Bab Enam

2256 Kata
Saat ini Aileen terlelap dalam pelukannya Garrix. Ya. Sejak semalam mereka tidur sambil berpelukan. Ceritanya semalam itu, Aileen merasakan kedinginan meskipun AC sudah dimatikan dan sudah memakai selimut tebal, tetapi rasa dingin masih menusuk tulangnya. Memang saat ini masuk musim hujan, dan daerah yang mereka tempati saat ini suhunya memang lebih terasa dingin, dan Aileen tipa orang yang tidak kuat dingin, jadilah ia merasa kedinginan. Pada akhirnya, Garrix pun menawarkan kehangatan, awalnya Aileen menolak karena ia tidak mau seranjangg dengan Garrix, tetapi Garrix meyakinkan Aileen kalau tidak akan terjadi apa-apa di antara mereka, hanya sebuah pelukan yang memberikan kehangatan. Setelah berpikir beberapa saat, akhirnya Aileen maau tidak tidur seranjang dan Garrix, dan tidak dalam pelukannya. Matahari sudah meninggi, Aileen pun masih terlelap dalam pelukan Garrix, ia merasakan kenyamanan yang membuat ia enggan membuka mata. Berbeda dengan Garrix yang sudah terjaga dari sepuluh menit yang lalu, ia juga merasakan kenyamanan saat ia memeluk Aileen saat ini, ia merasa hubungannya dengan Aileen sudah ada peningkatan. Awalnya Aileen menolak keberadaan Garrix, kemudian sekarang mereka tidur sambil berpelukan. Rasanya bahagia sekali karena bisa seperti ini dengan seseorang yang ia sukai. Ya, walaupun tidak dipungkiri perempuan yang dekat dengan Garrix bukan hanya Aileen, tapi memeluk Aileen adalah hal yang paling ia sukai. Lima menit kemudian, Aileen pun menggeliat, kemudian matanya terbuka dan mencerna apa yang sedang terjadi saat ini dan sekarang ia sadar bahwa dirinya sedang berada dalam pelukan Garrix. Aileen pun langsung beranjak dari ranjangg dengab tingkah perasaan salah tingkah, ia merasa malu karena sejak semalam ia tidur di dalam pelukannya Garrix. “Good morning, Tante Aileen. Gimana, nyenyak tidur dalam pelukan seorang Garrix Kalandra?” Masih pagi, Garrix sudah menggoda Aileen hingga membuat wajah gadis itu menjadi merah merona. Aileen mendengus kesal, ia merasa malu. “Jangan dibahas, saya mau mandi dulu abis itu sarapan.” “Mandi bareng?” goda Garrix dengan seringai jahilnya. “Saya potong anunya kamu sampai abis. Mau?” Ucapan Aileen langsung membuat Aileen bergidik. “Sadis banget tante-tante yang satu ini.” Aileen memutar bola matanya. “Makanya jangan macam-macam.” Kemudian Aileen pun langsung bergegas ke kamar mandi. Sedangkan Garrix pun langsung mengambil ponselnya Aileen yang berada di atas meja, dan segera memasukkan 6 digit passcode agar kuncinya terbuka. Ia menuju galeri dan tersenyum saat melihat hasil potretnya saat mereka tidur berpelukan. Tanpa sepengetahuan Aileen, Garrix memang mengambil gambar mereka berdua saat tidur sambil berpelukan. “Gemas banget tante yang satu ini. Umur 25 tahun tapi wajahnya imut banget, apalagi pas lagi tidur gini, kayak mau diajak berumah tangga,” ujar Garrix seraya menggeser-geser foto di galeri itu. Tak lama kemudian muncul panggilan masuk dari Dinda, tidak mungkin Garrix langsung menerima panggilan ini, ia masih menghargai privasinya Aileen. “Ai, ada telepon dari Dinda. Angkat jangan?” ujar Garrix dengan suara yang sedikit meninggi. “Jangan, bisa gawat kalau dia tahu kamu juga ada di sini. Biarin aja, nanti aku yang telepon balik abis mandi,” balas Aileen dengan suara yang tak kalah meninggi. “Oke.” Kemudian mata Aileen tak sengaja tertuju kepada notifikasi yang ada di ponsel Aileen, dan banyak sekali orang yang menandai akun sosial medianya, karena rasa penasaran yang cukup tinggi, Garrix pun langsung membukanya, dan betapa terkejutnya Aileen saat melihat video dirinya dan Aileen di restoran semalam sudah tersebar ke mana-mana dan sudah dishare sana-sini. Menjadi orang yang terkenal, memang tidak semudah itu bergerak, pasti aka nada paparazzi tanpa disadari. “Mampus, kalau video ini sampai ke mama dan papa. Bisa mampus gue! Mati lo, Garrix.” Garrix mulai panik, dan tidak tahu apa yang harus ia lakukan. “Oke, calm down, Ga, everything’s be fine. Lo enggak perlu takut, ini adalah pilihan lo, jadi lo harus terima konsekuensinya. Oke?” Garrix tidak mau melihat media sosial lagi, ia pun meletakkan ponsel itu pada tempatnya. *** Info seperti ini memang cepat beredar, walaupun Fahreza tidak terlalu aktif di sosial media, tapi banyak juga orang yang menandai akunnya, karena notabene Fahreza adalah pengacara kondang yang namanya sudah melejit di negeri ini apalagi dia adalah ayah dari Garrix pasti namanya akan keseret kalau ada sesuatu yang heboh dengan anaknya. Fahreza benar-benar emosi, masih pagi dia sudah dibuat kesal dengan berita seperti ini, baru saja ia mau berangkat ke kantor, tapi malah mendapat kabar sampahh seperti ini. “Ini yang kamu bilang kalau dia pergi sama teman-temannya? Ini dia ke Bali sama Aileen, seorang perempuan yang bukan istri dia. Apa pantas, hah? Sejak kapan kita didik dia seperti itu, Ma?” Sekarang sasaran kemarahan pun tertuju kepada Rinjani. “Aku juga enggak tahu dia pergi sama Aileen. Dia juga enggak bawa HP, jadi aku enggak bisa hubungi dia. Aku juga enggak tahu kalau dia ke Bali.” Fahreza mengernyitkan keningnya. “Jadi, dia pergi tanpa pamit? Anak itu makin malam makin banyak tingkah.” Rinjani mengangguk. “Pa, tahan emosi. Aku yakin Gaga enggak akan melakukan hal yang aneh-aneh, aku tahu dia enggak mungkin melanggar norma. Sabar ya, Pa, kita tunggu sampai Gaga pulang. Lebih baik sekarang Papa ke kantor, nanti kesiangan.” Rinjani berusaha meredakan amarah suaminya tersebut. Kemudian Fahreza pun langsung berangkat, tetapi tujuannya bukan kantor, melainkan rumah mantan dosennya dulu. Ia memang tahu di mana rumahnya Yusuf karena sejak dulu dosennya itu tidak pernah pindah tempat tinggal. “Fahreza, apa kabar? Sudah lama rasanya kita tidak bertemu,” ujar Yusuf saat melihat siapa yang bertamu pagi-pagi ke rumahnya, dan ia pun langsung mempersilakan pria itu untuk masuk ke ruang tamu, dan meminta asisten rumah tangga untuk menyiapkan dua gelas kopi. Keduanya pun duduk di sofa yang tersedia. “Begini, Pak Yusuf, apa Bapak sudah melihat video yang beredar tentang Aileen dan Gaga, putra saya?” Fahreza langsung to the pint saja karena tidak mau basa-basi. Yusuf mengangguk. “Iya, sudah, dan saya pun cukup kaget karena sebelumnya Aileen tidak pernah bilang kalau dia ke Bali bersaam Gaga, tapi saya yakin kalau cucu saya tidak mungkin berbuat hal-hal yang aneh, itu cukup buat saya tenang. Gaga juga seperti itu, bukan?” Fahreza mengangguk. “Iya saya juga cukup percaya dengan anak saya, tapi menurut saya tetap tidak pantas, hal ini akan membuat publik semakin beropini di antara Gaga dan Aileen memang ada hubungan khusus. Saya tidak mau gosip ini semakin lebar, apalagi kalau mereka memang ada hubungan khusus saya tidak setuju. Maaf, Pak, umur Gaga itu masih sangat muda, dia SMA pun belum lulus, masih banyak hal yang harus dia kejar, pendidikan dan karir. Sementara Aileen sudah cukup waktunya untuk menikah, Aileen berhak mendapatkan seseorang yang langsung bisa memberikan keseriusan. Pasti Bapak juga ingin Aileen segera menikah, kan?” ujar Fahreza panjang lebar. Yusuf pun merasa seperti itu, ia ingin Aileen mendapatkan seseorang yang langsung memberikannya keseriusan, umur Aileen bukan waktunya untuk main-main lagi. “Betul, saya setuju. Kalau Ale?” Tiba-tiba Yusuf teringat dengan putra sulungnya Fahreza yang sekarang sedang menyelesaikan study magisternya di Amerika. “Ale bulan depan wisuda S2, kalau dia dijodohkan dengan Aileen saya tidak keberatan, karena tidak ada alasan saya untuk menolak perempuan seperti Aileen untuk menjadi menantu. Bisa kita bicarakan nanti kalau Ale sudah kembali ke Indonesia.” Yusuf tersenyum. “Saya tunggu kabar baiknya, semoga kita bisa menjadi besan.” “Baik, kalau begitu saya permisi dulu, mau ke kantor.” Fahreza pun meneguk kopinya dan langsung beranjak dari tempatnya dan diantar oleh Yusuf sampai ke depan pintu. *** “Joshua, di mana Garrix? Dia tidak masuk sekolah?” tanya guru biologi yang mengisi mata pelajaran pertama hari ini. Joshua menggeleng. “Dia---” Salah satu teman kelasnya yang lain langsung menyambar. “Dia kan lagi di Bali, Bu. Liburan sama pacar barunya yang mbak-mbak itu,” ujar laki-laki yang bernama Dimas itu. “Ya sudah kita mulai pelajaran, buka buku paketnya halaman 30,” ucap guru biologi tersebut. Gaga, lo itu ya, benar-benar. Kabur karena mau ke Bali sama tante kesayangannya itu. Sedangkan di kelas lain, Dinda tidak fokus menerima pelajaran karena pikirannya tertuju kepada video yang tersebar luas itu, ia benar-benar kecewa dengan Aileen kalau benar kakaknya itu liburan bersama Garrix, karena jelas-jelas dia yang menyukai Garrix sejak kelas sepuluh, tapi sekarang yang mendapatkan hati Garrix justru Aileen. Ia benar-benar merasa tidak adil. “Dinda, kakak lo menang banyak,” ujar Rachel yang duduk di sebelah Dinda dengan suara yang amat pelan. “Lo sedih enggak?” “Menurut lo? Udah enggak usah bahas mereka, mending fokus aja itu sama pelajaran.” “Kayak lo fokus aja.” “Rachel, Dinda, jangan berisik atau kalian mau saya hukum?” ujar guru matematika yang terkenal killer di sekolah ini. Keduanya pun langsung diam, dan fokus ke pelajaran yang disampaikan guru tersebut, tetapi pikiran Dinda masih tertuju kepada Garrix dan Aileen. *** Aileen sudah tahu tentang video yang beredar itu, ia jadi was-was, ia takut masyarakar beropini kalau Aileen perempuan yang tidak benar, apalagi hujatan perempuan yang belum menikah tapi mau diajak liburan bareng itu sudah berdatangan. Garrix pun meminta Aileen untuk mematikan ponselnya agar tidak mengganggu liburan mereka, dan meyakinkan Aileen kalau semua akan baik-baik saja. “Ai, everything’s be fine, enggak usah dengarin apa kata orang, mereka berhak beropini sesuai apa yang mereka mau, yang penting kita enggak seperti itu, lagipula enggak salah kalau kita liburan bareng.” Garrix tampak biasa karena ia sudah terbiasa menghadapi seperti ini sebagai influencer yang namanya sudah melejit di jagat maya. Aileen mengembuskan napasnya pelan. “Kita beda, Ga, saya enggak suka jadi topik pembicaraan, saya enggak suka kalau saya jadi pusat perhatian. Beda sama kamu, yang emang udah terbiasa dengan hal yang seperti ini.” “Daripada pikiran kamu makin kacau, lebih baik sekarang kita ke pantai, keburu siang. Percaya sama aku, yang namanya gosip itu akan mereda dengan sendirinya, tugas kita cuma satu, enggak perlu dengarin apa opini orang, kalau kamu enggak kuat, jangan main media sosial dalam beberapa hari ke depan sampai berita ini hilang dengan sendirinya.” Garrix pun langsung beranjak dari tempatnya, dan langsung menarik tangan Aileen. “Ayo ke pantai.” Aileen pun beranjak dari tempatnya. Mereka pun langsung keluar dari restoran hotel dan langsung menuju pantai menggunakan mobil yang disewa oleh Garrix. “Ga, kamu serius bolos sekolah? Enggak takut?” Tiba-tiba muncul pertanyaan itu dipikiran Aileen karena melihat segerombolan siswa yang sedang berjalan di trotoar. “Paling nanti dipanggil sama guru BK.” “Kamu kenapa bisa sesantai itu, Ga?” “Aku punya prinsip, aku harus bertanggung jawab dengan apa yang menjadi pilihan aku. Jadi, apa pun konsekuensi yang aku terima nanti it’s fine karena pilihan aku di sini sama kamu.” Tanpa disadari Aileen tersenyum mendengar ucapan Garrix, ternyata laki-laki ini mempunyai pikiran yang cukup dewasa walau usianya masih remaja. “Tapi sebentar lagi kamu ujian kelulusan, kan? Enggak takut ketinggalan mata pelajaran?” “Kan aku udah bilang sama kamu, aku itu cerdas. Bolos enggak buat aku jadi begoo tiba-tiba. Aku bisa pinjam catatannya Joshua dan belajar dari situ.” “Joshua?” “Iya teman aku, dia china indo, kalau ngomong lucu, padahal udah lama tinggal di Jakarta, masih ada logat jawanya, dia asli Surabaya.” “Pasti sipit banget, kan?” “Banget, dia melotot aja kayak merem.” Aileen dan Garrix tertawa membicarakan tentang Joshua. “Kayaknya seru ya punya teman yang sefrekuensi? I’m an introvert, susah banget dapat teman yang sefrekuensi, ya ada teman, cuma kayak teman biasa, enggak kayak orang-orang yang akrab banget. Ya, paling teman akrab aku itu Sarah, sepupu aku sendiri.” “Aku?” ujar Garrix, karena ini pertama kalinya Aileen menggunakan kata aku, biasanya saya terus. “Sorry saya maksudnya.” “Udahlah aku aja, saya kayak kaku banget. Udah liburan bareng gini masa tetap pakai saya.” Aileen mendelikkan matanya. “Terserah dedek Garrix Kalandra aja.” “Dedek-dedek gini udah bisa bikin dedek bayi loh.” “Heh! Your mouth please!” Garrix memang senang menggoda Aileen, karena melihat kekesalan Aileen adalah hiburan tersendiri untuk Garrix. Tak lama kemudian mobil yang dikendarai oleh Garrix sampai pada tempat tujuan. Mereka pun segera turun dan berlari ke arah pantai, dan berjalan di atas pasir putih untuk melepaskan rasa penatnya kehidupan dunia. Melihat Aileen yang bisa tertawa lepas seperti ini membuat Garrix bahagia, ia ingin selalu menebarkan senyuman di wajah Aileen dan membuat gadis ini lupa bagaimana caranya bersedih dan menanngis. Garrix pun langsung menuliskan sesuatu di atas pasir putih, dan setelah selesai dengan karyanya ia pun langsung meminta Aileen untuk membacanya. “Ai baca deh.” Aileen pun langsung membaca. “G love A?” Lovenya pakai simbol hati. “Iya, Garrix Kalandra love Aileen Arabella.” Aileen menggeleng-gelengkan kepalanya. “Jangan mulai deh.” “Serius.” “Gaga, stop it.” “Okay.” Keduanya pun kembali berjalan beriringan, merasakan sensasi angin laut yang bisa menghilangkan rasa lelah, memang benar, saat lelah adalah healing obatnya. Suatu saat nanti aku akan buktikan kalau aku serius sama kamu, bukan cuma ucapan. Garrix pun langsung menggandeng tangan Aileen secara tiba-tiba. Saat gadis itu hendak melepaskan, Garrix langsung berkata, “lepas atau aku cium di sini?” “Bukan Garrix namanya kalau tidak ancam mengancam.” Akhirnya Aileen pasrah saja. Entahlah, padahal Aileen bisa saja memberontak, tapi tangannya tidak menolak berada dalam genggamannya Garrix. Mungkin Aileen juga merasakan kenyamanan, entahlah Aileen juga tidak tahu, tapi satu yang yang ia tekankan dalam hatinya. Jangan baper, jangan baper, jangan baper, apa pun yang terjadi dia tidak mau baper. Garrix masih terlalu kecil, masih ada pendidikan dan karir yang dikejar, sedangkan ia butuh yang bisa memberikan keseriusan bukan hanya rajuan gombal dan mengumbar kata cinta serta janji. ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN