“Saya terima nikah dan kawinnya Aileen Arabella dengan mahar tersebut dibayar tunai,” ujar Ale dengan suara yang biasa saja, tidak terdengar lantang tapi cukup lantang. Hati Zeva benar-benar teriris sembilu mendengar ucapan Ale yang begitu menyakitkan, ia sangat berharap bahwa ialah yang menjadi pengantilannya tapi sekarang ia menjadi tamu undangannya. Zeva berusaha mati-matian untuk menahan rasa sakitnya, ia menahan agar air matanya tidak tumpah, ia berusaha tenang dan tetap santai, menganggap semuanya ini kesakitan, bukan masalah untuk dirinya. Berkali-kali ia mengembuskan napasnya untuk mengusir rasa sesak melihat Ale yang kini telah resmi menjadi suami wanita lain. Menjalin hubungan selama 8 tahun tidak menjamin bahwa akan berakhir di pelaminan. Andai Zeva memilih, ia ingin mengakhiri