Part 21

1559 Kata

Kehilangan seorang paman seolah-olah bukan masalah bagi Revan. Dia masih saja merasakan hampa pada hatinya. Semakin lama waktu, semakin dia merasakan ada ruang yang kosong dari hidupnya. Mungkin memang sudah takdirnya dia tidak bisa terlalu lama marah kepada adiknya. Dari pagi, tekadnya sudah bulat untuk bersikap tak acuh terhadap hilangnya Reval. Dia juga masih kesal karena Reval mampu memukulnya hanya karena sebuah liontin. Semua itu menjadi alasan Revan untuk diam. Namun, saat ini dia benar-benar khawatir. Perkataan Alvin di kantin tadi semakin menyadarkan dirinya. Reval tidak pernah sekali pun mengabaikan pesan yang ia kirim. Bahkan Reval tidak pernah menolak panggilannya. Sampai detik ini, sudah puluhan panggilan bahkan mungkin ratusan pesan sudah Revan kirim. Namun, tidak ada yang

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN