BAB 16. TETANGGA JULID

1031 Kata
. . Beberapa tetangga datang memenuhi kontrakan Bulan. Semua kantong yang tadi diletakkan di spot kosong. Bulan minta meletakkan di ruang makan. Karena tak mungkin tetangganya muat kalau spot itu terpakai. Bahkan ada beberapa lemari display yang Bulan minta digeser ke kamar tidurnya. Bulan bahkan dipinjami mak Romlah karpet untuk alas. Syukurlah, Bulan memiliki mak Romlah sebagai pemilik kontrakan yang sangat peka akan kondiis Bulan. Tetangga sudah banyak yang datang, bahkan ada yang duduk di teras karena bagian dalam sudah terisi penuh. Acara dimulai oleh pak Rt yang memperkenalkan Jonatan dan Bulan di depan semua yang hadir. Bahkan pak Rt juga menjelaskan kenapa Jonatan baru menampakkan diri di sini. Bulan merasa bersyukur semua acara berjalan dengan lancar. Saat waktunya pulang semua warga sudah menerima bingkisan dari Bulan dan Jonatan. Semya pulang dengan teratur hingga tinggal beberapa warga saja yang tertinggal. Ada ibu berbaju gamis warna merah berkata, "nak Bulan sering-sering kumpul dengan ibu-ibu sini ya." "Insya Allah, bu," sahut Bulan yang malam ini cantik dengan gamis putih dan kerudung segi empat berwarna sage dengan corak abstrak menambah anggun wanita hamil muda itu. "Kalian ini nikahnya kapan sih, kok tiba-tiba hamil saja," sindir ibu dengan dandanan serba bling-bling menyilaukan mata. "Kami menikah lima bulan lalu bu, sebelum saya berangkat melaut," sahut Jonatan berusaha menahan amarah. Kedua tangannya mengepal menahan untuk tidak merobek-robek bibir merah menyala itu. Bulan melirik ke arah suaminya yang tersenyum dengan paksa. Apalagi kepalan tangannya yang menonjolkan urat di pergelangan tangannya. Tak ingin suasana syahdu berubah kacau, Bulan membelai lengan suaminya dengan lembut. Netra Jonatan menatap Bulan dengan kaget. Tatapan lembut dan wajah penuh senyuman tulus menembus netra Jonatan. Membuat monster dalam diri Jonatan kembali tenang. Lelaki itu membalas senyuman Bulan dengan senyuman tak kalah manis. "Mohon maaf ya pak Jo, tolong jangan diambil hati ucapan bu Zubaidah." Mak Romlah yang menyadari atasannya tersulut emosi atas ucapan bu Zubaidah yang memang terkenal tak punya filter lisannya. "Tak masalah mak. Mas Jo tidak marah kok. Iya kan mas?" Mas Jo? Kenapa kalau Bulan yang memanggilnya begitu perasaan Jonatan meletup-letup penuh bunga. Dasar mantan Jomblo karatan yang tiba-tiba jadi bucin parah. "Nggak marah kok, tapi kalau bisa ya bu Zoo jangan kebanyakan ngurusin urusan orang. Mending urusin anak ibu yang hamil tak punya suami," sahut Jonatan yang memang menyelidiki semua tetangga Bulan tak terkecuali. Jadi dia bisa tau kelemahan mereka. Jaga-jaga kondisi seperti ini. Cara Jonatan menyebut nama bu Zubaidah seperti zoo. Tentu menggelitik jiwa Bulan. Bisa-bisanya suaminya kepikiran mengubah intonasi yang mirip begitu. Diam-diam dia mengulum senyum. Sayang hal itu diketahui suaminya yang memang sangat jeli jika itu menyangkut Bulan. "Kenapa ngetawain mas mu ini," bisik Jonatan tepat di telinga Bulan. Mengirimkan gelitik di telinga Bulan yang sensitif. Dasar nakal, batin Bulan. "Ih tau aja deh," balas Bulan jinjit sembari berbisik di telinga Jonatan. Sengaja sedikit menjilat telinga Jonatan tanpa disadari orang lain selain Jonatan tentu saja. "Ya sudah kami permisi dulu ya Pak Jo, bu Bulan. Makasih sudah di jamu dengan baik," ucap bu Rt menggiring semua ibu-ibu dari rumah kontrakan Bulan. "TERIMA KASIH BANYAK YA BU IBU!" "Ah akhirnya selesai juga acaranya. Makasih ya mas Jo. Bulan suka banget," ucap Bulan mendadak menggelendot manja di lengan kekar Jonatan. Entah apa karena hormon kehamilannya Bulab juga bingung dengan dirinya sendiri. "Iya sayang. Apapun buat kalian berdua. Oh ya, kamu rajin periksa dedek bayi ke dokter kan? Nanti kalau kamu mau periksa sama aku ya," sahut Jonatan tak mempermasalahkan kemanjaan Bulan. Malah dia suka dengan kemanjaan istrinya itu. Bulan tiba-tiba mengingat hasil usg beberapa hari lalu yang dia lakukan ditemani sahabatnya Putri. Kedua sahabatnya itu memang rajin mengantarnya. Kalau bukan Dian pasti Putri. "Bentar aku kasih lihat hasil USG dedek bayi ya mas Jo," ucap Bulan gegas membuka pintu kamarnya tapi mendadak dia terpaku melihat penampakan kamarnya yang penuh dengan barang dagangannya. "Mass," panggilnya manja. "Iya sayang," sahut Jonatan mendekat ke arah sang istri. Dan tampaklah penampakan yang juga dilihat Bulan. Tak lama Jonatan malah sibuk dengan gawainya. "Mas kok malah hape-an sih?" Gerutu Bulan dengan wajah cemberut. "Jangan ngambek dong sayang. Mas manggil teman-teman mas kok buat bantu beberes sekalian minta mereka belikan lemari display," ujar Jonatan sembari merangkul pundak Bulan lembut. Tak lama bala bantuan datang, mereka bahu membahu merapikan barang dagangan Bulan dan menatanya di lemari display sesuai jenisnya masing-masing. Bulan membuatkan minuman segar buat teman-teman suaminya. Dia juga menata sisa snack dan kue ke piring biar mereka makan sebagai teman minuman yang disajikan Bulan. "Mas Jo, ini minuman dan kue nya." Bulan meletakkan semua di atas karpet. "Iya sayang. Makasih ya, kamu jangan capek-capek deh," ucap Jonatan khawatir kalau istrinya kecapekan. "Nggak capek kok. Bulan malah senang karena rumah kontrakan jadi rame. Apalagi banyak yang bantu-bantu." Senyuman menghiasi wajah Bulan. Sangat cantik, puji Jonatan dalam hati. "Emm sayang, sini deh," panggil Jonatan yang melihat istrinya yang duduk berjarak darinya. Dasar bucin. "Apa sih mas?" Tanya Bulan yang tak mengerti dengan tingkah ajaib suaminya. Bulan sedikit menggeser pantatnya biar duduk lebih dekat dengan sang suami. "Apa yang kayak bu Zoo itu banyak? Maksudku yang mulutnya minta dicabein apa ada lagi?" Tanya Jonatan ingin istrinya lebih terbuka dengannya. "Cara kamu manggil bu Zubaidah memang ajaib ya mas. Kok bisa mirip sama zoo." Bulan terkekeh lagi. "Iya habis mulutnya dah kayak penghuni kebun binatang saja. Bau," sahut Jonatan kian menambah rasa geli Bulan. "Udah ketawanya, nanti malah tidurnya nggak nyaman kalau kebanyak ketawa. Jawab dulu, apa yang suka julid ke kamu masih ada selain bu Zoo," tanya Jonatan dengan mimik serius. "Bulan jarang kumpul sama mereka mas. Jadi nggak tau mereka ngomongin Bulan atau nggak. Lagian biarin aja, itung-itung ngilangin dosa kalau dighibahin orang," jawab Bulan membuat Jonatan kian jatuh hati pada istrinya itu. Sudah cantik, baik hati, pinter masak eh pemaaf pula. "Iya juga sih. Asal nggak denger langsung kayak tadi sih nggak papa. Tapi kalau ada yang kelewatan kamu harus lapor ke mas ya," nasehat Jonatan ke istrinya. Dia tak mau ada yang jahat sama istrinya. "Iya mas." Bulan tau kalau suaminya khawatir ada yang membuatnya sedih dan itu sungguh membuat Bulan terharu. "Janji?" Jonatan ingin diyakinkan. "Iya janji." Bulan malah memeluk lengan Jonatan lembut. Dia suka ada yang begitu peduli padanya. Ternyata rasanya begitu luar biasa.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN