10. Senyum yang Berbeda

1203 Kata

“Jelas ini bukan akting, tetapi hanya naluri manusia pada umumnya ketika melihat manusia lainnya terluka. Bukannya itu normal? Apa kamu berharap lebih dari saya, Ara?” HIIIH! Pak Davka selalu saja berhasil membuatku keki. Ya jangan salahkan aku tanya begitu. Siapa yang sebelumnya seolah-olah memperingatiku untuk tidak kebawa perasaan, tapi sendirinya tiba-tiba sangat perhatian? Naluri manusia? Oke. Anggap saja memang begitu. Aku lelah membahas masalah akting atau tidak akting. Aku hanya bertanya, bukan sedang memastikan perasaan. “Saya turun depan dekat posko saja, Pak,” ucapku begitu mobil Pak Davka memasuki area desaku. Sejak dari rumah Kak Kinan mengambil barang-barang, kami tidak banyak bicara. Kami bicara jika ada perlu saja, seperti ketika Pak Davka bertanya arah menuju rum

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN