Bab 10. Bertemu Kembali dengan Karmila

1173 Kata
Lukas memandangi Veronica dengan raut wajah penuh kepuasan, semakin menderita Veronica membuat kepuasan tersendiri bagi pria itu. Tanpa banyak kata, Lukas meninggalkan ruangan divisi keuangan dengan d**a membusung layaknya prajurit yang baru saja meraih kemenangan. Kepergian Lukas diiringi oleh bisikan-bisikan kecil yang memojokkan Veronica, tapi dia menegakkan kepalanya seakan menantang siapapun yang meremehkannya. Meskipun telinganya menangkap suara-suara sinis dari para rekan kerjanya. Wanita itu berusaha mengabaikan semuanya. "Heh, lihat tuh. Memang enak dikasih kerjaan yang nggak ngotak sama mantan yang berusaha dia deketin," bisik salah satu wanita dengan nada menyindir. "Biar dia sadar kalau Pak Lukas udah nggak bego lagi bisa termakan rayuannya. Aku bingung kenapa Simon masih buta, padahal dia itu pakai wajahnya yang memang ... cantik sih. Buat menggoda para pria." Veronica menghela napas, mencoba menguatkan diri saat mendengar kedua rekannya yang bukannya bekerja, malah menggunjingkan dirinya. Padahal divisi keuangan adalah divisi yang paling tersibuk saat menjelang akhir bulan seperti ini. Tapi rupanya kedua rekannya menganggap sepele dan malah bersantai-santai sendiri. Veronica ingin menegur mereka, tetapi dia sudah kehilangan banyak energi dalam beberapa hari terakhir ini. Ditambah dengan Lukas yang seakan ingin menghukumnya dengan pekerjaan yang tidak manusiawi. Biarlah suatu saat keduanya akan menerima ganjaran dari semua perbuatan buruk yang mereka lakukan. Rumor tentang dirinya yang ingin kembali ke dalam kehidupan Lukas bukan hanya menyakitkan, tapi juga sangat menjatuhkan mentalnya. Terlebih lagi Lukas seakan menikmati rumor itu. Veronica mengusap wajahnya dengan kasar saat melihat banyaknya laporan yang harus dia kerjakan secara manual, sudah dapat dipastikan jika hari ini dia akan lembur untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh Lukas. Wanita itu memulai pekerjaannya pada laptop yang dipinjamkan, lebih tepatnya dihibahkan oleh Simon. Sang sepupu yang kebetulan baru saja membeli laptop baru seminggu yang lalu, berniat untuk menjual laptop lamanya di situs barang bekas. Tapi dengan adanya kejadian tersiramnya laptop Veronica kemarin, membuat pria itu akhirnya memberikannya dengan cuma-cuma. Tentu saja kali ini Veronica tidak akan lengah lagi agar orang yang membencinya tidak dapat merusak barang elektronik yang tidak terbilang murah itu. Sementara di dalam ruangannya, Lukas duduk di kursi kerjanya sambil menatap sebuah foto lama pada ponselnya. Foto yang menampilkan dirinya bersama Veronica saat mereka masih berpacaran dulu. Raut kerinduan tanpa sadar Lukas keluarkan. Tak lama dia menggeser layar dan melihat beberapa foto Veronica dan Simon yang sedang berpelukan mesra. Wajahnya seketika mengeras, dipenuhi rasa kecewa dan kemarahan yang membara. "Kenapa kamu menkhianati aku, Vero?" gumam Lukas, menatap foto itu dengan tatapan penuh dendam. Helena yang baru masuk ke ruangan Lukas menyaksikan ekspresi pria itu dengan tatapan tak suka. Dia membanting pintu dan membuat Lukas tersadar dari lamunannya. Terlihat raut murka Helena saat Lukas mendongak. Helena jelas tahu jika sang tunangan masih menyimpan sedikit perasaan terhadap Veronica. Dan Helena bersumpah jika tidak akan membiarkan Veronica mendapatkan kesempatan untuk mendekati Lukas kembali. "Bukannya aku sudah bilang untuk bersikap hati-hati. Tapi apa ini yang kulihat? Tunanganku sedang memandang foto mantan kekasihnya dan menunjukkan ekspresi pecundang." Helena berkata dengan nada datar, namun penuh dengan sindiran saat duduk berhadapan dengan Lukas. "Veronica itu tipe wanita yang hanya ingin memanfaatkan kamu. Buktinya dia berselingkuh saat kamu ke luar negeri untuk kuliah. Dia itu wanita yang tidak tahu malu," ucap Helena dengan ketus. Lukas menatap Helena, mencoba mencerna kata-katanya. Sebenarnya Lukas sempat ragu saat melihat wajah Veronica yang menatapnya dengan sendu, namun rasa sakit dan kecewanya dengan cepat mengobarkan api amarah dalam diri Lukas. "Jangan khawatir, Helena. Aku sudah tidak punya perasaan kepada wanita penghianat itu. Aku merasa puas karena penderitaannya sudah dimulai," balas Lukas dengan nada dingin. Helena hanya memandang curiga Lukas, membuat pria itu sempat salah tingkah untuk beberapa detik. Namun bukan Lukas namanya, jka tidak dapat mengembalikan kepercayaan diri secepat mungkin. "Jadi kenapa kamu bisa ke kantorku sekarang? Jangan bilang kalau kantormu udah mulai bangkrut karena membiarkan karyawannya berkeliaran di jam kerja?" tanya Lukas dengan sarkas. Helena hanya mendengkus saat mendengar pertanyaan itu, dia sudah hafal dengan tabiat Lukas yang mengalihkan topik pembicaraan jika sudah terdesak. "Kantorku masih baik-baik saja, malahan akan mendapatkan klien dengan nilai investor senilai 30 miliar. Aku ke sini cuman mau melihat kamu dan membakar isu kalau aku adalah tunangan yang tak rela jika ada perempuan lain yang mendekati kamu," ucap Helena dengan manis, namun penuh penekanan pada setiap katanya. "Terus aku harus membalas tindakan kamu dengan apa?" tanya Lukas dengan menyunggingkan senyuman sinis. "Paling tidak dengan makan siang bersama," jawab Helena dengan senyuman tak kalah sinisnya. "Apa rencana kamu sebenarnya, Helena?" tanya Lukas dengan menatap tajam sang tunangan. "Sudah kubilang barusan kalau aku ingin membakar isu dan membuat perempuan itu semakin menderita," ucap Helena dengan kepala mendongak dan menunjukkan aura dominannya. "Oke. Kali ini aku setuju denganmu. Sebentar biar aku rapikan pekerjaanku dulu, baru kita akan keluar," ucap Lukas yang lalu berkutat dengan pekerjaannya. Helena hanya memandang Lukas dengan tatapan tanpa ekspresi. Bukannya Lukas tidak tahu tapi pria itu lebih memilih untuk mengabaikannya selama Helena tidak merugikannya. 10 menit kemudian keduanya keluar dari ruangan Lukas dengan memamerkan kemesraan palsu, kedua tangan mereka bergandengan dan saling bersenda gurau. Berakting untuk menunjukkan romantisme sepasang kekasih yang dimabuk asmara. Veronica yang kebetulan keluar untuk makan siang tertegun saat melihat Lukas yang menggandeng mesra wanita lain. Wajah tampan yang membiusnya itu, sekarang sudah milik orang lain. 'Kenapa aku tidak dapat melupakan bayangan Kak Lukas dari pikiranku? Aku mau bahagia, meskipun tidak bersama dengan Kak Lukas," gumam Veronica di dalam hati. Mata Veronica seketika merasa pedih seketika saja dia mengerjabkan mata, mencegah buliran air mata tidak mengalir gelas dari netranya. Dia membatalkan niatnya untuk makan siang di luar. Kakinya melangkah menuju koperasi yang terletak di sudut kantin. Segelas es kopi s**u, sebungkus roti dan 3 buah tahu isi goreng menjadi pilihan Veronica untuk mengisi perutnya pada siang hari ini. Semesta seakan tak membiarkannya bersantai barang sejenak, karena saat Veronica akan memasuki lift, seseorang menghadang langkahnya. Veronica hanya dapat menghembuskan napas kasar saat mengetahui siapa pelakunya. Seorang wanita paruh baya yang menatapnya dengan sinis bercampur jijik. Secara otomatis Veronica menundukkan kepalanya, diam adalah cara yang paling ampuh untuk menghadapi Karmila untuk saat ini. "Ternyata benar kabar yang kuterima jika ada seorang wanita yang tak tahu malu bekerja di kantor ini," ucapnya dengan nada angkuh. "Kamu nggak pernah berniat untuk kembali pada Lukas 'kan?" tanya Karmila dengan senyum melebar yang tampak mengerikan pada pandangan Veronica. "Mana mungkin saya mengambil resiko yang dapat menghancurkan keluarga saya," sahut Veronica yang mencoba mempertahankan kewasannya yang hampir hilang. "Baguslah. Karena saya nggak berharap akan menghancurkan kamu lebih daripada ini," ujar Karmila dengan nada dan muka yang persis dengan Lukas. Dada Veronica terasa semakin sesak, dia ingin cepat kembali ke ruang divisi keuangan untuk sekadar beristirahat sebelum angka menuju pada 13:00. "Terima kasih atas pengertiannya dan saya akan mengingatnya seumur hidup," ucap Veronica yang masih menunduk. Karmila yang melihatnya lagi-lagi menyunggingkan senyum tipis, merasa yakin jika sang putra tidak akan kembali kepada Veronica. Dia bahkan memikirkan untuk mempercepat pernikahan Lukas dan Helena, agar tidak muncul pengganggu kecil lainnya yang akan menggoda Lukas. "Baguslah kalau kamu sudah mengerti. Kamu tidak ingin kejadian 5 tahun yang lalu terulang kembali bukan?" tanya Karmila dengan sinis.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN