Jung Hwa yang sedang berbaik hati

1043 Kata
Tok...tok...tok Suara ketukan di pintu yang sangat keras membuat Ae Ri membuka matanya perlahan, ia melihat jam tangan yang masih melingkar manis di tangan kanannya. Jam menunjukkan pukul 4 subuh, masih pagi-pagi buta. Namun, ada orang yang mengetuk pintunya dengan sangat keras. “Astaga, terkutuk sekali yang membangunkan orang di jam segini,” ucap Ae Ri pelan sambil melangkah mendekati pintu. Ia melihat dari lubang yang berada di tengah-tengah pintu, lubang itu memperlihatkan Jung Hwa yang berada tepat di depan pintu tersebut Ae Ri langsung membuka pintu itu kemudian menatap Jung Hwa dengan tatapan datar. “Apakah kau tak punya sopan santun mengetuk pintu sedemikian kerasnya di jam orang tidur?” tanya Ae Ri dengan nada geram. Bagaimana tidak? Semalaman ia begadang karena memikirkan Han, namun baru saja beberapa jam tidur Jung Hwa mengetuk pintu dengan keras. "Hey jangan marah, aku sudah mengetuk pintu ini ribuan kali, tapi tidak ada yang membukanya,” kata Jung Hwa memberikan alasan. Mata Jung Hwa benar-benar jijik melihat penampilan Ae Ri yang sangat acak-acakan, ia bahkan bingung mengapa Han rela membayar perempuan di hadapannya dengan bayaran mahal padahal Ae Ri benar-benar tidaklah secantik itu. “Masuklah atau akan kututup lagi pintu ini?” kata Ae Ri dengan tatapan datar. Jung Hwa langsung masuk tanpa basa-basi, namun rasa terkejutnya tak sampai di sana saat Jung hwa masuk ia lebih terkejut karena kamar itu lebih berantakan dari pada orangnya. “Astaga anak ini! Aku semakin tidak paham bagaimana Han tertarik membelimu dengan mahal padahal...” “Apa kau ke sini hanya ingin berceramah?” tanya Ae Ri dengan penampilan berantakan bak mayat hidup di hadapan Jung Hwa. Jung Hwa memutar matanya malas kemudian memberikan Ae Ri sebungku makanan. “Pagi nanti aku ada urusan dan tidak bisa mengantarkan makanan jadi aku memberikan makanan ini lebih awal, makanlah dan telepon saja jika menginginkan sesuatu. Oh iya kau juga libur saja sebulan, sepertinya uangmu masih cukup untuk sebulan libur,” kata Jung Hwa kemudian keluar dari tempat tersebut meninggalkan Ae Ri yang masih terkejut diliburkan sebulan. Jung Hwa yang mata duitan dan mengharuskannya bekerja setiap hari tanpa libur sekarang memberikannya libur yang tak tanggung-tanggung sampai sebulan penuh dan itu benar-benar tak masuk akal. Ae Ri menutup pintu apartemennya dengan wajah yang masih bingung karena sikap Jung Hwa yang tiba-tiba rela dirinya libur. “Apakah Han membayarnya lagi untuk meliburkanku?” tanya Ae Ri kemudian ia mencari-cari keberadaan ponselnya. “Ya ada apa Ae Ri? Apakah kau menyukai makanan dari restoran mahal itu?” tanya Jung Hwa di seberang sana. “Hey, ini pasti ulah Han yang membayarmu untuk melepaskanku selama sebulan kan?" tanya Ae Ri langsung tanpa basa-basi. Jung Hwa terdiam mendengar ucapan Ae Ri karena tebakan itu benar adanya dan ia bingung harus menjawab apa. “Uang Han yang kemarin itu sangatlah banyak dan bisa membuatmu libur sebulan dengan makanan sederhana, aku akan merasa bersalah karena memerasmu terus makanya hitung-hitung ini adalah hadiah dariku.” Jung Hwa berbohong karena Han yang menyuruhnya berbohong entah alasannya apa Han tak mau mengatakan itu. Ae Ri terdiam, memang benar kata Jung Hwa dirinya adalah yang memiliki bayaran tertinggi diantara teman-temannya. “Benar hanya itu alasannya?" tanya Ae Ri memastikan. “Tentu saja itu benar, sudahlah aku harus mengerjakan hal lain. Selamat berlibur” Setelah mengatakan itu Jung Hwa langsung memutuskan sambungan telepon tersebut. Ae Ri melihat layar ponselnya kemudian menghela napas pelan. Entah apapun alasan Jung Hwa yang terpenting adalah ia diberikan libur panjang dan kebebasan selama sebulan. “Biarlah yang penting aku mendapatkan libur! Aku tidak perlu tidur dengan pria-pria mata keranjang itu lagi selama sebulan. Benar-benar melegakan,” ucap Ae Ri sambil berguling di sofa empuknya. Gadis itu pun memilih untuk kembali tertidur, ini adalah hari yang panjang untuk Ae Ri dan ia harus membuat dirinya nyaman senyaman mungkin hingga ia tidak pernah merasakan bahwa dirinya adalah wanita penghangat ranjang bagi pria-pria kesepian. Sementara itu Han yang berada di lantai dasar apartemen melihat Jung Hwa yang sudah keluar dari tempat tersebut. “Bagaimana apa kau sudah mengatakan bahwa ia harus libur sebulan?” tanya Han dengan mata elangnya yang selalu mengintimidasi. “Ya, semua sudah beres ia akan berlibur sebulan ini. Kau bisa memperpanjangnya bila mau,” kata Jung Hwa tersenyum licik. “Aku akan menikahinya jadi kau tidak akan bisa menjualnya lagi,” kata Han kemudian pergi dari hadapan Jung Hwa. Sikap Jung Hwa yang mencoba bernegoisasi benar-benar salah dan membuat Han sedikit sebal dengan mucikari itu. “Astaga anak muda itu! Benar-benar tak sopan, memangnya ia kira Ae Ri mau padanya? Apakah dia tidak sadar bahwa Ae Ri selalu kesal jika bertemu dengannya? Lalu ia akan menikahi Ae Ri? Bermimpi sajalah!” kata Jung Hwa kemudian memasuki mobilnya dengan raut wajah kesal. Han melihat apartemen yang menjulang tinggi itu dengan banyak perasaan bersalah. Ada Ae Ri di salah satu kamar di apartemen tersebut. “Aku akan mengambilmu apapun yang terjadi, lihat saja aku akan kembali mendapatkan semuanya dengan mudah,” kata Han kemudian memasuki mobil tersebut. Siang ini ia harus kembali ke rumah Ye-Jun karena pria paruh baya itu ingin bicara padanya perihal perusahaan Nongshim. Ye-Jun pernah berkata bahwa ia akan memberikan perusahaan Nongshim pada Han saat pemuda itu berusia 21 tahun dan kini waktu yang ditentukan sudah tiba. Ye-Jun yang semakin berumur tidak ingin pusing lagi dengan semua urusan kantor, ia akan memberikan itu semua pada anak tunggalnya untuk menjadi pewaris satu-satunya dari perusahaan Nongshim. “Sudah sangat lama aku menantikan ini semua, sudah saatnya aku mengembalikan semua milik Ae Ri yang keluargaku ambil. Papa juga harus aku berikan sebuah pelajaran dari apa yang akan terjadi nanti,” kata Han yang sebenarnya sedikit dendam pada ayahnya yang begitu diktator. Han tidak pernah menemukan kebahagiaannya di keluarganya, meskipun ayahnya sangat kaya itu tidak bisa membeli kebahagiaan Han terlebih saat ibunya meninggal. Dari dulu sama seperti kebanyakan anak-anak orang kaya lain yang mempunyai banyak sekali tuntutan sejak kecil, Han juga dituntut untuk selalu menuruti ucapan ayahnya sekali pun Ye-Jun salah Han harus tetap mengikutinya. Han kecil benar-benar sangat tertekan, namun semuanya berubah ketika Han bertemu dengan Ae Ri yang merupakan adik kelasnya. Han yang selalu kaku karena doktrin-doktrin ayahnya melemah ketika melihat Ae Ri yang saat itu benar-benar ceria. Ae Ri benar-benar menjadi cinta pertama untuk Han sampai saat ini.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN