“Aku mohon jangan Shino, aku bukan w************n!“ bentak Ashley. Shino semakin tercengang melihat gadis itu membentak nya.
“Berani mendekat, akan ku habisi kamu! Aku tidak takut. Diriku ini sudah tidak berguna lagi, biarlah aku membusuk di penjara,” ancam Ashley.
Shino yang mendengar hal itu, terkekeh dia sangat takjub dengan Ashley. Menurutnya sesuai dengan harapan, Ashley bisa menjadi pendamping yang tepat untuknya.
“Pertahankan sikapmu yang seperti ini, itu salah satu alasan aku memilihmu,” ujar Shino.
Ashley terdiam, membuka matanya perlahan lalu memandang Shino yang saat ini duduk di hadapannya.
“Maksudnya? Jelaskan, aku tidak paham?“ tanya Ashley, dengan ekspresi wajah datar.
“Sekarang bersihkan dulu tubuhmu, ini handuknya dan di sana kamar mandinya. Aku akan menunggumu di sini,” ujar Shino, yang meninggalkan Ashley begitu saja.
Pria itu mengambil buku, di atas nakas. Sebuah buku yang sangat tebal, lalu langkahnya menuju balkon dengan sofa berwarna putih.
“Shino! Jawab pertanyaanku,” ujar Ashley dengan suara nyaring. Tapi Shino tidak bergeming, dia asyik membaca buku. Bahkan Ashley yang mendekat, juga tidak ditanggapi sama sekali.
Dengan jahil Ashley mengguncang tubuh Shino, hingga pria itu tidak mampu menahan keseimbangan.
Ashley yang terkejut, mendapati tubuhnya sudah berada di lantai. Seketika lengan Shino, sudah berada di bawah kepala Ashley, menahan agar tidak terantup di lantai.
“Aw!“ pekik Ashley, saat badannya tertimpa tubuh Shino.
“Maaf, ada yang sakit?“ tanya Shino dengan wajah panik.
Ashley tidak dapat menjawab, napasnya seakan tertahan. Dia hanya bisa diam dan berusaha bertahan, dengan posisi yang tidak nyaman.
“Be–rat,” ujarnya sambil mengernyitkan dahi.
Shino akhirnya tersadar dan segera membenarkan, posisi tubuhnya.
“Maaf. Kamu sih ada-ada saja. Dari tadi di suruh beresin badannya, malah mengganggu di sini,” ujar Shino, berusaha menutupi rasa canggung. Ashley segera beranjak, wajahnya bersemu merah.
“Tau ah,” celetuknya kesal.
Ia membalikkan badan menuju ruangan yang sudah ditunjuk Shino, melihat gadis itu menghentakkan kakinya saat berjalan. Shino hanya tersenyum simpul, serta menggelengkan kepala.
Suara gemericik air membuat Ashley merasa tenang, tubuhnya di basuh perlahan. Melepas penat, bahkan dia sangat menikmati hal itu seperti bebas dari cengkeraman Amora.
Ashley juga bernyanyi, serta mengubah lirik lagu sembarangan di dalam bilik itu. Suara nyanyian yang perlahan berubah, menjadi sebuah tangisan.
Suara tangisan itu terdengar oleh Shino, dia membuka bilik dan melihat dari arah luar, di balik kaca kamar mandi. Ashley terduduk sedang menangis.
Seakan lagu itu mewakili perasaannya, hanya liriknya tidak dilanjutkan. Ashley hanya mengambil lirik yang sesuai dengan hidupnya, Shino memandangnya dalam. Seakan merasakan, apa yang Ashley rasakan saat ini.
“Aku akan membuatmu bebas,” batin Shino.
Saat Ashley keluar dari sana, pintu kaca di buka dengan balutan handuk dan rambut yang basah terjuntai.
Mata Shino lekat memandangnya dalam, berjalan mendekat hingga berada di depan Ashley.
Gadis itu belum sadar dia masih menunduk meremas rambutnya, ketika akan mengibaskan rambut ke arah belakang matanya terbelalak melihat Shino.
“Apa yang kamu lakukan? Dasar m***m, berani-beraninya masuk ke sini!” umpat Ashley.
Shino tidak bergeming dia masih memandang takjub, bahkan dengan santai memegang dahi Ashley dan merapikan rambut gadis itu. Ashley langsung menelan saliva, matanya memandang penuh curiga.
“Jangan-jangan, dia akan?” gerutunya lirih. Bayangnya, bahkan sampai hal yang aneh. Seketika Ashley bergidik, lalu teriak.
“Jangan tuan! Aku mohon,” ujar Ashley, berkaca-kaca.
Shino langsung tersenyum melihat ekspresi wajah wanitanya, sebuah raut wajah ketakutan.
"Kamu pikir, aku akan berbuat apa?“ tanya Shino.
“Hem, pasti kamu mau berbuat yang aneh,” tuduh Ashley.
“Berbuat seperti ini.” Shino langsung melingkarkan lengannya, di pinggang Ashley. Tubuh mungil nan seksi itu, seketika langsung merapat.
Detak jantung mulai bersahutan, bahkan suara saliva Ashley terdengar di telinga Shino.
Dengan nakal nya, Shino mulai menggoda. Pria itu mendekatkan kepalanya merapat, bahkan hidungnya sudah saling bertemu.
Ashley masih ketakutan, dia memejamkan matanya. Pasrah, kalau saja Shino akan memulai sesuatu lembut yang pertama.
“Jangan berharap, aku hanya mau menikahimu. Bukan mau bermain, dengan tubuhmu,” bisiknya di telinga Ashley. Shino melepaskan tubuh itu, berlalu pergi.
“Sialan, aku sudah sok jual mahal, ternyata dia hanya mempermainkanku. Awas kamu ya, kalau jatuh cinta beneran bakalan aku tolak!” maki Ashley.
Sambil berdiri di depan kaca wastafel, dia mengingat kejadian sebelumnya. Ashley menggeleng, seakan tidak percaya dengan semua yang terjadi.
“Pasti dia sudah melihat saat aku mandi, duh gak mungkin. Masa iya dia sudah mulai mencuri DP, padahal kami belum menikah. Dasar tuan muda, egois!” umpat nya kesal.
Sambil mengucek wajahnya, tidak percaya.
Ashley keluar dari ruangan itu sambil menunduk, perasaan malu campur aduk yang dia rasakan saat ini.
“Hai, kemarilah. Temani aku duduk, di sini,” panggil Shino.
Pria itu duduk di dekat balkon dengan pemandangan malam, bintang dan bulan sebagai teater malam.
“Pasti mau macam-macam lagi,” tuduh Ashley.
“Kamu itu hanya milikku, seharusnya menurut apa perintah tuanmu,” ujar Shino dingin.
“Dasar manusia edan, kadang bikin jantung mau copot kadang bikin kesel,” batin Ashley.
Belum juga Ashley mendekat, pintu kamar itu di ketuk.
“Bukakan pintunya,” pinta Shino.
Awalnya Ashley mau membantah, tapi takut Shino berbicara seenak jidatnya. Ashley melangkah, ke arah pintu kamar. Lalu membukanya, seseorang yang berdiri di hadapan Ashley kali ini tidak asing.
“Kamu,“ ujar Wanita di depan pintu kamar, dengan ekspresi wajah terkejut.
“Kenapa, ada masalah,“ jawab Shino yang sudah berdiri, di belakang tubuh Ashley. Pria itu meletakkan tangannya, setengah memeluk Ashley.
“Huff!“ Wanita itu kesal dan berbalik pergi meninggalkan mereka.
Ashley yang masih bingung hanya bisa menatap, ke arah Shino dan berpindah melihat kekesalan wanita yang sudah jauh di hadapannya.
Tawa kecil keluar dari mulut Ashley, dia seakan menerima kejutan luar biasa.
“Gila saja! Banyak banget kejutan di sini, makin penasaran besok bakalan ada apa lagi ya,” gumamnya.
“Kenapa? Kamu kenal, dia?“ tanya Shino, yang masih memeluk tubuh Ashley dari belakang.
“Oh, gak hanya mirip saja.” Ashley menutupi sesuatu, tetapi Shino seakan tahu segalanya yang ada di benak Ashley. Dia menggendong tubuh mungil nan seksi, kembali ke tempat tidur.
“Stop!“ teriak Ashley.
“Kita tidur terpisah, bukan?” tanya Ashley, melanjutkan ucapannya.
Tapi, Shino hanya mengangkat bahu dan tersenyum nakal. Ashley langsung menelan saliva, dia takut Shino akan berbuat macam-macam dengannya.