Saat hendak berangkat ke apartemen lamanya. Kinan terhenti. Kunci apartemen dimana?
Ahh.. Aku kenapa bingung begini?
Tiba tiba, matanya melihat kalender. Ia membelalak kaget!
Ini Bulan November??
Bukan Mei?
Kenapa waktuku berjalan enam bulan tanpa terasa?
Kinan akhirnya diam.
Kalau semua ini ada hubungannya dengam liontin yang ia kenakan, mama pasti tahu. Dan, catatan catatan dari mama ada di apartemen lama.
Ia mencoba mengingat ngingat kemungkinan tempatnya menyimpan kunci apartemen. Ah, pasti ada di dalam tas!
Aku tidak pernah menyimpan kunciku terpisah dengan dompet dan barang berharga lain.
Kinan membuka tasnya dan melihat kalau ponsel, dompet dan kunci ada semua di dalam. Ia pun bergerak pergi ke luar penthouse menuju apartemen lamanya.
Kinan membuka kuncinya, dan pintunya terbuka!
Ok, ini artinya masih apartemenku!
Ia melangkah masuk dan melihat kalau suasana apartemen masih seperti sebelumnya.
Kinan melangkah masuk ke dalam kamar tidurnya. Ia menarik laci tempatnya menyimpan perhiasan. Ada kotak liontin yang mamanya berikan.
Siapa tahu ada petunjuk di sini.
Ia pun membulak balik kotak tersebut dengan harapan siapa tahu saja ada catatan atau apapun itu yang mamanya simpan untuknya. Tapi, tidak ada apapun.
Kinan mengocok kotak itu, tetap rasanya kosong.
Hmm.. Dimana lagi aku bisa menemukan petunjuk?
Tiba tiba ponselnya berbunyi! Ah kaget sekali! Ternyata Respati. Awww.. Dia tahu nomor teleponku?
Ah sadar Kinan! Kalian sudah menikah. Tentu saja dia tahu nomor teleponmu!
Kinan, "Ha-halo."
Respati, "Halo. Kamu dimana?"
Kinan, "Apartemen lamaku."
Respati, "Sendiri?"
Kinan, "Iya."
Respati, "Ah!! Aku sudah bilang bukan jangan pergi sendiri. Aku ke situ!"
Kinan, "I-iya.." Tapi ternyata Respati sudah menutup teleponnya.
Kenapa aku tidak boleh pergi sendiri?
Kinan akhirnya berbaring di tempat tidur sambil berpikir tempat mamanya menyimpan cerita ini. Sepuluh menit kemudian, ia pun tertidur.
***
Respati dengan cepat pergi dari kantornya. Tikta mencegahnya, "Bapak ada rapat satu jam lagi."
"Beri saya waktu lima puluh menit. Satu jam kurang sepuluh menit saya kembali! Ok?" Respati tersenyum.
Tikta tak lagi bisa mencegahnya. Dan membiarkan Respati pergi.
***
"Bangun cantik! Kenapa kamu tidur di siang bolong begini?" Respati melihat Kinan tertidur di tempat tidurnya. Ia memutuskan untuk berbaring di samping istrinya.
Kinan membuka matanya. Suaminya begitu tampan dan gagah mengenakan setelan jas dan coat yang ia kenakan tadi pagi. Ah.. Gagahnya!
Ia pun dengan berani naik ke atas tubuh suaminya.
"Ow.. Apa yang kamu lakukan? Siang bolong begini?" Respati menggodanya.
"Aku hanya ada waktu.. Mmm.." Ia melihat jam tangannya, "Dua puluh menit saja."
Kinan hanya tertawa. Ia mengecup pelan hidung suaminya. Masih tak percaya kalau lelaki idamannya ada di bawah tubuhnya.
Respati mengaitkan rambutnya yang berjatuhan ke daun telinganya.
Saat itu, Kinan melihatnya!
Suaminya mengenakan gelang dengan batu kecil berwarna biru! Ia langsung menahan tangan suaminya.
"Ba-batu biru ini, ka-kamu juga?" Kinan membuka kancing kemejanya dan mengeluarkan liontin yang tergantung di kalungnya.
Respati mengerutkan keningnya, "Kamu serius memang lupa? Tidak ingat apa yang terjadi?"
Kinan mengatupkan bibirnya. Apa ia akui atau tidak?
Tapi akhirnya ia memutuskan untuk mengakuinya. Toh Respati suaminya.
"Aku tidak ingat. Rasanya memori terakhirku di enam bulan lalu. Semua blank," Kinan memainkan kancing kemeja suaminya.
Respati mengerutkan keningnya. Apa yang terjadi pada istrinya?
"Ceritakan padaku!" Respati memutar tubuhnya hingga Kinan ada di bawahnya. "Tadi pagi, saat aku bangun dan ada kamu di sisiku. Aku kaget sekali. A-aku pikir mimpi," Kinan bercerita apa adanya.
Respati langsung tertawa terbahak bahak, "Apa yang aku lakukan tadi pagi, kamu pikir mimpi? Itu bukan nyata?"
"Damn Kinan!!! Kamu berpura pura? Teriakan tadi? Rintihanmu? Semua kamu pikir mimpi?" Respati tak henti tertawa.
"Ah! Aku memacu tubuhku dua kali Kinan. Dua kali! Tadi pagi. Dan, kamu pikir itu semua mimpi?" Respati menggelengkan kepalanya sambil tersenyum.
"I-iya," Kinan mengangguk. "Ta-tapi aku tidak berpura pura. Ka-kamu hebat."
"Aku tidak percaya!" Respati tersenyum lebar. "Tidak bisa dibiarkan. Ada waktu lima belas menit lagi. kita lakukan sekarang!" Dengan cepat Respati membuka celananya dan menyingkapkan rok yang Kinan kenakan. Lalu menurunkan sehelai pakaian yang menutupi area paling sensitif di tubuhnya.
Kinan tertawa kegelian, "Ah hentikan."
"Tidak bisa aku hentikan. Aku sudah siaga satu, lihat milikku! Going commando! Ini bukan mimpi ok? Lihat mataku! Ini nyata. Bukan mimpi," Respati mengecup bibirnya dan perlahan memasuki inti tubuhnya.
"Oh oh.. Ahhh.." Kinan tahu tubuhnya bereaksi berbeda dan memang ini bukan pertama kali. Ia seperti sudah mengenal tubuh suaminya.
Ia mengikuti pergerakan suaminya hingga keduanya menggengam erat jari jemari satu sama lain. Emosi mereka meluap tak tertahankan.
"Ini sepertinya lebih dari lima belas menit," Kinan berbisik pelan. "Kenapa kamu luar biasa sekali."
"Aku merasakan kalau ini lebih dari lima belas menit. Tapi. Aku. Tidak. Peduli. Ohh, god Kinan! It's not a dream! My effort is real!" Respati tersenyum dan mengecup kening istrinya.
Kinan tertawa. Ia merasakan kalau Respati mengambil tisu basah dan membersihan bagian sensitifnya. Lalu menarik kembali celana dalamnya. Ia hanya diam memperhatikan Respati yang sedang memasang celana panjangnya. Kinan lalu berdiri dan memeluknya dari belakang. Tubuh yang gagah dan selalu ia impikan untuk bisa memeluknya. Harum..
"Kenapa kamu ke sini? Kenapa aku tidak boleh sendiri?" Kinan bersandar di tubuh suaminya dan menggerakkan telunjuknya secara melingkar di punggung suaminya.
"Ah, sepertinya kita harus bicarakan ulang. Nanti malam kita bicara ok? Sekarang, aku harus mengantarkanmu pulang dan kembali ke kantor!" Respati berbalik dan mengecup istrinya.
Ia kemudian menggenggam erat tangan istrinya. Keduanya saling menatap penuh cinta. Saat yang sama, kedua batu yang ada di leher Kinan dan pergelangan tangan Respati bersinar sesaat.
"Lihat! Ini penyebabnya! Sinar itu seperti sinyal sayang," Respati semakin erat menggenggam tangannya.
"Pulang ya, diam di penthouse. Kita bicarakan kembali nanti malam," Respati memastikan istrinya mengikuti kata katanya.
"Iya," Kinan mengangguk.
Sepanjang jalan, ia terus memperhatikan suaminya. Si tampan yang aku idam idamkan. Bagaimana mungkin ada di sampingku? Aku sungguh penasaran dengan hidupku enam bulan terakhir ini.
"Kamu bukan mimpi kan? Yakin ini semua nyata?" Kinan mencubit pipi Respati. Ia memastikan sekali lagi.
Respati tertawa, "Cubit aku sesukamu! Ini nyata sayang."
Kinan lalu mencubit lengan suaminya. Respati kembali tertawa, "Lakukan yang kamu pikir harus kamu lakukan!"
"Sampai kapanpun aku ada di sisimu. Ini terjadi! Pernikahan kita nyata!" Respati tak bisa menahan tawanya.
***
Janggala berjalan keluar dari ruangannya. Ia melihat lihat suasana kantor sambil memikirkan rencananya untuk menarik hati Kinanti Apasarini. Beberapa karyawan tampak memperhatikannya. Tapi, ia tak peduli dengan tatapan ingin tahu karyawannya.
Langkah membawanya pada sebuah kolam ikan di tengah halaman kantornya yang memang lahan terbuka. Ia memperhatikan pergerakan air yang sedikit bergelombang.
Ikan ikan itu bergerak terus menerus hingga menyebabkan air kolam terus bergelombang.
Ia menyentuh permukaan air kolam dan menjentiknya dengan ibu jari dan telunjuknya. Riak air kolam pun semakin kencang. Janggala merasakan ujung jasnya sedikit basah.
Aku akan membuat riak riak dalam hubungan kalian. Secara bertahap, kamu akan menjauh dan melupakannya Kinan. Dan, pada akhirnya, hanya ada aku di pikiranmu!
Janggala menyeringai licik.