07. Prasetyo Sampoerna

1130 Kata
Ditha menyelesaikan pekerjaannya membuat draft rancangan produk baru pada layar komputer di hadapannya. Merevisi di beberapa bagian. Kemudian setelah memastikan sudah fix semua, barulah Ditha mengeprint semuanya dan meletakkan di sebuah map berwarna peach, warna favoritnya. Karena persaingan pasar dalam industri pangan semakin sengit, perusahaan Sampoerna kini mulai merambah ke bagian makanan dan minuman olahan. Di samping komoditas utama mereka di sektor tembakau yang sudah terkenal luas. Nah disinilah Ditha mengusulkan suatu rancangan produk minuman olahan kreasinya. Ditha mengusung konsep sebuah energi drink plus multivitamin yang menyegarkan dari bahan baku buah anggur. Anggur mengandung lutein dan zeaxanthin, yaitu dua jenis karotenoid dengan sifat antioksidan yang penting bagi kesehatan tubuh. Dalam biji anggur juga terdapat senyawa oligomeric proanthocyanidin complexes (OPCs) yang membantu menghancurkan radikal bebas dalam tubuh. Jadi konsep minuman ini menggunakan whole grapes atau anggur secara utuh. Ditha beranjak dari kursinya, meninggalkan kubikel yang menjadi tempatnya bekerja. Salah satu dari sekian banyak kubikel-kubikel pekerja kantoran di lantai tiga main office perusahaan Sampoerna. Ditha berjalan ke ujung lantai, menuju ke ruangan direktur yang ada di sana. Bersemangat untuk menunjukkan hasil kerjanya kepada sang direktur utama perusahaan Sampoerna, Prasetyo Sampoerna. "Mas Tyo ada Kak Yasmin?" tanya Ditha kepada seorang gadis cantik berambut pendek yang duduk di meja tepat di depan ruangan direktur. Dia adalah Yasmin, sekretaris pribadi Tyo kakak pertama Ditha. "Ada Bu Ditha, tapi ... Ehm ...." Yasmin menjawab dengan sedikit ragu-ragu. "Yaudah aku masuk ke dalam kalau gitu," Ditha beranjak dari meja Yasmin, melanjutkan ke arah ruangan Tyo. "Pak Tyo sedang ada tamu." Yasmin bangkit dari duduknya, berusaha mencegah Ditha memasuki ruangan sang pimpinan perusahaan. "Tamu siapa? Kayaknya hari ini gak ada jadwal ketemu klien penting." Ditha hafal betul jadwal kakaknya itu. Karena selama magang di perusahaan ini, Ditha selalu diikutkan setiap kali Tyo menghadiri rapat atau pertemuan dengan klien bisnis yang penting. Sudah beberapa bulan berlalu sejak Ditha pulang dari Negeri Kanguru. Kini Ditha sedang magang di perusahaan pusat milik Sampoerna Group yang dipimpin oleh Tyo. Belajar tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan segala urusan perusahaan secara real, bukan hanya secara teori. Persiapan sebelum nantinya Ditha akan memegang kendali penuh atas sebuah perusahaannya sendiri. "Heemmm, tamu untuk menemani makan siang. Pak Tyo tidak ingin diganggu dulu sampai selesai jam makan siang berakhir." Yasmin menjawab. "Tapi jam makan siang masih belum dimulai? Aku cuma mau nunjukin draft produk bikinanku kok. Sebentar saja," Ditha bersikeras ingin menemui Tyo. "Bagaimana kalau dititipkan saya saja? Nanti saya kasihkan ke Pak Tyo?" Yasmin berusaha memberikan penawaran kepada Ditha. "Gak mau, aku mau kasihkan sendiri. Sekalian ingin denger pendapat dari Mas Tyo langsung." Ditha sudah sangat bersemangat ingin menunjukkan rancangan produk pertama bikinnya. Mana mungkin dititipkan ke Yasmin. Gak bisa denger langsung pendapat Mas Tyo donk? Yasmin hanya bisa nyengir, tanpa bisa menjawab. "Yaudah aku masuk dulu ya," Ditha sudah memegang handel pintu ruangan, hendak membukanya. "Baik Bu, saya tidak ikut-ikutan lho ya ... " Yasmin buru-buru kembali ke mejanya untuk kembali melanjutkan pekerjaannya yang tertunda. Takut dipersalahkan oleh Tyo, bosnya karena mengijinkan Ditha masuk ke ruangan di waktu yang tidak tepat. Ditha sebenarnya sedikit curiga juga dengan tingkah Yasmin yang terasa aneh. Seakan ingin mencegah dirinya memasuki ruangan Tyo. Membuat jiwa penasaran Ditha semakin menggelora saja. Emang Mas Tyo lagi ngapain sih? Ini kan masih jam kerja? Dan lagi siapa sih tamunya? Cekleeek ... Ditha membuka pintu kantor dan menjulurkan kepalanya ke dalam ruangan. Mencoba mengintip sejenak keadaan di dalam. Kira-kira aman atau nggak untuk dimasuki, yah siapa tahu sedang ada perang dunia ketiga kan? Sepi, tak ada siapapun yang terlihat di dalam ruangan. Bahkan kursi singgasana CEO Sampoerna Group pun tak ada yang menduduki. Lha mas Tyo kemana? Tadi katanya ada di ruangan? Karena saking penasarannya Ditha melangkahkan kakinya memasuki ruangan itu. Berjalan ke arah office side untuk meletakkan map dokumennya di meja Tyo. Di atas meja dapat Ditha lihat ponsel, tablet serta laptop yang masih menyala. Tumpukan dokumen juga berserakan disana, sepertinya masih belum selesai untuk dibaca. Kalau begitu mas Tyo pasti ada di dalam ruangan kan? Masa ngilang? Kayak setan aja? "Uuuumm aaah uuuuhh." "Aaaah ... sssssh." Ditha terlonjak kaget karena mendengar sebuah suara mendesar-desah dari salah satu sisi ruangan, bagian living room. Lebih heran lagi karena suara yang terdengar adalah suara wanita. Jangan bilang Mas Tyo lagi sama cewek? Siang bolong begini? Di kantor? Gila kamu mas! Gimana kalau ada yang mergokin? Dengan rasa penasaran yang memuncak Ditha berjalan ke arah living room. Benar saja, disana dapat dilihatnya dua sosok tubuh yang sedang tumpang tindih bagaikan sandwich. Tubuh Tyo sedang berada diatas dan tubuh seorang lainnya di bawahnya, sepertinya seorang wanita. Kedua wajah mereka bertemu dan bersatu di suatu titik tumpuh. Benda kenyal yang tak bertulang. Sementara sebelah tangan Tyo juga juga sudah masuk-masuk di bagian depan kemeja si wanita yang terbuka beberapa kancingnya. Aaaarrgh Mas Tyo kamu membuat mataku yang masih suci ternoda! "Mas Tyoooo!!" Teriak Ditha dengan wajah yang sudah merah padam. Karena malu melihat live action adegan yang iya-iya. Ditambah lagi karena marah dan kecewa dengan kelakuan brutal kakaknya itu di kantor. Tindakan yang seolah dapat merusak kesakralan tempat keluarga mereka mencari nafkah. Kedua lapisan roti sandwich itu langsung terlonjak kaget demi mendengar suara teriakan Ditha. Reflek mengakhiri tindakan mereka yang tak kalah dengan panasnya api kompor LPG. Keduanya tak mengira akan ada pengganggu yang muncul. Muncul di saat yang sangat tidak tepat pula. "Ditha?" tanya Tyo begitu menyadari siapa pengganggunya. Kemarahan karena kesenangannya yang terganggu tak jadi meledak. Hanya bisa menggerutu pasrah saja dalam hati untuk meluapkan kekesalan. Aaaissh! Ganggu aja kamu Dith! Buru-buru Tyo bangkit dari posisinya sebagai roti bagian atas, meninggalkan roti bagian bawah sandwich. Seseorang yang masih tergeletak tak berdaya di sofa. Masih menggeliat seperti cacing kepanasan, dengan napasnya yang memburu. "Pergi! Pergi kamu wanita hina!" Ditha mengusir wanita itu dengan sangat marah. "Mas Tyo ... " ujar wanita itu dengan nada manja, bermaksud merayu Tyo untuk meminta dukungannya. "Kamu pergi dulu, Natalie. Acara makan siang sudah berakhir." Tyo tidak perduli dengan rayuan itu. Malah mengusir si wanita dan mendekati Ditha. Wanita yang bernama Natalie itu bangkit perlahan dari sofa. Merapikan pakaiannya sejenak kemudian beranjak pergi dengan wajah sangat kesal. Meninggalkan kedua kakak beradik Sampoerna. Dia bahkan menutup pintu kantor keras-keras sebagai bentuk rasa protes dan kesalnya. "Ditha ... Errrr .... " Tyo bingung harus ngomong apa pada adiknya itu. Mau marah juga gak mungkin, gak bisa lebih tepatnya. Dia tak pernah bisa untuk marah kepada Ditha kecuali mungkin adiknya ini melakukan kesalahan yang sangat fatal. Ditha tidak sanggup untuk memberikan respon kepada Tyo. Perasaannya masih kacau dan campur aduk. Terlalu bingung bagaimana dia harus bereaksi kepada kakaknya itu. Sedih, kesal, marah, kecewa semuanya bergabung menjadi satu. Segala rasa tidak menyenangkan membuat Ditha Tahu-tahu sudah berlari pergi menjauh, keluar dari ruangan Tyo. "Ditha? Kamu mau kemana?" Tyo semakin kebingungan melihat reaksi adik perempuannya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN