“Terima kasih ya, Hanan, karena kamu sudah mau mengantarku pulang,” kata Kirana turun dari mobil. “Iya. Kamu jangan sungkan kepadaku,” kata Hanan. Kirana menganggukkan kepala dan tersenyum. “Aku mau ajak kamu mampir, tapi ini bukan rumahku.” “Iya. Tidak apa-apa, Kiran, kamu masuk gih, sudah malam, angin malam tak baik untuk kesehatan kandunganmu,” kata Hanan membuat Kirana tersenyum. Kirana merasa mendapatkan perhatian dari orang lain, sementara dari suaminya sendiri, ia tidak pernah mendapatkan perhatian seperti ini, yang Kirana lakukan di rumah ini kalau bukan bernapas dengan terpaksa, menahan diri dengan sekuat tenaga. Kirana melambaikan tangannya dan Hanan sudah pergi meninggalkannya. Kirana mendesah napas halus lalu melangkah masuk ke rumah. Langkahnya terhenti ketika melihat Ank