Pil Kontrasepsi

1211 Kata
Difa baru saja keluar dari pintu apartemen Dimas, lega karena pada akhirnya pria itu mau melepaskannya. Baru saja berdiri di depan Lift,Difa teringat sesuatu.Dia tak ada uang untuk naik taksi, dan dia juga perlu segera membeli sesuatu. Menekan egonya Difa memutuskan kembali ke apartemen Dimas. Begitu ia sampai di depan pintu, segera ia tekan pin apartemen yang ia hafal tadi saat Dimas membukanya, ternyata pria itu menggunakan tanggal saat mereka pertama kali berciuman, huh memalukan bagi Difa saat ia teringat hal itu, dirinya yang mudah sekali terbuai dengan pesona pria itu padahal dulu status mereka bukan siapa-siapa. Klik.... Masuk kembali ke dalam rasanya Difa benar-benar sesak, mengingat dirinya yang selalu kalah dari pria itu. "Kakiku sakit lagi. " "Tidak, kali ini sangat nyeri, tidak hanya aktivitas malam saja......" "Jangan berfikir macam-macam, tentu dengan istrikulah. " "Sudah jangan banyak tanya, nanti siang aku ke rumah sakit, kau periksa lagi." "Ya kali ini sangat nyeri. " Difa mengerutkan keningnya mendengar percakapan Dimas di telepon di dalam kamar, Ia ingat jika pasca kecelakaan balap motor waktu itu, pergelangan kaki kiri pria itu memang sering nyeri. Ehem.... Difa berdehem agar pria yang tengah memunggunginya itu tahu keberadaannya. Dimas berbalik, lalu kembali fokus pada teleponnya, "Nanti aku hubungi lagi. "Setelahnya menutup telepon itu dan berjalan menghampiri Difa. "Sayang... "Ujarnya. Difa menelan ludahnya saat ia merasa tenggorokannya sedikit kering. "A... aku." "Ada apa?Kamu mau tinggal tak jadi pergi?"Tanya Dimas penuh harap. Dengan cepat Difa menggeleng, "Aku minta uang. "Ucapnya dengan manahan gengsinya. "Uang?"Beo Dimas, tentu tak masalah baginya, tapi ini pertama kalinya istrinya itu meminta uang. Difa menghela nafasnya, "Ck... ponsel, tas,mobil bahkan sepatuku ada di kantormu aku tak mungkin pulang jalan kaki. Jadi aku minta uang untuk naik taksi dan sebaiknya kau kembalikan barang-barang ku hari ini." Sebenarnya bisa saja Difa membayar taksi pada saat tiba di rumah nanti, tapi ada satu hal yang harus ia lakukan sebelum tiba di rumah Dimas mengangguk lalu segera ia mengambil dompetnya, baru saja membukanya pria itu mengurungkannya. "Aku antar saja. " Difa langsung menggeleng,"Tidak mau. " Dimas menghela nafasnya lalu ia membuka dompetnya dan menyerahkan sebuah kartu pada Difa. "Aku minta uang."Ujar Difa. "Aku tahu sayang,itu di sana ada uang untukmu, kan sudah seharusnya suami memberi nafkah untuk istrinya." Difa memutar bola matanya malas, lalu ia merebut dompet Dimas, sesaat tertegun saat melihat ada foto mereka berdua saat pertama kali kencan setelah mereka resmi menjadi sepasang kekasih waktu itu. Melihat itu sudut hati Difa merasa nyeri, tapi segera ia tepis itu. Mengambil selembar uang seratus ribuan Difa nampak berfikir lagi lalu mengambil satu lembar lagi. "Nih. " Ucap Difa ketus lalu segera berbalik pergi meninggalkan Dimas. Dimas jelas melihat ekspresi istrinya yang tampak memikirkan sesuatu, ia yang penasaran langsung mengambil jaket dan kunci mobilnya untuk mengejar Difa. Tepat saat mobil Dimas berhasil keluar dari basement tepat saat Difa mendapatkan taksinya, tanpa pikir panjang Dimas mengikuti arah taksi itu. Entah kenapa rasanya dia ingin mengikuti kemana istrinya itu pergi atau pulang. Hingga tak lama kemudian Dimas mengerutkan keningnya saat melihat Difa turun dari taksi dan memasuki sebuah apotik. "Bukankah ia sudah minum obatnya tadi pagi. "Gumam Dimas.Penasaran ia lalu segera turun dan mengikuti istrinya masuk ke dalam apotek. "Mba pil kontrasepsinya satu, yang manjur." Ujar Difa pada petugas apotek. Mendengar itu, seketika emosi Dimas naik, segera ia menarik tangan Difa keluar dari sana. "Eh.. apa-apaan ini. "Ujar Difa yang kaget karena tiba-tiba ada yang menarik tangannya, "Dimas. " Keluar dari apotek Difa segera menyentak tangannya dari tangan Dimas. "Apa-apaan sih. "Kesal Difa sambil mengusap pergelangan tangannya yang sedikit memerah. "Kamu yang apa-apaan? "Bentak Dimas membuat Difa berjengit kaget,"Kenapa mau minum pil kontrasepsi hah. " Bentaknya sekali lagi. Difa menunduk, ia tak menyangka Dimas akan mengikutinya. Ia memang berniat untuk meminun pil itu, dia belum mau hamil lagi, terlebih hubungan mereka belum jelas, Dimas belum jujur padanya, pria itu masih menyembunyikan sesuatu darinya. Tanpa pikir panjang Dimas langsung menarik lagi tangan Difa dan membawanya masuk ke dalam mobilnya, "Masuk. " Ujarnya tegas tak bisa di bantah. Demi Tuhan Difa takut melihat kemarahan pria berstatus suaminya itu.Setelah di pastikan Difa masuk ke mobilnya, segera ia menuju taksi Difa yang menunggu tadi dan menyerahkan beberapa lembar uang lalu menyuruhnya pergi. Dimas segera masuk ke mobilnya dan tanpa kata langsung melajukan mobilnya. "Dimas kamu mau bawa aku ke mana?" Pria itu tetap diam, "Dimas kalau kamu macam-macam aku akan benar-benar membencimu. " Dimas langsung mengerem mobilnya hingga berhenti ,"Apa kamu sangat membenciku hah hingga kamu tak mau punya anak dariku? " Benar pria itu sangat marah, Difa menggeleng, andai Dimas tahu jika kesakitan terbesar dalam hidupnya adalah saat ia harus kehilangan putri mereka. Mengingat itu Difa tak bisa tidak menangis,ia teringat bayinya yang tak sempat ia lihat. "Hiks... " Dimas menghela nafasnya panjang, air mata Difa adalah kelemahannya, segera ia menarik Difa ke dalam pelukannya. "Maaf jika aku terlalu kasar. " "Hiks... antar aku pulang." Lirih Difa. Dimas menghela nafasnya, "Iya aku antar, tapi berhentilah menangis hmm. " Difa melepas pelukan Dimas, menghapus air matanya lalu menatap keluar jendela di sampingnya. Dimas menghela nafasnya, menatap sesaat pada Difa sebelum ia melajukan mobilnya kembali. Dalam hati,ia bertanya apakah sesakit itu luka yang telah ia torehkan pada wanita di sampingnya. Tak berapa lama mereka tiba di kediaman Pradipta, tanpa mengatakan apapun Difa langsung keluar mobil meninggalkan Dimas. Sementara pria itu hanya diam menatap kepergian istrinya itu hingga masuk ke dalam rumah mewah itu. Menghela nafasnya lagi sebelum ia pergi dari sana. Difa menghela nafasnya lega setelah ia melihat kepergian mobil Dimas dari balik tirai jendela. Sungguh ia tak menyangka jika secepat ini mereka bertemu kembali di saat ia belum bisa menata hatinya kembali meski sudah 3 tahun lebih berlalu. "Sayang... " Ujar bunda Sifa. Difa langsung berbalik dan mendapati sang bunda,"Bunda... " Tangisnya kembali pecah dalam pelukan bundanya. "Sayang ada apa? " Tanya bunda Sifa bingung. "Hiks... ,Difa ke kamar dulu bun..." Ucapnya lalu berlalu meninggalkan bundanya yang masih penasaran. Tak mau membiarkan putrinya yang tampak sedih, Ia lalu mengikuti putrinya itu ke kamarnya. "Sayang, kamu kenapa?" Difa menatap bundanya,sungguh hatinya lelah. Lain dengan bunda Sifa yang menangkap sesuatu yang lain. "Ini... "Tunjuk bunda Sifa pada leher putrinya yang terdapat kissmark dari Dimas. Difa mengerutkan keningnya tak mengerti sebelum ia melihatnya di cermin, ia menghela nafasnya lalu ia pun menceritakan semuanya pada sang bunda. "Jadi kamu minum pilnya tadi?" Tanya bunda Sifa. Difa menggeleng, "Baru mau beli udah ketahuan bun." Bunda Sifa menghela nafasnya lega, "Baguslah." "Kok bagus bun, kalau Difa hamil bagaimana?" "Serahkan semua pada Tuhan sayang, mungkin sekarang sudah saatnya kalian memperbaiki hubungan kalian." "Tapi bun... " Bunda Sifa membelai rambut putrinya,"Sayang tak ada salahnya kamu memberi kesempatan padanya kali ini, kamu tahukan bagaimana kisah ayah dan bunda, kalian hanya perlu kesempatan untuk membuktikannya sayang? Mau sampai kapan kamu lari. " "Nenek.... "Seru suara Farel membuat Difa dan bunda Sifa menoleh. "Kenapa sayang? " Farel nampak berbinar melihat aunty Difa, "Aunty udah pulang, ayo ke kamar Farel, Jesy sudah menunggu."Serunya. "Jesy? "Tanya Difa tak mengerti. Bunda Sifa mengangguk, "Teman Farel sakit, dan tak ada ibunya yang mengurusnya, anak itu kekeh ingin bertemu denganmu jadi setelah izin dengan pengasuhnya bunda bawa kemari. " Difa tersenyum tipis, jujur ia bingung harus bagaimana bersikap pada teman keponakannya itu. Jesy terlihat begitu mengharapkannya menjadi ibunya. . . myAmymy
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN