BAB 49 Sang Penyerang

1235 Kata
Ken segera menarik tubuh Nao agar menghindar dari serangan yang tiba-tiba menyerang mereka. Serangan itu pun segera menghancurkan pepohonan yang ada di sekitarnya. Sehingga menimbulkan suara yang sangat keras dan memekikkan telinga. “Apa kau tidak apa-apa?” tanya Ken pada Nao. Nao menggelengkan kepalanya. “Terima kasih telah menyelamatkanku. Hampir saja,” ucap Nao dengan tubuh yang masih gemetar takut. Jika Ken terlambat menyelamatkannya maka bisa di pastikan dia akan mati saat itu juga. Nao dan Ken pun menatap pepohonan yang hancur di sampingnya dengan tatapan ngeri. “Sepertinya ada seseorang yang ingin menyerang kita,” ucap Ken dan mulai memasang kewaspadaan yang tinggi. “Ice Sword.” Ken segera mengeluarkan pedang yang terbuat dari es. Memasang kuda-kuda dan kewaspadaan tinggi jika mereka kembali diserang oleh seseorang yang tak dikenal. “SIAPA KAU! TUNJUKKAN WAJAHMU!” Pekik Ken marah sambil mencengkram kuat pedang esnya. Seorang pemuda memakai jubah pun keluar dari balik pohon. Salah satu tangan lelaki itu segera membuka penutup jubahnya. “Kau ...” Nao dan Ken begitu kaget melihat siapakah lelaki yang ada di hadapannya. Dia adalah lelaki yang selalu ia tolong dan pemuda yang dibenci oleh penduduk desa Renndolstra. Padahal selama ini ia selalu menolong lelaki itu. Namun, kenapa lelaki itu malah ingin menyerang mereka. “Kau kenapa menyerang kami? Kami selalu menolongmu dan kau menyerang kami saat kami lengah. Siapa kau sebenarnya!” pekik Ken yang mulai marah. Lelaki itu segera mengibas-ngibaskan kedua tangannya sambil menggelengkan kepalanya ingin mengatakan jika ia tak bermaksud untuk menyerang Nao dan Ken. “I ... itu ... aku tida_” “JANGAN MENDEKAT!” pekikan Ken membuat langkah lelaki itu terhenti saat ia ingin mendekati mereka. “Jika kau mendekat aku akan membunuhmu saat itu juga,” desis Ken. Suasana mulai tegang saat itu juga, lelaki itu juga tak bisa menjelaskan kesalah pahaman mereka. “Maa ... maafkan aku ... aku tak bermaksud menyerang kalian,” ucap lelaki terbata-bata saking gugupnya dengan tatapan Ken yang seakan ingin membunuhnya saat itu juga. “Jelas-jelas kau menyerang Nao saat sedang lengah. Kau pasti menginginkan sesuatu kan. Ataukah sejak awal kau sengaja mendekati kami berdua? Apa yang kau inginkan pada kami? Katakan!” “Tidak ... sungguh. Aku tidak bermaksud untuk menyerang kalian ... tadi aku hanya_” “Apa yang terjadi di sini?” Sebuah pertanyaan memotong perkataan lelaki itu. Nao, Ken dan lelaki misterius itu segera menatap Rei dan Gin yang baru saja mendekat lalu kembali mengabaikannya. Tak ada yang menjawab pertanyan Rei. Karena, Ken sibuk mengawasi lelaki misterius di hadapannya. Gin pun mendekati Nao. “Apa yang terjadi di sini?” tanya Gin berbisik pada Nao. “Dia tiba-tiba saja menyerangku,” balas Nao. Perkataan Nao membuat Gin ikut tersulut emosi dan menatap lelaki misterius itu marah. “Hei, siapa kau sebenarnya! Kenapa kau menyerang kami!” pekik Gin pada lelaki itu. “Aduhhh, situasi ini semakin rumit. Mereka tak akan memercayiku begitu saja jika tadi aku sedang menyerang monster bukan mereka. Bagaimana ini? Apa yang harus aku lakukan agar menghindar dari situasi rumit ini,” batin lelaki itu yang mulai panik. Lelaki itu pun menatap Nao dan teman-temannya secara bergantian. Melawan pun ia pasti akan kalah. Tak ada jalan lain selain kabur dari situasi sulit itu. Lelaki itu pun mulai berjalan mundur. Lalu dalam hitungan detik kemudian melompat dan berusaha untuk melarikan diri menjauhi Nao dan teman-temannya. “Mau lari ke mana kau,” desis Rei yang tiba-tiba saja sudah ada di hadapan lelaki itu dan segera memberikan pukulan telak di perut lelaki itu secara tiba-tiba. “Akh.” Lelaki itu terjatuh dan pandangannya pun mengitam seketika. Terbaring tak berdaya di tanah yang kotor. Rei mendekati lelaki itu untuk mengecek keadaannya. “Dia pingsang? Padahal aku tak memukulnya dengan keras,” ucap Rei. Nao dan teman-temannya pun mendekat untuk melihat jelas keadaan lelaki itu. Nao mencondong kepalanya pada perut lelaki itu dan ia mendengar sesuatu dari perut lelaki itu. “Sepertinya dia kelaparan,” ucap Nao. “HAH!” Pekik ketiga temannya kaget. Kirain pingsan karena pukulan Rei. Ternyata pingsan karena kelaparan. “Sebaiknya kita ikat dia di pohon besar itu. Sehingga kita bisa mengintrogasinya saat ia bangun nanti,” ucap Rei dan mendapatkan anggukan setuju dari teman-temannya. Nao dan Gin segera menarik tubuh lelaki itu dengan kasar. Menariknya mendekat pada pohon lalu menyandarkan tubuh lelaki itu pada pohon. “Kita mengikatnya dengan apa?” tanya Nao bingun pada Gin. “Sini aku yang ikat,” ucap Ken yang kebetulan mendengar pertanyaan Nao tadi. Lelaki itu segera mendekat dan mengikat lelaki itu dengan tali es. Nao dan teman-temannya pun segera makan bersama setelah mengikat tubuh lelaki misterius itu dan daging yang Nao panggang tadi sudah matang. Sesekali mereka mengobrol dan segera beritirahat karena hari sudah malam. *** “Lihat, corak-corak yang timbulkan serangan lelaki itu sama dengan yang terjadi di hutan,” ucap Nao sambil menatap serius pepohonan yang tumbang akibat lelaki misterius yang ia ikat di pohon. “Iya, ini sama pertis dengan serangan yang ada di hutan itu. Dan ... jika ia mengeluarkan mana yang sangat bersar akan menjadi seperti ini,” lanjut Gin menunjukkan pohon yang hangus ketimbang pohon yang lainnya. Pepohonan yang gosong tersebung mengingatkan Nao pada kejadian yang menimpa Pak Velis. “Mungkinkah yang membakar bar milik pak Velis adalah dia?” ucap Nao penuh sambil menatap lelaki misterius itu dengan tatapan penuh curiga. “Dan ... sepertinya lelaki itu jugalah yang menghancurkan hutan yang ada di perbatasan desa Renndolstra,” lanjut Gin. Seketika, keempat lelaki itu segera menatap lelaki misterus tersebut yang mulai terlihat risih dengan posisinya yang terikat. Keempat lelaki itu segera mendekati lelaki tersebut dan menunggu lelaki misterius itu untuk membuka kedua matanya. Tak lama kemudian, lelaki itu pun membuka kedua matanya. Wajah yang pertama kali ia lihat adalah wajah keempat lelaki itu yang sedang menatapnya dengan penuh kecurigaan. Hal itu membuat lelaki tersebut kaget dan akan menjerit. Untungnya, Rei dengan cepat membekap mulutnya. “Diam! Jangan berteriak,” ucap Rei mengancam. Lelaki itu pun perlahan mengangguk dan diam menunggu apa yang akan keempat lelaki itu lakukan. “KATAKAN! SIAPA KAU SEBENARNYA! KENAPA KAU MENYERANG KAMI DAN APA TUJUANMU MENGIKUTI KAMI!” Ken mulai mengajukan pertanyaan yang bertubi-tubi pada lelaki itu. “Aku ... namaku adalah Riki. Aku ... aku tak bermaksud untuk menyerangmu kemar_” “BOHONG! JELAS-JELAS KAU MENYERANG KAMI!” Bentak Ken memotong perkataan lelaki yang bernama Riki itu. “Aku tidak bohong,” lirih Riki dan menundukkan kepalanya karena tak ada yang memercayainya. “Aku ajukan pertanyaan lain. Apa kau mengikuti kami?” tanya Ken lagi. Secara perlahan Riki mengangguk. “Yakk! Jadi benar kau mengikuti kami karena kau ingin menyerang kita saat lagi lengah iyakan!” pekik Gin marah. “Bukan begitu.” “Lalu apa?” “Dan satu lagi, saat pertama kali kami akan masuk ke desa. Seseorang menyerang kami tiba-tiba. Itu pasti ulahmu kan? Tak hanya itu, bar milik Pak Velis yang terbakar dan hutan yang telah dihancurkan, apakah itu semua juga ulahmu?” Perlahan Riki mengangguk. “Kau benar-benar lelaki berengsekk!” pekik Rei marah dan segera mencengkram kuat jubah lelaki itu kasar dan bersiap-siap untuk memukul Riki. Untungnya, Nao dan Ken segera mencegahnya. “Sudah, jangan emosi kita dengarkan saja dulu penjelasannya.” “Bisakah kau jelaskan? Mengapa kau menyerang kami waktu itu? Mengapa kau membakar bar milik Pak Velis dan mengapa kau menghancurkan hutan.” “Baiklah, aku akan menceritakan yang sebenarnya.”

Baca dengan App

Unduh dengan memindai kode QR untuk membaca banyak cerita gratis dan buku yang diperbarui setiap hari

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN