Vanya tercengang ketika mama-nya tiba-tiba menariknya kedalam kamar pengantin sembari menyodorkan gaun berwarna putih kepadanya.
“Ma? Apa ini?’ Tanya Vanya , diri nya bingung , matanya masih terfokus pada gaun putih di tangan mamanya
Hari ini adalah hari pernikahan Gavin-anak sahabat ayahnya dan Airaa saudara tirinya sendiri. Ada yang aneh dari pernikahan mereka, sedari tadi kedua mempelai belum juga terlihat padahal pernikahan mereka akan di mulai setengah jam lagi.
“Airaa , Airaa enggak ada di kamarnya, kamu harus gantiin dia”
“Ma? Hahah gila aja,mama jangan ngaco”
“Kamu pilih mama mati atau nge gantiin Aira jadi pengantin? mama gak mau malu Vanya!” Ucap Mamanya sembari mengancam Vanya dengan pisau yang akan ia gunakan untuk memutus urat nadi nya.
“Ma! Gak bisa begini, Pernikahan itu bukan candaan! Mas Gavin pacarnya Airaa, mana bisa Vanya nikah sama pacar dari saudara Vanya sendiri?!”
“Vanya mau mama mati atau Vanya nurutin permintaan mama?” mamanya menangis, Tangan yang memegang pisau bergetar hebat hingga pisau tersebut jatuh. Naluri seorang anak, ia tidak akan tega membuat wanita yang melahiran dan membesarkannya menangis tersedu-sedu seperti itu.
“Mama jangan nangis...”
“Mama berhenti nangis, Vanya... Vanya siap gantiin Airaa” Dengan berat hati Aira meraih gaun di tangan mama nya,lalu berdandan selayaknya pengantin.