Dua belas

1191 Kata
Pak Agung dan istrinya menyambut pasangan suami istri itu dengan sangat ramah. Suasana yang tercipta atas pertemuan itu pun terasa hangat. Bahkan keluarga itu menyiapkan makan malam untuk mereka berdua. "Aduh Pak, saya jadi merasa tidak enak. Kedatangan kami malah jadi merepotkan." ucap Pras karena merasa sungkan. "Ah, hanya makan malam. Kebetulan ibu memang hobi masak." ucap Pak Agung. "Ayo sudahi dulu ngobrolnya, kita pindah ke ruang makan." ajaknya. Mereka bertiga pergi menuju ruang makan, dimana sudah ada istri pak Agung yang sedang menata makanan di meja makan. Terlihat juga ada dua anak pak Agung yang sudah siap, terduduk di depan meja makan. "oh iya, kenalkan ini Rico dan Lania." ucap pak Agung memperkenalkan kedua anaknya, sambil merangkul bahu keduanya. Dengan ramah kedua anak remaja itu melempar senyum. Pak agung memiliki dua anak. Satu laki-laki dan satu perempuan, yang keduanya sama - sama duduk dibangku Sekolah Menengah Atas. Hanya berbeda tingkatan saja. Acara makan bersama di malam itu pun berjalan dengan sangat menyenangkan. Sesekali ada seda dan gurau ditengah perbincangan mereka. Pras dan Rai memiliki kesan pak Agung merupakan pribadi yang sangat baik. Apalagi untuk ukuran seorang atasan, dia dengan sangat terbuka menerima kedatangan Pras dan istrinya yang hanya pegawai baru itu. "Oh iya, Pras. Bagaimana betah di tempat yang sekarang?" tanya Pak Agung disela-sela makan malam mereka. "Oh, alhamdulillah, pak, sangat betah. Apalagi para senior juga sangat ramah menerima kedatangan pegawai baru seperti saya ini." jawab Pras. "oh, bukan, bukan. Maksud saya rumah yang kalian tempati. Apa kalian kerasan menempati rumah yang sekarang kalian tempati?" ulang Pak Agung, dengan senyum menjelaskan maksud pertanyaannya. "tapi syukur kalau kamu juga merasa kerasan dikantor." lanjutnya. "hehehe," Pras sedikit tertawa, sedikit malu karena telah salah mengartikan pertanyaan atasannya itu. "alhamdulillah juga sejauh ini nyaman pak." lanjutnya. "Kalau mbak Rai kegiatannya apa selama ini?" tanya bu Rania, istri pak Agung, sambil melemparkan pandangannya kepada wanita berhijab yang duduk disamping Pras. "untuk sementara ini saya masih berkegiatan di rumah saja, bu. Sambil mencari - cari informasi, mungkin saja ada sekolah yang membutuhkan tenaga pengajar baru. Sebelumnya di kota asal kami, saya berkegiatan sebagai pengajar di sekolah menengah." jawab Rai. Bu Rania sangat antusias mendengar penjelasan Rai tentang dirinya yang seorang pengajar. "wuah, hebat! Memang mengajar mata pelajaran apa?" "kebetulan saat kuliah saya mengambil jurusan ilmu pendidikan bahasa inggris. Jadi setelah lulus saya mengajar mata pelajaran bahasa inggris." terang Rai lagi. "Oh, begitu. Mungkin nanti saya bisa mengabari jika memiliki info tentang pekerjaan yang sesuai dengan yang mbak Rai cari." ucap bu Rania dengan baik hati menawarkan bantuannya. "terima kasih banyak, bu." sahut Rai. "ngomong - ngomong bapak pernah cerita kalau kalian menempati salah satu rumah dinas milik instansi-kan?" ucap bu Rania. Kembali pada topik rumah dinas yang Pras dan Rai tempati. "iya bu. Maka dari itu kedatangan kami ke sini selain ingin berkenalan dengan keluarga bapak dan ibu, juga ingin mengucapkan rasa terima kasih kami pada bapak yang telah mengizinkan kami menempati rumah itu." terang Pras. "ah, bukan apa-apa itu Pras. Lagi pula siapapun boleh menempati rumah itu. Asal mau merawat dan menjaganya." jawab Pak Agung merendah. "tetap saja, saya benar-benar merasa sangat berterima kasih. Keadaan saya saat itu benar-benar terdesak dan Pak Agung datang membawa jalan keluar untuk permasalahan yang sedang saya hadapi saat itu." kembali Pras menjelaskan. "syukur, kalau itu benar-benar bermanfaat untuk Pras dan istri." ucap Pak Agung. "oh iya, ngomong - ngomong kita juga pernah loh tinggal di rumah dinas yang mas Pras dan Mbak Rai tempati." terang bu Rania. "oh, begitu rupanya." sahut Rai merasa tak menyangka dengan kenyataan yang dibicarakan oleh istri atasan suaminya itu. "iya, tetapi itu sudah sangat lama. Beberapa tahun yang lalu." ucap bu Rania. Saking Asiknya onrolan mereka terus berlanjut sepanjang makan malam. Pras dan Rai akhirnya pamit setelah kunjungannya ke kediaman atasannya itu dirasa cukup. Menggunakan skuter matic berwarna abu-abu tua yang baru saja mereka beli, Pras membawa istrinya dalam boncengan melaju perlahan memecah jalanan kota yang tidak terlalu ramai. "luar biasa ya, mas. Keluarga Pak Agung benar - benar keluarga yang sangat baik." ucap Rai berbicara dengan mendekatkan wajahnya pada telinga sebelah kanan laki - laki yang sedang memboncengnya itu. "iya,mas juga merasa begitu. Padahal mas ini cuma bawahan dia, ditambah anak baru pula, tetapi mereka tetap menjamu kita dengan sangat baik." ucap Pras mendukung ucapan istrinya itu. Karena suasana jalanan yang cukup lengang membuat keduanya pun cepat sampai dirumah walau menggunakan kecepatan sedang. Suara gemuruh dari langit sudah mulai terdengar, angin yang berhembus bahkan sudah membawa hawa dingin dari tempat lain yang sudah lebih dulu terjadi hujan. "mas, sepertinya mau turun hujan." ucap Rai yang sedang memperhatikan cuaca, untuk memperingati suaminya. "iya, dek." jawab Pras yang baru saja melajukan skuter-nya memasuki halaman rumah. Hujan pun turun tidak lama setelah keduannya sampai dan memasuki rumah. Pasangan itu memilih untuk langsung masuk kamar setelah sebelumnya lebih dahulu membersihkan diri di kamar mandi. "mas, aku mau langsung tidur saja yah?" ucap Rai pada suaminya itu. "iya, dek. Mas juga mau langsung pergi tidur." sahut Pras. Pras dan Rai pun menutup aktivitas mereka hari itu. Mereka terlelap untuk mendapatkan istirahat yang berkualitas. *** Pagi itu Rai cukup terkejut. Dia terlihat sangat bingung karena dapur yang semalam dilihatnya rapi dan baik - baik saja, tiba - tiba pagi ini ada dalam keadaan yang sangat kacau. Barang-barang berhamburan di lantai. Pintu - pintu lemari penyimpanan banyak yang ada dalam. Keadaan terbuka. Wanita itu mengingat ingat - ingat kembali. Meyakinkan dirinya bahwa dapur memang sudah dalam keadaan rapih saat merela tinggal tidur semalam. "mas, maaaasss," panggil Rai berharap suaminya datang menghampirinya sekarang. "iya, dek." masih dengan raut wajah mengantuk karena memamg baru saja terjaga, Pras datang untuk memenuhi panggilan istrinya itu. Belum sempat mendapat penjelasan apapun dari istrinya, Pras nampak terkejut melihat keadaan dapur pagi itu. "loh, kenapa dek? Diapain dapurnya?" tanya Pras polos menyangka kekacauan itu semua karena ulah istrinya. "iiihhhh, ini bukan aku yang buat, mas." sahut Rai kesal mendengar ucapan suaminya itu. "lantas ulah siapa ini? Kenapa kacau sekali." ucap Pras masih cukup terkejut. "Aku juga gak tahu, mas. Makanya aku manggil kamu. Setahu aku semalam sebelum kita pergi tidur daput ada dalam. Keadaan rapih. Iya kan? Apa kamu ingat?" ucap Rai sambil menekankan pada suaminya itu untuk mengingat - ingat. "eeehh..." sambil memunguti barang - barang yang berhamburan dilantai Laki-laki itu berusaha mengingat - ingatnya. "seingat mas sih, memang tidak ada yang aneh semalam. Kalau semalam dapur memang berantakan, mas pasti lebih dulu merapihkannya sebelum akhirnya pergi tidur." papar laki-laki itu. "tuh kan," penjelasan dari suaminya itu malah justru membuat Rai bertambah bingung. Tanpa meneruskan prasangka Pras lebih memilih meminta Rai membiarkan hal itu. "kamu mau ke kamar mandi kan? Kamu juga mau solat subuh?" tanya Pras pada Rai yang masih bingung. Rai mengangguk atas pertanyaan suaminya itu. "ya sudah, biarkan ini semua mas yang rapihkan. Sekarang lebih baik kamu segera solat, gantian sama mas." Pras memberikan perintah pada istrinya itu. Untuk kesekian kalinya, Pras berusaha untuk menepis prasangka buruk dalam pikirannya tentang rumah itu, yang sebenarnya memang terasa ada yang janggal dengan rumah yang mereka tepati itu. Walau terlihat nampak tenang, sebenarnya semua kejadian - kejadian itu membuat Pras semakin khawatir meninggalkan Rai sendiri dirumah.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN