BAB 14. MENDADAK PUNYA MENANTU

1064 Kata
. . Jonatan segera memarkir mobilnya di belakang mobil pick up. "Bentar," ucap Jonatan ke arah Bulan. Bulan tak mengerti apa maksud Jonatan. Bulan membuka pintu mobil tapi ditahan Jonatan dari luar. "Kan kubilang bentar, sayang," ucap Jonatan sembari membukakan pintu untuk Bulan. Mendapat perlakuan semanis itu bulan hanya bida tersipu malu. "Hati-hati kepala kamu," peringat Jonatan menahan bagian kepala Bulan supaya tidak terkena atas pintu mobil. Hal yang terlihat remeh tapi sangat berkesan bagi Bulan yang memang tak pernah mendapatkan perlakuan manis seperti ini. Baik dari keluarga maupun teman prianya. "Terima kasih," ucap Bulan lirih. Saat sudah berdiri dengan kedua kakinya. Jonatan menggenggam jemarinya dan mengajaknya masuk ke dalam rumah kontrakan Bulan. Seakan sudah terbiasa di sana. Bulan hanya diam memperhatikan. "Barangnya mau di letakkan di mana? Kontrakan kamu pasti penuh ini," tanya Jonatan memindai isi kontrakan Bulan. "Apa perlu kita sewa satu kontrakan lagi khusus untuk gudang?" Tanya Jonatan lagi. Bulan langsung menoleh ke arah Jonatan. Keningnya berkerut tanda sedang memikirkan sesuatu yang sedikit rumit. "Nggak usah mas, ini juga langsung dipaking kok. Pesanan semua barang yang barusan datang," sahut Bulan akhirnya. "Oh. Kalau gitu aku suruh mereka masukin ya?" Tanya Jonatan memastikan. "Iya mas. Tolong ya," sahut Bulan yang tiba-tiba merasa capek. "Ya sudah kamu istirahat saja dulu sebelum paking," sahut Jonatan membimbing Bulan ke dalam kamar tidurnya. Bulan lagi-lagi dibuat takjub karena tanpa bertanya lelaki itu tau posisi kamar tidurnya. "Kamu kayaknya tau banget isi rumag ini. Bahkan kamar aku aja kamu tau ya mas?" Ucap Bulan lirih tapi masih terdengar oleh Jonatan yang memang berjalan disisinya sembari membimbing Bulan masuk ke kamar. Lelaki itu bahkan membimbing Bulan untuk rebah di atas tempat tidurnya. Lelaki itu memindai kondisi kamar Bulan. Meski tidak terlalu besar tapi lumayan nyaman. Dia mendesah lega tanpa disadari oleh Bulan yang langsung memejamkan matanya. Wanita hamil itu memang teramat lelah. Perutnya yang semakin membesar membuatnya cepat lelah. Tidue beberapa menit mungkin bisa membuatnya kembali segar, pikir Bulan sebelum kantuk menelannya pada dunia mimpi. Jonatan menatap wanita yang dia akui sebagai istri itu penuh kerinduan. Sejak malam itu, hati Jonatan sudah terpaut pada Bulan. Apapun akan dia lakukan demi Bulan. Apalagi setelah dia tahu kalau sebentar lagi dia akan menjadi ayah. Dia tak bisa menunggu lebih lama lagi untuk berkumpul dengan keluarga kecilnya. Untung saja semua dokumen pernikahannya dengan Bulan selesai juga. Meminta tanda tangan dari Aji bukanlah hal yang mudah. Untung saja, lelaki itu percaya kalau dirinya memang seorang gigolo seperti yang dikatakan oleh Sekar. Dan Jonatan tidak menyangkalnya. Bahkan saat dia menghadap Aji lelaki itu sempat memukulnya. Sebelum memberikan surat kuasa kepada wali hakim untuk mewakilinya menjadi wali untuk Bulan. Aji mengingatkan kalau Bulan bukan lagi bagian dari keluarga Kusuma, jadi Aji melarang Jonatan mengakui kalau dirinya adalah mertuanya. Jonatan juga tidak berminat memiliki mertua seperti Aji yang rela membuang putri dan istri yang sedang sakit begitu saja. "Semua sudah dimasukkan ke dalam rumah, tuan," ucap salah satu anak buah Jonatan yang menyamar menjadi pemilik pick up sewa. "Bagus, lanjutkan seperti yang saya perintahkan. Jangan sampai lengah. Kabari saya kalau ada hal yang aneh," perintah Jonatan yang berubah datar saat berhadapan dengan anak buahnya. "Baik, tuan. Kami permisi dulu," ucap Leo nama salah satu kepercayaan Jonatan. "Kamu sudah laporkan ke aparat desa dan pak Rt tentang kehadiran saya dan pernikahan kami?" Tanya Jonatan lagi sebelum Leo membalik badan. "Semua sudah beres, tuan. Anda tidak perlu khawatir. Nanti malam, kami sudah memberi tahu tetangga untuk datang ke kontrakan tuan untuk merayakan kepulangan Anda dari berlayar," sahut Leo sopan. "Bagus. Saya nggak mau ada ucapan miring yang ditujukan kepada istri dan anak saya kelak," ucap Jonatan lega. "Kamu boleh pergi," ucap Jonatan lagi. Leo langsung undur diri diikuti beberapa anak buah Jonatan lainnya. Semua membungkuk sebelum berlalu. Jonatan bukannya berjalan ke arah kamar Bulan. Lelaki tampan itu ingin memperkenalkan diri kepada ibu mertuanya. Dia tak mau membuat kondisi bu Maya drop kalau melihatnya tiba-tiba datang. Perlahan Jonatan membuka pintu kamar ibu mertuanya perlahan supaya tidak mengganggu istirahat Bulan dan ibu Maya. Saat sudah terbuka, Jonatan dibuat kaget karena ibu mertuanya ternyata tidak tidur. Wanita paruh baya itu duduk tegak seakan memang menunggu kehadirannya. Jonatan berjalan dengan tegap. Senyuman ramah menghiasi wajahnya. Dia tak mau memberi kesan buruk di mata ibu mertuanya. "Siang buk. Saya Jonatan, suami Bulan dan ayah dari dedek bayi. Ibu gimana kabarnya?" Tanya Jonatan saat sudah berada di sisi bu Maya. Lelaki tampan itu mengambil tangan kanan bu Maya dan mengecup lembut punggung tangan bu Maya yang keriput. "Ttiiiang. Cccuuuammmiii?" Lidah bu Maya masih berat untuk berkata. Bahkan kata sederhana terasa susah baginya. Untung saja Jonatan paham dengan ucapan ibu mertuanya. "Iya bu. Mohon maaf karena baru datang sekarang. Jo, masih banyak yang harus Jo urus sebelum akhirnya berani menemui kalian. Tapi Jo janji setelah ini jangan khawatirkan apapun. Biar Jo urus," janji Jonatan sepenuh hati. Bu Maya yang mendengar kesungguhan hati Jonatan hanya bisa bersyukur, akhirnya putrinya tidak menghadapi sulitnya membesarkan anak sendirian saja. Meski dia ada tapi kondisinya yang seperti ini tak bisa membantu Bulan. Malah masih merepotkan Bulan. "Djjaaanji?" Tanya Bu Maya. "Janji bu. Saya sudah meminta ijin kepada pak Aji waktu mengajukan pernikahan ke KUA. Ibu mau lihat videonya?" Tanya Jonatan yang memang meminta diabadikan saat Aju memberikan surat kuasa dan juga saat Jonatan mengucapkan ijab qobul di depan penghulu dan dua saksi. Bu Maya mengangguk senang. Dan Jonatan mengambil ponselnta dan menunjukkan video saat pak Aji bersedia menandatangani surat kuasa. Video itu hanya berdurasi 30 detik saja. Kemudian berlanjut ke video saat dia mengucapkan ijab qobul. "Kalian sedang nonton apa?" Tanya Bulan tiba-tiba sudah berdiri di ambang pintu dengan rambut sedikit berantakan tapi tetap cantik di mata Jonatan. "Sini," ajak Jonatan dengan tangan melambai menyuruh Bulan mendekat. Anehnya Bulan mendekat tanpa tanya atau protes. Saat Bulan sudah mendekat, Jonatan menggeser duduknya supaya Bulan duduk dekat ibunya. "Ini video ijab qobul saat aku menimah dengan kamu," ucap Jonatan lembut. Dia meraih jemari Bulan dan mengecupnya penuh sayang. Bu Maya yang melihat itu tersenyum bahagia. Entah kenapa, baru sekali bertemu dengan Jonatan tapi dia meyakini kalau lelaki suami putrinya adalah lelaki yang baik. Kenapa dia tak marah pada Jonatan? Karena bagi bu Maya, semua yang terjadi pada Bulan bulanlah salah Bulan atau Jonatan. Tapi Sekar yang sudah menjebak putrinya itu. Jadi kalau marah, tentu dia tujukan pada Sekar Kusuma. Ah akhirnya bu Maya mendadak punya Menantu. Mimpi apa toh dia semalam?
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN