Karena tidak betah berlama - lama di dalam kastil, dia berjalan - jalan keluar melihat keadaan di sekitarnya. Pengawal yang ditugaskan oleh Pria Tua itu, bukan Rose, kali ini pria juga dengan perawakan kekar dan wajah penuh codet, mengikuti di belakangnya agak jauh.
Mungkin Pak tua itu tidak ingin memberi celah untuk membuat hidupnya semakin berantakan. Mungkin dikiranya, jika dia terlalu lama di kastil tanpa wanita, dia bisa saja menerkam Rose menjadi salah satu korbannya. Dan Rose adalah orang kepercayaannya yang nyaris tanpa cela. Yang benar saja!
Seleranya tidak serendah itu sehingga asal saja membawa seorang wanita ke ranjangnya. Setidaknya salah satu syarat harus terpenuhi. Syaratnya adalah cantik, seksi dan bersuara indah. Dia tak ingin saat melaksanakan aksinya, partnernya malah seperti kucing yang dikebiri.
Tapi maid perempuan yang berada di kastil itu, cukup mengejutkannya. Atau mungkin malah si pria itu tidak tahu menahu tentang ini? Setahunya kasti ini di utus oleh si tua Lupin sejak dulu. Dia yang bertanggung jawab mempekerjakan maid dan tukang kebun di area kastil.
Tapi sedari tadi dia tidak melihat batang hidung pria tua yang sudah mengabdi pada keluarga Mamanya sejak dulu itu tidak dia lihat di manapun. Apa benar dia sudah meninggal? Itu kabar kabur yang dia terima beberapa waktu yang lalu.
"Kau bisa masuk. Keberadaanmu tidak aku butuhkan di sini." Dia mengibaskan tangannya menyuruh pengawalnya itu pergi.
Dia sudah duduk di salah satu kursi taman yang menghadap ke luar tembok, pada pemandangan laut yang bergejolak liar dihiasi kapal - kapal besar yang terlihat mungil jika disandingkan dengan laut Mediterania yang agung.
"Saya diperintahkan Monsieur…"
"Keberadaan mu menggangguku berkonsentrasi. Aku ingin menulis naskahku di sini." Katanya menunjukkan notepad dan notebook yang sudah diletakkan di sebelahnya.
"Saya akan berada agak jauh sehingga anda tidak merasa terganggu. Tapi cukup dekat apabila anda membutuhkan saya." Setelahnya, pengawalnya mundur menjauh.
"Kurang jauh." Ucapnya bahkan tanpa menoleh. Dia masih tertunduk dan sibuk menulis di notebooknya. Saat dia tidak merasakan pengawalnya menjauh, dia menoleh ke belakang dan menatapnya tajam "kau tidak mendengarku?"
"Pardonnez - moi Monsieur (Maafkan saya, Tuan) …."
"Mundur lagi. Aku masih bisa merasakan keberadaan mu. Kurang jauh. Mundur lagi."
Dia berhenti saat dia mendapati ruang untuk dirinya sendiri, tidak terganggu oleh makhluk hidup lain. Hanya dia dan dunia yang dia ciptakan untuk novelnya.
Dia adalah seorang penyendiri. Alasan utamanya memilih menjadi penulis adalah itu pekerjaan yang membuatnya tidak harus melakukan kontak dengan manusia lain.
Oh jangan salah. Dia suka berpesta. Minuman keras dan wanita cantik bertubuh seksi tentu saja dia suka. Dia pria normal. Tapi dia tidak bisa melakukannya setiap hari. Itu membunuhnya.
Dia butuh jeda untuk menjadi introvert dan menjadi seorang hedonist. Dia tidak bisa memilih di antara keduanya. Lagi pula dia tidak harus memilih. Dia punya keduanya. Saat ingin berpesta, dia punya beberapa orang yang selalu siap saat dia menghubungi. Dan saat ingin sendiri, dia hanya harus menutup pintu, dan biasanya mereka tidak akan ada yang berani melanggarnya. He makes the rules. Hanya satu yang tidak bisa dia kendalikan. Ayahnya dan sifat bre*gseknya.
Karenanya, lebih mudah baginya untuk menghindari pria tua itu daripada berkompromi dengannya.
Selain itu, dia menikmati bercengkrama bersama tokoh - tokoh yang dia ciptakan. Mengobrol bersama merek, menciptakan alur, latar dan dunia kecil untyk mereka tinggali, yang orang - orang sebut sebagai… n****+.
Meski dia pecinta wanita, dia tidak menciptakan n****+ romance. Genre itu terlalu cengeng untuknya. Dia menulis apa saja kecuali romance dan drama. Tidak ada alasan khusus kenapa dua genre itu menghilang dari kamus kreativitas di otaknya. Hanya karena kurang suka. Dan menurutnya genre itu terlalu cengeng.
Walaupun berkali - kali Loise, editornya memintanya untuk mencoba. Siapa yang tau karya romance nya juga bisa booming seperti karya - karyanya yang lain.
Flashback tahun lalu
"Félicitations (selamat!), Young Man! Kau berhasil lagi kali ini. Tiga buku best seller bertutut - turut! Jika terus begini kita berdua bisa jadi jutawan"
Perempuan keturunan afrika bertubuh tambun, efek pernah lima kali melahirkan itu, berseru antusias.
"Tujuanku bukan menjadi jutawan, tapi…"
"Miliarder." Mereka berdua mengulangi bersamaan dengan intonasi berbeda.
Theodore dengan intonasi ringan, sedangkan Louise dengan nada annoying yang tidak berusaha dia sembunyikan.
Theodore terkekeh melihatnya.
Menjadikan Louise editornya adalah keputusannya. Bukan tanpa alasan. Dia tidak akan bekerja jika editornya cantik dan punya tubuh menggiurkan. Percaya saja. Dua editor terdahulunya seperti itu. Dan lihat? Tidak ada satupun bukunya yang menang nominasi karena baik dia maupun editornya tidak ada yang serius bekerja. Mereka serius melakukan hal lain.
Mereka saling menggoda dan mengganggu pekerjaan satu sama lain. Tentu saja dia senang, tapi dia juga ingin bekerja dengan tenang. Karena hal itulah, dia memilih Louise, salah satu editor yang ditawarkan penerbitnya. Alasan Theodore memilihnya adalah karena dia yang paling tidak menarik di antara semuanya.
Tentu Louise tau alasannya ini. Dan dia menyanggupinya. Dia punya lima bocah yang harus diberi makan dan hanya bergantung pada pekerjaannya.
Partner? Louise adalah single parent. Tidak memiliki partner, dan lebih baik seperti itu sampai dia sendiri memutuskan sebaliknya.
Mereka berdua adalah tim yang solid dan kombo. Bersama Louise, karyanya banyak menyabet nominasi, dan bahkan beberapa kali menjadi best seller. Mereka tim yang hebat. Sama - sama berambisi hebat.
"C'est pas problem (Itu tidak jadi masalah). Jutawan, miliarder, apapun asalkan banyak uang, aku akan berada di belakangmu. Ngomong - ngomong, di acara nominasi nanti kau tidak ingin hadir sendiri?"
Dia tidak pernah memenuhi undangan -undangan tersebut. Selalu membuat Louise pergi menggantikannya.
"Kau tau aku tidak suka showbiz."
"Kau hanya suka gaya hidupnya yang berpesta setiap saat dengan banyak wanita cantik dan sexy di dalamnya."
"Bagaimana ini. Kau mengenalku dengan baik."
"Ngomong - ngomong Lucifer, ada tawaran bagus untukmu menulis n****+ romance."
Lucifer adalah nama penanya. Banyak dari fans nya berspekulasi apakah Lucifer ini pria atau wanita karena sosoknya tidak pernah tampil di depan publik. Pun tak ada satu foto dirinya pun yang dipajang di belakang sampul bukunya seperti penulis pada umumnya.
Acara penandatanganan bukunya juga dilakukan secara unik, dengan tidak dilakukan secara real time bertatap muka, tapi dengan paket. Penggemarnya tidak perlu berdesakan untuk mendapatkan tanda tangannya. Hanya cukuo membeli bukunya dan mengirimkan bersama kupon ke alamat perusahaan yang menaunginya. Setelah selesai, mereka akan mengirimkan kembali buku - buku tersebut pada pemiliknya.
"Kau tau Louise…."
"Je sais, mais… juste… (Aku tau tapi… hanya saja….) why don't you at least give it a try?"
"Aku tidak pernah jatuh tinta." Bohong. Cinta pertama dan satu - satunya dalam hidupnya sudah lama mati. Dibunuh oleh orang yang mengaku Ayahnya sendiri.
"Kau bisa melakukan riset."
"Nah, aku tidak tertarik."
Louis mendesah panjang. "Pasti akan sangat menyenangkan mereview bukumu yang penuh dengan adegan romantis, bukan hanya tentang petualangan dan peperangan yang membuatku tidak bisa tidur setelahnya.
"Louise…"
"I'm just saying. You may continue what you please, Sir."
Flashback End