Malam terus bergelayut dan angin dari pepohonan di luar villa berhasil masuk lewat celah-celah ventilasi. Benar kata penjaga, mereka butuh dua lapis selimut agar nyaman saat tidur. Namun, Pram punya Amara. Gadis itu kini meringkuk seperti sebuah guling paling hangat di pembaringan kecil itu. Terlalu sempit memang, tapi Amara menyukainya. Tenggelam dalam lingkaran lengan Pram jauh lebih menyenangkan daripada hamparan springbed mahal. "Aku mengantuk," bisik Amara saat Pram berniat untuk menyusupkan jemari ke balik piyama miliknya. Sentuhan itu memang membuat Amara b*******h, tapi tubuhnya terlalu lelah. Amara sudah mendapatkan posisi ternyaman sekarang, jadi ia tidak mau bergerak-gerak lagi. Pram lah yang harus menelan rasa kecewanya malam itu. Ia merasa diperlakukan tidak adil karena diti