Bab 6. Amarah Shino

1101 Kata
Wartawan memenuhi bangunan mewah milik Sanddreams Foundation, mereka ingin mengklarifikasi langsung dari CEO muda itu. Shino yang melihat kerumunan, langsung memutar kendaraannya melalui jalan khusus. Jalan yang selalu dia lewati, untuk menghadapi hal-hal aneh seperti ini. Semua karyawan mengekor di belakang Shino. Bahkan Bimo, juga mendampingi langkah tuan mudanya dengan gesit. “Bagaimana dengan semua pemegang saham?” tanya Shino. “Semuanya belum datang, baru beberapa saja. Bahkan Nyonya Reina, beserta putrinya belum hadir,” ujar Bimo menjelaskan. “Jadwalku hari ini sudah kamu revisi? Aku takut klien yang dari Jerman, akan membatalkan kerja sama,” keluh Shino. “Soal itu sudah langsung saya ubah jadwalnya tuan, kebetulan mereka juga mengalami delay. Semoga masalah ini, tidak memakan waktu lama,” ujar Bimo. “Kalau begitu kamu siapkan kendaraan, sama antarkan pakaian untuk Ashley. Momen ini sangat tepat, kamu sudah tahu apa yang aku akan lakukan,” ujar Shino. “Siap tuan, semua sudah saya laksanakan sebelum tuan kemari,” jawab Bimo lagi. Ketika memasuki ruangan, Shino berhenti sejenak. “Bimo, lakukan satu hal lagi buatku.” Shino berbisik di telinga Bimo, dia takut salah satu karyawannya ada yang menjadi mata-mata Reina. “Baik tuan, saya sendiri yang akan menyelesaikan tugas ini. Saya pamit undur diri, untuk menyelesaikan sisanya,” pamit Bimo. Shino mengangguk, dan membiarkan Bimo pergi. Beberapa staf, mulai memasukkan laporan di atas nakas. Seketika Shino semakin marah, saat salah satu laporan menyatakan penjualan menurun. “Bagaimana bisa seperti ini, bukannya merek ini di pegang oleh, Xilena?“ tanya Shino. “I–ya tuan, masalahnya nona Xilena membuat kesalahan. Dia tidak mau mengambil model dari luar. Bahkan dia yang mau menjadi model, untuk merek baru kita ini,” jelas staf di bagian busana itu. “Kalau begitu, kamu buat perubahan strategi, untuk model akan saya bawakan yang terbaik,” ujar Shino. “Panggilkan Bimo, kalau dia sudah kembali,” pinta Shino. Staf itu mengangguk, Shino melanjutkan memeriksa berkas yang sudah bertumpuk di mejanya. Waktu sudah menunjukkan hampir jam 8 pagi, Shino bersiap-siap menuju ruang rapat. Bahkan langkahnya sangat santai. Apalagi saat berpapasan dengan, Reina dan Xilena. “Pagi Shino, hari ini kita akan mengumumkan pertunanganmu dengan Xilena.” Penuh percaya diri, Reina berbicara. Dengan senyum sinis, Shino hanya melirik dan pergi begitu saja. Membuat Xilena semakin kesal, bahkan dia merengek bagaikan anak bayi. “Mami, lihat Shino. Dia mengabaikanku lagi, begitu juga semalam. Kata Mami, hari ini kami tunangan,” adunya kesal. “Sudah Xilena, sekarang fokus untuk mengumumkan pertunangan kalian,” ujar Reina. Dengan wajah cemberut, Xilena mengikuti Reina. Menemui beberapa kolega perusahaan dan pemegang saham. Mereka sudah berada di ruangan rapat, membicarakan prospek kedepan perusahaan. “Saya harap ke depannya perusahaan kita akan semakin maju dan berkembang, mohon maaf atas ke jadian hari ini. Sehingga kita harus melakukan rapat pemegang saham, secara mendadak.” Pembukaan yang di lakukan Shino, seakan mewakili klarifikasi. “Apakah benar Anda akan bertunangan dengan, putri Nyonya Reina?“ tanya salah satu pemegang saham dari Australia. “Untuk soal itu, tidak etis kalau saya ikutkan dalam rapat kita. Alangkah baiknya kita hanya membahas mengenai pencapaian kita tahun ini, serta Anda akan merapatkan diri ke saya atau ke Nyonya Reina tuan,” jawab Shino. “Begitulah tuan Shino, kalau Anda memang akan bertunangan bisa menjadi pertimbangan buat kami, para pemegang saham. Kami akan tahu menguntungkan buat kami merapat ke Anda atau ke Nyonya Reina.” Penjelasan yang menjebak di lontarkan oleh perwakilan dari Berlin. “Berhubung tuan-tuan sudah hadir di sini, saya akan mengenalkan calon tunangan saya. Sekalian akan saya undang dalam acara pertunangan kami, malam ini.” Reina terbelalak, dia yakin Shino tidak akan berbuat nekat. Segera Reina memastikan kondisi di tempat itu, apakah gadis selain Xilena berada di sana. “Pastikan, baik-baik,“ perintahnya dalam pesan singkat. Notifikasi pesan,segera masuk kembali, “Sudah saya pastikan,Nyonya. Kondisi aman dan terkendali.” Reina mengelus d**a lega. Dia tersenyum lebar, seakan Shino setuju dengan permintaan yang dia sampaikan. “Kita harus memberi waktu sejenak, agar tuan Shino bisa bersiap-siap,” ujar Reina. Mereka akhirnya berdiskusi sambil mengangguk dan di wakilkan oleh pemegang saham dari Australia. “Baiklah, benar kata presdir. Kita harus memberikan jeda, untuk tuan Shino mempersiapkan diri. Selanjutnya kita bahas dahulu mengenai proyek dan kerja sama ke depannya.” Sambutan tepuk tangan meriah. Shino hanya tersenyum simpul sambil merapikan dasinya, melangkah turun dan mempresentasikan beberapa proyek yang akan mereka kerjakan ke depannya. Bahkan saat itu, menjadi hal menguntungkan untuknya. Waktu berjalan sangat cepat, bahkan Shino sampai lupa ada kejutan yang dia siapkan. Namun, sebelumnya dia menandatangani beberapa kontrak kerja sama lagi. ‘Luar biasa, terimakasih tante Reina jebakan mu menjadi jackpot buatku,’ senyum sinis teruntai lagi di wajahnya, sambil menatap ke arah Reina berada. Bimo datang menghampiri Shino, dia berbisik. Reina memperhatikan dengan saksama, dia tersenyum sendiri, merasa kemenangan berada di pihaknya. Sedangkan Shino sengaja tersenyum manis setiap Reina menatapnya. Setelah Bimo pergi Reina menghampiri Shino, dia berbisik di telinga Shino. “Apakah kamu siap mengumumkan, sesuai yang aku katakan pertunanganmu dengan Xilena hari ini?” tanya Reina. “Sangat siap, dengan kejutan yang luar biasa,” jawab Shino pelan. “Baguslah, kalau kamu tidak menurut ucapanku. Kamu tahu sendiri, aku bisa membuatmu tidak memiliki sepeser pun dari Sanddreams Foundation,” ancamnya. ‘Kamu pasti akan terkejut, aku akan membuatmu murka,’ batin Shino. Shino mengangguk dengan senyum simpul, agar semua orang tidak menaruh curiga. Saat ini dia yakin, bahwa para pemegang saham berada di kubunya. “Bimo, di mana posisinya?“ tanya Shino. “Sudah dekat tuan, sebentar lagi akan memasuki halaman perusahaan,” balas Bimo. “Pastikan dia aman, jangan sampai salah. Lakukan sesuai perintahku,” ujar Shino. “Baik, tuan.” Bimo segera memastikan lagi, posisi Ashley. Merasa aman, Bimo memberi kode dari jarak jauh. Akhirnya Shino mulai berdiri kembali, di atas mimbar. “Saya berterima kasih kepada Presdir kita Reina, atas gagasannya bisa mengumpulkan tuan dan Nyonya semua hari ini. Agar tidak menunggu lama, saya akan memperkenalkan calon tunangan saya.” Tangan Shino menunjuk ke arah pintu ruangan, saat pintu itu terbuka semua mata tertuju ke arahnya. Sangat lama bahkan tidak ada seorang wanita berjalan ke arah mereka, Shino terdiam sejenak. Bahkan dia sempat tertunduk kecewa. Semua mata saling berpandangan, membicarakan Shino. Dia terkesan sedang membual dan mengarang semua hal. Hingga langkah kaki jenjang mulai berjalan elegan, memasuki ruangan itu. Dengan wajah tertutup topi dan penutup wajah, yang sedikit transparan. Ketika Shino melihat langkah kaki itu, dia tersenyum lebar. Hingga menyambut wanita itu naik ke atas mimbar, semua berubah tiga ratus enam puluh derajat. Saat wanita itu membuka, penutup wajahnya. “Xilena!” ujar Shino terkejut, wajahnya memerah dan murka.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN