Rencana membunuh

1337 Kata
Pov Chen. Di sebuah bangun sangat tinggi. Chen sudah bersiap untuk menarik anak panah yang dia pegang. Sebuah kesempatan langkah. Mencoba mengacaukan perayaan itu. Sebuah kekuatan yang dia kumpulkan keseluruh ujung anak panah. "Apa kalian sudah tidak waras?" "Jangan ikut campur." Chen menatap tajam ke arah pangeran kelima. "Apa yang kamu lakukan bisa membahayakan yang lainya." "Apa urusan kamu. Kita disini bersaing baik-baik. Tapi jika kalian ikut campur. Saya tidak akan beretika baik pada anda." Merasa kesal dengan ucapan Chen. Pangeran kelima menggerak kesal. Melangkahkan kakinya pergi. Kedua mata Chen tertuju pada sosok yang mencurigakan baginya. Seorang di balik topi dengan tirai putih menutupi wajahnya. Berjalan masuk ke dalam kerumunan para penduduk desa. Dia melihat jelas, seorang laki-laki itu duduk santai, menikmati secangkir teh. "Siapa dia?" Chen menatap pangeran keempat. "Lebih baik kamu disini. Aku akan turun mematahkan. Sepertinya aku pernah melihatnya." Chen memberikan anak kanannya pada pangeran ketiga. "Tapi.. " "Diamlah!" dengan ilmu keringanan tubuh yang dia dapatkan selama berguru. Dia melompat dari atas gedung ke gedung lainya. Berlari, melompat ke gedung lainya. Hingga dia berhasil melompat opera di depan seorang laki-laki tulang terlihat mencurigakan. Dia duduk bersila, menarik jubahnya ke depan. "Ilmu yang anda miliki dari timur?" kata laki-laki itu. "Apa anda hidup di timur?" "Siapa anda? Kenapa anda tahu?" "Saya penjelajah. Menelusuri setiap negara. Dan, sekarang saya berhenti di sebuah negara yang sama sekali tidak pernah aku temui sebelumnya. Seorang raja yang terkenal angkuh. Saya ingin melihatnya sendiri." "Apa urusan anda?" Laki-laki itu bangkit dari duduknya. Mengibarkan jubah putih yang dia pakai. "Tidak ada hal apa-apa, atau urusan apapun.. Sementara anda sendiri. Terlalu antusias ingin membunuhnya. Dan, anda akan berujung sia-sia." "Apa yang anda maksud?" Bagaimana orang ini mengetahui jika saya akan membunuh raja? Siapa sebenarnya orang ini? Kenapa saya merasa dia begitu tidak asing bagi saya. Laki-laki itu sama sekali tidak menjawabnya. Tanpa Chen sadari, saat dia menoleh laki-laki itu menghilang dari hadapannya. Sialan! Kemana dia pergi? Mata tajam Chen mengamati setiap orang di sana. Dia tidak menemukan dimana jejak laki-laki asing itu pergi. Dia berjalan mencoba menembus para kerumunan penduduk yang melihat sang raja. "Apa yang terjadi?" tanya para penduduk desa yang masih bergerombol. "Raja, bersama dengan wanita." "Bukanya dia selir raja?" "Sepertinya, seperti itu." "Raja memang tidak salah memilih selir. Dia sangatlah cantik." "Iya. Tidak hanya cantik. Semua selir raja sangatlah cerdas. Tapi sayangnya, raja sendiri tidak punya belas kasihan pada kita." "Permaisuri juga sangat cantik! Tapi, kenapa raja memilih selir?" "Hahaha.. Mungkin raja sudah bosan dengan permaisuri. Dan, menginginkan wanita lain." "Apa yang kalian bicarakan? Bisa diam tidak!" bentak salah satu pangeran yang mendengarnya. Chen menoleh menatap kegaduhan yang membuat dia penasaran. "Maaf, pangeran.. Maaf!" seseorang itu segera berlari pergi dari sana. Senyum mendapatkan hukuman darinya. Apa yang kalian katakan?" Chen berjalan dengan sorotan mata tajam. "Maaf, pangeran." "Jika kalian berbicara tentang selir itu lagi. Saya akan ambil lidah kalian." "Maaf, pangeran!" lima orang yang membicarakan raja dan selir Dia. Semua tertunduk, di hadapan pangeran ketiga. Yang terkenal juga sangat kejam. Hanya di depan selir Dia dia terlihat begitu lugu. Menunjukan kebaikannya. "Apa kamu akan membalas apa yang dilakukan sang raja pada wanitamu?" "Iya.." saut pangeran ketiga. "Chen... Aku ada rencana untuk membalasnya. Lebih baik, kamu ikuti aku." "Rencana apa?" tanya Chen pangeran ketiga bingung. Chen adalah pangeran ketiga. Dia anak dari salah satu selir raja pertama. Tapi, ia tidak mau jika dia akan selamanya jadi anak selir. Dia dan ibunya berencana untuk melakukan kudeta. Tapi, semua rencana yang baru saja dia susun selalu gagal dan tidak pernah sama sekali bisa melukai raja. Chen sangat mencintai selir Xia. Dia wanita yang selalu dia idamkan. Tetapi, wanita itu sama sekali tidak pernah menginginkannya. Dia saat mencoba untuk menghindar darinya. Chen sangat membenci Raja karena perlakuan Ratu haram yang selalu menyiksa ibunya. Hanya karena ibunya adalah seorang selir raja. Ibunya yang hampir saja jadi satu utama di jejak dengan laki-laki lain. Hingga Membuat raja marah. Dan, memecatnya mencari ratu utama. "Permisi, pangeran Chen. Nyonya memang anda." seorang prajurit tiba-tiba berdiri tepat di depannya. Menundukkan adanya. sebagai tanda hormat. "Ibu?" tanya Chen memastikan "Iya, pangeran " "Baiklah! Aku akan datang. Bilang padanya sebentar lagi." "Baik," prajurit itu segera pergi. Sementara Chen, melirik sekilas ke arah para saudaranya. Meski mereka sering bertengkar. Tetapi terkadang tidak sengaja akur. Hanya karena tujuan yang sama. Mereka ingin jika Raja jatuh. "Aku mengingatnya. Apa yang dilakukan Yinwa pada keluargaku. Aku tidak akan tinggal diam sekarang." #Flashback. "Ibu... Akan yang ibu lakukan disini?" tanya Chen. memeluk ibunya. "Maafkan ibu.. Ibu.. Tidak bisa bertahan lama disini." "Apa maksud ibu?" "Wanita murahàn seperti kamu harus disingkirkan dari sini." "Kalian, kenapa hanya diam saja. Berdiri Dan ambil semua rumah serta semua barang berharga miliknya." Chen hanya menatap kekejaman Yinwa. Mengepalkan tangannya. Mencoba ingin membunuhnya sekarang. Tetapi, dia hanyalah orang biasa. Selain gelar pengarah dia dapatkan. Dia bisa berkuasa nantinya. "Baik, tuan..." prajurit itu berlari masuk ke rumah milik Chen. Mengobrak abrik semua barangnya. Mengambil semua barang berharga milik keluarga Chen. "Yang mulia.. Tapi, vymanya dia adalah adik anda." salah satu prajurit itu menunduk. "Jangan ada yang membantah apa yang aku katakan." bentak Yinwa. Memberikan sebuah cambukan pada salah satu prajurit. Hingga menyisakan luka cambuk seperti terbakar berasap, dan meninggalkan bekas merah. Yinwa sangat terkenal jahat. Dia memang tidak pernah punya hati meskipun orang itu kesakitan. Dia tidak peduli, dan terus menyiksanya. Sifatnya yang lebih kejam daripada iblis membuat banyak orang yang mengutuknya. "Apa yang kamu lakukan?" suara lembut itu menghentikan perbuatan Yinwa. Dia hanya tunduk pada yang mulia Ratu utama. Seorang ibu yang telah merawatnya dengan baik. "Yang mulia ratu." Yinwa menundukkan badannya di depan ibunya. "Yinwa.. Kamu melakukannya lagi." "Iya.. Saya tidak suka ada penduduk pembohong seperti dia. Apalagi hasil panen yang ternyata mereka sembunyikan." "Kamu yang berbohong pada Ibu. Kenapa Anda menyiksanya?" tanya Ratu. "Moi Ju..." ibu Chen menatap tajam wajah Moi Ju. Wajah yang terlihat polos namun sangatlah licik. Moi Ju, tersenyum melihat ketidakberdayaan selir raja. "Baiklah! Lakukan, Saya akan pergi ke paviliun anggrek. Saya ingin menemui seseorang." "Iya. Anda harus hati-hati. Banyak yang tidak suka dengan kita." "Apa perlu orang-orang seperti mereka disingkirkan!" "Hancurkan!" satu kata yang begitu menggetarkan hati Yinwa. Dendam sang ibu membuat dirinya menjadi wanita yang kejam tanpa membedakan siapa dia. Dan, Yinwa laki-laki yang patuh dengan ibunya. Dia menerima semua perintahnya. "Yinwa..." teriak Chen berlari ke arahnya. "Yinwa.. Kamu harus tolong ibuku. Kamu harus tolong dia.." Chen meraih tangan Yinwa, menarik-narik tangannya. "Tidak akan!" "Yinwa.. Aku selama ini anggap kamu saudara. dan kamu mengkhianatiku." Yinwa menendang tubuh Chen. Hingga terjatuh ke tanah. "Pengawal.. Ikut aku!" ucapan yang menggetarkan bagi siapa yang mendengar suaranya. Seperti iblis yang membuat hati semua orang bergejolak. Para prajurit di belakangnya. Berpakaian baju besi lengkap. Dengan tombak dan, pedang di pinggangnya. Mereka berjalan tanpa ada suara di belakang Yinwa. "Chen... Aku tidak akan pernah melupakan apa yang kamu lakukan padaku. Aku akan membalasnya lebih kejam." Chen yang masih duduk di tanah. Menggertakkan giginya. Bedengus kesal, aura kebencian mulai menggerogoti tubuhnya. Tatapan Yang menyorot tajam. Kedua tangan mencengkeram tanah di sampingnya. "Tanah ini akan jadi saksi. Aku akan menjatuhkan tanyanya nanti. Membalas semua yang kalian lakukan pada ibuku. Kalian menghakimi ibuku, membuatnya menderita." "Dan, sekarang aku Chen. akan membuat Yinwa. Menderita dalam pimpinannya." "Chen... Kenapa kamu diam saja." pangeran keempat menepuk pundak Chen. Menyadarkannya dari lamunannya. Tangan Chen mengepal sangat erat. Menatap penuh kebencian wajah Yinwa di depan matanya. "Apa kamu yakin melakukannya?" "Iya.. Aku yakin!" tegas Chen. "Baiklah! Tapi, saya harap kamu tidak ketahuan. Jika sampai kamu ketahuan maka kamu yang akan berakhir di hukuman panggál di depan para penduduk desa. "Tenang saja!" Chen kembali berlari menuju ke bangunan tinggi kerajaan. Tempat di mana musuh bis mengintai kapan saja. Chen menarik panahnya di tangan pangeran keempat. Chen mulai menarik anak panah. Tanpa keohtolnya. Chen melewatkan anak panah itu tepar di wajah Yinwa. Wusss. Begitu cepatnya anak panah itu hampir menyentuh wajah Yinwa. Seorang dengan yopi dan tirai menutupi wajahnya. Memegang gagang panah. Semua orang terkejut. Sang Ratu bangkit dari duduknya. Makanya mulai tidak beraturan. Melihat anaknya hampir saja terbunuh. ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN