di kulkas, namun ia tidak menemukannya. "Ooeekk...ooeekk...," tangisan Melati semakin kencang membuat Riswan kelabakan. Ros membuka pintu kamar dan setengah berlari menghampiri Riswan yang masih sibuk menimang Melati agar berhenti menangis. "Bayi seperti Melati pasti takkan bisa tidur berjauhan dari pabrik asinya," sindir Ros sambil mengambil Melati dari gendongan Riswan. "Hooooaaamm...," Ros menguap, membuka mulutnya selebar-lebarnya di depan Riswan. Lelaki itu hanya bisa menahan senyumnya. Perempuan ini benar-benar lucu, pikirnya. "Tak mungkin aku tidur di kamar kamukan, Mas?" tanya Ros sambil berlalu membawa masuk Melati ke kamarnya. Meninggalkan Riswan yang masih berdiri terpaku di tempatnya. **** Riswan masih terjaga, ia tidak bisa memejamkan mata. Jam di dinding sudah menunjukkan pukul dua malam. Riswan keluar dari kamarnya, lalu berjalan ke arah dapur. "Allahuakbar!" pekik Riswan kaget. Mendapati Ros sedang ngemil roti dan minum s**u dalam keadaan gelap. "Aduh, kaget saya, Mas!" Ros juga tak kalah kaget melihat Riswan sudah berdiri di pintu dapur menghadap ke arahnya. Lelaki itu kemudian menyalakan lampu dapur. "Makan jangan gelap-gelapan. Nanti tersedak," ujar Riswan mengingatkan Ros. "Nanggung mau nyalakan lampunya," jawab Ros sambil nyengir kuda. "Apakah Melati sudah tidur?" tanya Riswan langsung duduk di depan Ros dengan segelas air dan kertas di tangannya. "Sudah," jawab Ros cuek sambil terus menghabiskan rotinya. Riswan diam saja memperhatikan Ros, dia paham namanya ibu menyusui harus banyak makan dan ngemil. Rambut Ros yang panjang kini diikat ekor kuda. Hingga leher putihnya yang jenjang terpampang nyata di hadapan Riswan. "Hhmm..ada yang perlu kita bicarakan," ucap Riswan sambil membuang pandangannya pada gelas yang saat ini ia pegang. Ros menghentikan aktifitas makannya lalu menatap Riswan. "Ada apa lagi?" tanya Ros penuh selidik. "Ini, bacalah!" ujar Riswan tegas sambil menyerahkan secarik kertas yang dia tulis tadi. Aturan rumah : 1. Wajib melaksanakan sholat 5 waktu 2. Dilarang memakai baju seksi/terbuka. 3. Tidak menggunakan make up 4. Dilarang pulang ke rumah di atas jam delapan malam tanpa izin 5.. Dilarang berbicara tidak sopan 6. Tidak setuju dengan panggilan bude mama. 7. Tidak boleh masuk ke kamar utama 8. Panggil aku dengan kata pak bukan kamu atau Mas. 9. Tidak boleh membawa Melati keluar rumah tanpa izin 10. Harus banyak makan makanan bergizi 11. Dilarang menyentuh apalagi jatuh cinta kepada tuan rumah. "Hhhhuuuukk." Ros terbatuk membaca point terakhir. "Ya ampun kepedean. Siapa juga yang minat sama duda kesepian kayak Pak Riswan?" Ros mencebik kesal. "Begini ya Bapak Riswan, saya tidak punya baju panjang jadi saya pakai baju yang saya bawa. Kalau anda keberatan saya mengenakannya, tolong belikan saya baju baru yang lebih sopan menurut anda. Kedua, biarkan saya dipanggil bude mama, karena menurut saya tidak ada yang salah, anggap saja bonus bagi saya karena menyusui Melati siang dan malam. Ketiga, saya tidak membawa mukena karena masih nifas dan yang terakhir saya tidak akan pernah menggunakan perasaan saya saat saya bekerja, paham?" jelas Ros panjang lebar sambil menghabiskan sisa s**u dari gelasnya. "Oke fine." balas Riswan setuju. "Apakah bapak sudah mentransfer bayaran saya?" tanya Ros kemudian. "Aku orang yang selalu menepati janji, sudah aku transfer dua belas juta ke rekeningmu," jelas Riswan "Terimakasih," sahut Ros sambil berdiri dari duduknya. Kaki membawanya berjalan ke arah wastafel untuk mencuci gelas bekas s**u yang ia minum. Setelah selesai mencuci gelas, Ros kembali ke kamarnya tanpa menoleh lagi pada Riswan. Riswan sekilas memperhatikan Ros dari belakang lalu tersenyum kecil. Jauh di lubuk hatinya, lelaki itu bersyukur pada Tuhan yang telah mempertemukan dia dengan Ros. Hingga ia tidak perlu bersusah payah untuk mencari wanita lain untuk dijadikan istrinya. Semua terasa lebih mudah. Meskipun ia terlihat ketus, namun di dalam hatinya ia sangat senang ada Ros yang menyelesaikan masalahnya. **** Pagi ini udara terasa segar, harum tanah basah yang habis diguyur hujan tak terlalu deras semalam sangat terasa. Melati masih tertidur di atas ranjang Ros. Wanita itu keluar dari kamarnya lalu berjalan ke arah dapur. Maksud hati ingin membuat omelet karena dia sangat lapar. Ros merapikan baju dan mengikat rambutnya tinggi. "Eehhmm... " Riswan berdehem dari belakang. "Eh bapak sudah bangun, mau saya buatkan omelet?" tawar Ros sambil menoleh ke arah Riswan. Riswan sudah rapi dengan kemeja biru dan celana bahan warna hitam bersiap sarapan. "Memang Bik Momo ke mana?" tanya Riswan. "Bik Momo pergi belanja sayuran," jawab Ros sambil melanjutkan aktifitasnya di depan kompor. Riswan masih memperhatikan Ros tanpa berkedip, Ros berbalik menatap Riswan. "Kalau bapak masih memperhatikan saya seperti itu, nanti bapak yang bisa jatuh cinta pada saya," ledek Ros sambil mengarahkan sutil menunjuk Riswan. Lalu tanpa rasa bersalah, kembali menghadap kompor dan melanjutkan acara memasaknya. Riswan terdiam dengan wajah merona. "Kalau mimpi inget bangun, Ros," sindir Riswan tak kalah sengit. Ros mencebik, "hati-hati, menjilat ludah sendiri itu ga baik lho!" sindir Ros kembali tidak mau kalah. Riswan hanya mengulum senyum. Masih pagi, namun suasana rumah sudah sangat ramai sejak ada Ros di sini. "Kalau sudah selesai panggil saya, saya mau melihat Melati," ucap Riswan sambil berlalu dari dapur. Ros dengan cepat membuat omelet, kemudian menatanya di meja makan. Tidak lupa dia membuatkan juga untuk Bik Momo. Riswan makan di meja makan, Ros makan di dapur, dia sangat sadar posisinya. Untung saja Melati masih tertidur pulas, sehingga Ros dapat membantu pekerjaan Bik Momo di dapur dan menikmati sarapannya tanpa tergesa. Ting...ting... Pesan wa masuk ke ponsel Riswan. "Assalamualaikum, Ris. Bagaimana kabarmu dan cucu ibu? Sabtu ini ibu mau ke Jakarta, tolong di jemput di stasiun kereta ya. Hhuukk...huukk... Riswan tersedak membaca pesan ibunya. "Waduh gawat." **** Mampir juga di cerbung saya yang lainnya ya. Dijamin seru 1. Rich Widow 2. Menikahi Parmi 3. Kepincut Janda Tetangga 4. Risti dan Suami Bayaran 5. Ada apa dengan brondong? 6. Takdir Pernikahan 7. Aku dan Teman Suamiku. jangan lupa follow dan tab lov cerbungnya ya. Terima kasih
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN