Pertanyaan Agatha memicu sesuatu yang menggelitik dalam hati Boy. Pria itu mendadak tersedak, seakan tenggorokannya diganjal oleh bola api berwujud ‘kepergok selingkuh’. Dia batuk dengan keras. Menyemprotkan virus menyebar ke mana-mana. “Emmm ... untuk urusan kerja! Dia ... ambassador di perusahaanku!” jawab Boy dengan suara yang berat sambil tetap batuk-batuk. Agatha mengerutkan dahi. Kali ini alis yang sudah digambar dengan pensil coklat dan dibingkai dengan tegas menggunakan concealer itu menukik tajam. Bahkan lebih tajam dari alis milik Boy sebelumnya. “Oh!” jawabnya sambil manyun. Sementara Boy sendiri jadi salah tingkah. Niatnya dia ingin menjawab seperti biasa memakai kalimat andalannya, yakni ..., ‘Mau aku jalan dengan siapa saja itu bukan urusanmu, pernikahan kita ini cu