11. Prawira Sampoerna

1400 Kata
Siang ini cuaca kota Kedori terasa sangat terik. Dengan garangnya sinar Matahari yang seolah mampu membuat telur ceplok yang diletakkan di atas aspal menjadi matang. Namum suasana panas membara di luaran sana sangat kontras dengan suasana yang terasa sangat menyejukkan di dalam salah satu gerai cepat saji, Mc Do. Suasana di sana terasa adem dan sejuk karena kehadiran dua makhluk cantik bak bidadari yang sedang duduk bersama. Kedua makhluk cantik yang mampu memberikan pemandangan indah mengandung vitamin See yang baik untuk kesehatan mata. Derai tawa dan senda gurau renyah yang keluar dari mulut mereka juga menjadi magnet penarik perhatian tersendiri. Dapat mengundang rasa ingin tahu untuk terus memandang ke arah mereka. Dua gadis yang terlihat mencolok dengan pakaian kerja formal trendi dan mahal yang melekat dengan pas di tubuh mereka. Ditha dan Yasmin. Mereka berdua sedang menunggu kedatangan Wira di MC Do lantai satu. Menikmati eskrim cone di tangan mereka masing-masing sambil ditemani oleh kentang goreng sebagai cemilan. Ngobrol ngalor-ngidul tentang hasil buruan mereka siang ini, juga tentang hasil memalak Budi yang seolah ketiban durian jatuh. Keduanya sama sekali tidak menyadari bahwa mereka menjadi pusat perhatian hampir semua mata. Beberapa kaum Adam sudah banyak berkumpul untuk sekedar membeli makanan, duduk di meja kursi di sekitar mereka, atau sekedar nongkrong, main ponsel sambil curi-curi pandang pada keduanya. Sesekali mereka juga ikut menelan air ludah saat kedua gadis itu menjilati es krim mereka, seolah dapat ikut menikmati sensasi rasa manis dan lembut dari es krim itu di mulut mereka. Dua orang pemuda yang berpakaian ala-ala eksekutif muda dengan percaya diri beranjak dari meja mereka. Tak puas dengan hanya memandangi dari kejauhan kedua gadis itu. Mereka menghampiri Ditha dan Yasmin untuk mengajak berkenalan. Berpikir, siapa tahu bisa kena salah satu atau dua-duanya kan rejeki. Nemu gebetan. "Selamat siang Nona-nona. Kursinya lagi kosong kah? Bolehkah kami bergabung?" Sapa salah satu dari pemuda itu sambil mengembangkan senyuman lebar di bibirnya. Sementara temannya yang lain juga ikut memamerkan deretan geligi putihnya yang menawan bagaikan jurus adalan dari ajian jaran goyang. Yasmin mengalihkan pandangan sejenak untuk melihat siapa gerangan yang berani menyapa mereka. Dua pria muda yang cukup oke dan rapi, mungkin pegawai kantoran dengan posisi yang lumayan. Sementara Ditha bahkan tidak mau repot-repot untuk menolehkan wajahnya. Dia tetap asik menjilati es krimnya sambil pandangannya fokus kepada layar pintar di hadapannya. "Maaf kami berdua sedang menunggu seseorang," Yasmin yang akhirnya menjawab sapaan mereka dengan nada datar. Tak tertarik kepada kedua pria itu. Standart tentang seorang pria idaman bagi Yasmin memang cukup tinggi. Bagaimana tidak, kalau setiap harinya dia harus berhadapan dengan para bos dan eksekutif muda yang ganteng, keren dan wangi dari berbagai perusahaan bonafid tanah air. Sementara kedua pria di hadapannya ini? Jelas sama sekali tidak sesuai dengan kriteria Yasmin. Apalagi untuk Ditha? Ditha yang sejak lahir sudah dikelilingi oleh tiga orang kakak laki-laki dengan paras menawan diatas rata-rata. Tiga orang bos muda Sampoerna dengan segala pesonanya yang tak bercela. Wajar saja kalau yang menjadi pria idaman Ditha adalah Ardi Pradana yang terlihat nyaris sempurna sebagai seorang pria. Dan kedua pria itu? Jelas lewat tanpa perlu dipandang. "Kerena sepertinya tamu anda masih belum tiba, maka ijinkanlah kami yang menemani mengobrol sejenak untuk menghilangkan sepi." Salah satu pemuda itu masih berusaha merayu. "Tidak perlu, kami berdua sudah cukup bahagia dan sama sekali tidak kesepian." Jawab Yasmin mulai kesal kepada kedua pemuda sok kenal dan sok dekat itu. Sementara Ditha menjadi penasaran juga dengan siapa yang berani-beraninya menyapa mereka. Diamati dengan lebih seksama kedua pria itu. Terlalu plain dan sederhana. Tidak menarik! Cowok grade C ini mah! Mungkin kalau di game hanya seperti Hero bintang tiga. Beda kelas sama Mas Ardi yang grade S, atau setara dengan Hero bintang enam. Kedua pria itu sepertinya tidak terima dengan penolakan halus yang dilakukan oleh Yasmin. Mereka tetap tidak mau pergi atau beranjak, bahkan lebih jauh keduanya meraih kursi kosong untuk mereka duduki tanpa permisi lagi. "Sorry gentlemans, para Nona Muda ini sudah ada janji dengan saya terlebih dahulu." Sebuah sapaan sopan terdengar dari arah yang dibelakangi oleh Yasmin dan Ditha. Suara dengan nada bariton tegas yang sudah sangat tidak asing bagi mereka berdua. Ditha menoleh untuk sekedar memastikan siapa yang menyapanya. Dan benar saja di sana telah berdiri seorang pria dengan postur tubuh tinggi tegap, lengkap dengan work suit keluaran brand kenamaan Hugo Boss yang menambah kadar ketampanan dan kesempurnaannya. Pria itu adalah Prawira Sampoerna, sang tuan muda ketiga dari Sampoerna Group. "I'm sorry to make you waiting me too long, Dear." Wira menghampiri Ditha dan menepuk-nepuk puncak kepalanya dengan lemah lembut. Meminta maaf karena membuatnya menunggu lama. "You're late. Kamu telat banget." Ditha menjawab sambil merajuk kepada Wira. "Ih jangan ngambek begitu donk, kamu jelek kalau ngambek." Wira mengakhiri tepukan di kepala Ditha dengan ketukan ringan dari jari telunjuknya ke puncak hidung Ditha. "Mas Wira selalu saja sibuk kerja dan kerja. Jadi lupa deh sama aku." Ditha melanjutkan aksi ngambeknya. "Nggak lah, kamu tetap nomer satu bagiku." Wira menjawab sambil tersenyum lembut kepada Ditha. Siapapun yang melihat apa yang terjadi, pasti akan mengira bahwa Wira dan Ditha adalah sepasangan kekasih yang sedang kasmaran. Bahkan Yasmin yang sudah kenal dan tahu hubungan mereka berdua pun ikut tercengang juga melihat akting mereka yang terlihat sangat alami. Ini beneran cuma akting apa bukan sih? Bukan hanya Yasmin yang tercengang melihatnya, kedua pemuda yang melihat langsung adegan mesra bak drama Korea itu juga sudah ternganga lebar. Dalam sekali lihat saja sudah jelas bahwa mereka kalah telak jika harus dibandingkan dengan Wira. Dari segi fisik, penampilan, wibawa, bahkan sampai aura intimidasi dan yang jelas isi dompet. Jelas terlihat Wira berada di level yang sangat berbeda dengan keduanya. "So, bisakah anda berdua meninggalkan kursi yang seharusnya menjadi tempat yang saya duduki?" Wira lanjut bertanya kepada kedua pemuda itu. Pertanyaan dengan nada tegas, senyuman setipis kertas dan pandangan tajam menusuk. Glek! Kedua pemuda itu kompak menelan air ludahnya. Ngeri melihat senyuman Wira yang terlihat sangat berbahaya dan mengancam. Bagaikan seringai buas seekor serigala yang siap menerkam mangsanya. "I, iya tentu saja ... Maafkan kami yang tidak tahu bahwa kursi ini sudah ada yang memboking." Salah seorang pemuda langsung berdiri dari kursinya. "Kami permisi dulu kalau begitu-" temannya juga ikut berdiri dengan terburu-buru. Dalam hitungan detik saja, keduanya pemuda itu sudah ngacir pergi kembali ke habitat asalnya. Setelah kepergian kedua pemuda gak jelas tadi, Wira mengambil duduk tepat di hadapan Ditha dan Yasmin. "Yaampun Pak Wira, galak bener sih? Kasian mereka jadi sampai ketakutan begitu." Yasmin sudah cekikikan tak tertahankan melihat drama kolosal live yang terjadi di hadapannya. "Baru begitu saja sudah kabur. Jangan harap bisa mendekati adikku." Jawab Wira dengan mata berkilat-kilat. Sekali lagi Yasmin jadi tercengang mendengar ucapan Wira. Jadi dia tadi serius? Bukan cuma akting saja? Dasar sister compleks stadium akhir! "Karena Mas Wira sudah datang, Kak Yasmin sudah bisa pulang sekarang. Makasih yah sudah nemenin aku hari ini." Ditha mempersilahkan Yasmin untuk undur diri. Tak enak karena membuat Yasmin membuang banyak waktu hanya untuk menemani dirinya menunggu kedatangan Wira dari tadi. "Eh nggak pa-pa kok Bu Ditha. Santai saja." Yasmin tentu saja tidak keberatan menemani Ditha, karena memang sudah menjadi tugasnya untuk memastikan keselamatan adik dari bos besarnya itu. Apalagi ditambah dapat sogokan dari Budi tadi, it's not a big deal! "Baiklah saya permisi dulu kalau begitu. Selamat siang Bu Ditha dan Pak Wira." Yasmin mohon pamit undur diri kepada kedua atasannya. Berjalan kegirangan sambil bersenandung ke arah parkiran mobil. "Udah selesai belanjanya?" tanya Wira sambil mengamati banyak sekali tas-tas belanjaan yang ada di kursi samping Ditha. "Sudah. Mas Wira sudah makan apa belum?" Ditha menjawab sekaligus bertanya kepada Wira. "Belum," jawab Wira. Memang tadi dia tergesa-gesa untuk menjemput Ditha. Takut adiknya itu kelamaan menunggu dan bosan atau ngambek. Wira bahkan sampai menolak saat ditawari makan siang oleh pimpinan perkebunan. "Nih ada beef burger dan sugarless coke buat Mas Wira." Ditha menyodorkan sebuah burger dan minuman dingin yang tadi sengaja dia pesankan untuk Wira. Sudah bisa menebak kalau kakaknya itu pasti belum makan siang. "Thank you." Wira menerima burger pemberian Ditha dan langsung melahapnya sambil sesekali menyeruput minuman dinginnya. "Jadi gimana ceritanya Mas Budi bisa tahu kamu ada di Mall?" Wira menanyakan keheranannya sejak tadi. Bisa-bisa Wira akan diomeli Budi atau Tyo kalau tahu dirinya telat menjemput Ditha. Bahkan membiarkan adiknya itu keluyuran di Mall tanpa pengawalan begini. Bukan hanya karena kemungkinan buruk dapat terjadi, tapi bisa juga hal-hal remeh seperti lalat nakal yang berusaha mendekati Ditha seperti tadi. Gak boleh sampai terjadi!
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN