TPM-EIGHT

1995 Kata
Leonardo meraih dagu Alaizya kemudian ia tatap manik jernih putrinya ia usap lembut pipi gadis itu lalu mengangguk. "Pergilah, jangan sampai Mommy tau masalah ini atau Daddy akan habis ditangannya," ucap Leonardo yang seketika berhasil melukiskan senyum tipis di bibir Alaizya. Gadis itu mengangguk, ia mendirikan tubuhnya dan mencium sisi kanan wajah Leonardo lalu pergi meninggalkan meja makan sekaligus keluar dari mansion. Ia mengendarai Tesla S P100D red miliknya dengan laju yang cukup pelan, otaknya mencerna apa yang akan ia lakukan pertama saat ia diumumkan menjadi penerus Regnarok, apakah mencari pasukan? Atau mencari asisten dengan penjagaan yang ketat? Atau langsung menerima misi pertama? Alaizya menggelengkan kepalanya ia tak bisa berpikir jernih dan saat sampai di landasan pribadi milik De Lavega ia segera keluar dari mobilnya dan memberikan kunci mobilnya pada salah satu bodyguard. "Kembalikan ke mansion!" perintanya diangguki oleh bodyguard itu. Alaizya menjalankan kakinya menaiki tangga jet pribadi miliknya kemudian tak lama jet itu pun mengudara. Sesampainya di tempat tujuan yaitu Italia, Alaizya segera berangkat menuju mansion Grandpa-nya. Alaizya membuka pintu mansion dengan perlahan ia dapat merasakan suasana yang sangat berbeda dari yang terakhir kali ia berkunjung, dan entah mengapa aura kali ini justru semakin membuatnya tertantang. "Welcome Principessa," sapa Arthur yang duduk dengan balutan coat hitam tentu saja pria yang berumur itu tidak hanya sendiri, ia duduk dengan Brian di samping kiri sementara Matthew di samping kanan. "Thanks Grandpa," ucap Alaizya seraya berjalan mendekati sofa dimana Arthur dan teman-temannya duduk. "Bisa langsung saja?" tanya gadis itu diangguki oleh ketiga pria dewasa di hadapannya. Mereka kemudian bersiap menuju ruangan bawah tanah di mansion Arthur dimana ruangan itu benar-benar dirancang untuk mengujinya. "Brian akan mengujimu," ucap Arthur seraya mendudukkan tubuhnya di kursi merah di ujung ruangan. "Kemarilah young lady," ucap Brian menberikan jalan agar Alaizya mengikuti langkah kakinya menuju tengah ruangan. Brian meraih salah satu shut gun miliknya kemudian ia berikan kepada Alaizya ia menatap cucu Arthur itu kemudian menatap maniknya yang penuh dengan api obsesi. "Dengar, di sana ada sasaran tembakanmu bentuknya siluet manusia dan kau harus mengenai tepat di area jantung dan kepala dengan dua pelurumu yang artinya kau tidak boleh miss jadi kau harus benar-benar melakukannya sekali karena tak ada percobaan kedua maupun ketiga," terang Brian diangguki oleh Alaizya. Gadis itu meraih shut gun dari Brian kemudian menatap sasarannya, ia mulai membidik sasarannya dan menghembuskan napasnya. Dor! Dor! Dua kali gema peluru terdengar, Alaizya melepaskan pelurunya tanpa jeda hal itu berhasil membuat Matthew tersenyum terpukau begitu pun dengan Arthur. Brian pun memberikan reaksi yang sama ia memencet tombol hingga sasaran yang tadinya jauh di depannya perlahan bergerak mendekat, Brian memeriksa sasarannya dan benar sekali tak ada yang meleset peluru-peluru itu menembus sasaran dengan sangat baik. "Bagus sekali Young Lady, sekarang tahap kedua," ucap Brian. "What? Maksudmu ada tahap kedua?" tanya Alaizya diangguki oleh Brian. Brian menekan remotenya hingga terlihat sasaran tembakan yang lagi dan lagi berbentuk manusia tapi kali ini sasaran itu bergerak memutari Alaizya. "Tembak tepat di kepala Young Lady," ucap Brian. Alaizya memfokuskan perhatiannya, ia menatap sasaran tembakan yang terus mengelilinginya hingga ia menutup mata dan dengan perlahan mulai membuka matanya ia membidik dengan sangat hati-hati dan bersamaan dengan tarikan pelatuk peluru itu meluncur dengan sangat apik keluar dari ujung senapan mengenai kepala sasarannya. Alaizya tersenyum miring. "This is not finished young lady, now is the final stage of proving your worth," ucap Brian bersamaan dengan bergeraknya hampir dua puluh sasaran tembakan yang masing-masing mengelilingi Alaizya. Sekarang posisinya gadis itu di tengah dikelilingi oleh sasaran tembakan yang bergerak tentu saja Brian yang mengaturnya. Alaizya menghembuskan napasnya, ia kembali mengisi senapannya dan dalam sepersekian detik ia bangkit menatap satu persatu sasarannya ia langsung membidik dan melepaskan pelurunya. Dor! Dor! Dor! Tak lebih dari tujuh menit Alaizya dapat mengenai kepala sasarannya, hal itu semakin membuat Brian takjub begitupun dengan Arthur, Brian menepuk bahu Arthur lalu berucap. "She is the female version of you Arthur." "I know," balas Arthur menyetujui ucapan Brian. Ketiga pria yang cukup berumur itu akhirnya mendekati Alaizya memberikan ucapan selamat pada gadis itu atas keberhasilannya terlebih Brian yang takjub akan kemampuan cucu sahabatnya itu. "Kau tau Young Lady, aku perlu waktu setidaknya sepuluh menit untuk menembak dua puluh musuh dalam sasaran yang sempurna sepertimu, aku percaya kau mampu menjadi penerus Regnarok," ucap Brian menepuk bahu Alaizya. Arthur mendekati cucunya kemudian mengusap lembut sisi wajah Alaizya. "Kau berhasil, Grandpa ucapkan selamat padamu Ala. Kini tinggal Matthew akan mengunjimu lakukan kemampuanmu yang terbaik Ala atau keberhasilanmu kali ini sia sia," ucap Arthur diangguki oleh gadis itu. "Bersiap di babak kedua Principessa," ujar Arthur dengan melenggangkan kakinya keluar dari ruangan itu meninggalkan Alaizya dan Brian tentu saja bersama Matthew yang membatu. "Come on young lady, it's my turn," ucap Matthew diangguki oleh Alaizya tapi sebelum itu Alaizya menatap Brian dan menundukkan kepalanya sekilas. "Thank you Brian, thank you so much." "You deserve it, young lady. I believe you can become Regnarok's first and only queen." "Thanks Brian." Alaizya keluar dari ruangan itu menuju paviliun dimana Grandpa-nya sudah menunggu sesampainya di sana, Alaizya melihat ruangan itu begitu pengap dan sulit sekali untuk bernapas begitu sesak, tapi sebelum itu. "Alaizya kau dengar aku?" "Matt?" "Ya, sekarang peraturannya adalah di sana ada iPad milikmu seperti yang selalu kau bawa di sana banyak sekali data retasanmu dan kali ini menyangkut semua itu." "Maksud mu?" "Dengar Ala, dalam dunia hacker hanya ada prinsip yang di pegang. Pertama, mencuri atau dicuri. Kedua, menghancurkan atau dihancurkan. Kau mengerti?" "Ya aku paham, lalu?" "Sekarang dengarkan aku, aku sudah membangun jaringan yang sulit untuk ditembus bahkan aku membuatnya hampir delapan jam, kau hanya punya waktu lima belas menit untuk membuka jaringan itu dan mencuri data yang aku buat lalu kau simpan di dalam ipadmu, jika dalam waktu lima belas menit kau tak dapatkan data itu, maka datamu yang berpindah padaku dan iPad mu otomatis akan dikirimi virus yang artinya kau tak akan bisa gunakan iPad itu lagi, paham?" "Ya." "Young Lady, waktumu di mulai dari ... Sekarang!" Alaizya segera mengotak-atik ipadnya, ia berjuang mencari celah membuka jaringan yang dibuat oleh Matthew dan Alaizya sadar jaringannya ini memang luar biasa sulit dipecahkan. Tapi ia tak akan menyerah, haram hukumnya menyerah dan tak ada di dalam kamusnya. Ia segera mencari cara untuk membuka jaringannya hingga ipadnya berdenting memberi notifikasi bahwa jaringannya selalu ditolak karena Matthew juga menggunakan jaringan yang sama yang artinya jika ia membuka jaringan satu maka Matthew akan menutup jaringan kedua dan seterusnya. Maka yang akan Alaizya lakukan adalah. "Membuka jaringan itu kamuflase, yang sebenarnya terjadi adalah Matthew berusaha menahan waktuku hingga iPadku tercuri datanya. Well, aku mengerti jalan permainannya Matthew," lirih Alaizya. Ia memutar fokusnya dan mulai mengotak-atik ipadnya, jari tangannya bergerak lincah dan sentum tipis terbit di bibirnya saat ia berhasil memblok Matthew memasuki sistem jaringan yang dibuat oleh pria itu sendiri. Kini Alaizya semakin mudah membuka jaringan itu. Sementara di ruang kerja Arthur, Matthew membelalakan matanya. "No, itu mustahil bagaimana bisa ia membaca trik yang sudah lama aku gunakan berhasil? Ya Tuhan Boss cucumu gila, dia menebak langkahku sebelum aku menyadarinya, ia memblok akses ku!" Arthur tersenyum tipis mendengar rutukan Matthew ia menatap Alaizya dari kamera CCTV-nya dan setelah itu terdengar suara. "Open system, data moved." Matthew membelalakkan matanya ia melihat komputernya dan menatap jam. "Oh s**t, She did in five minutes!" gumam Matthew masih tak percaya. Brian menggelengkan kepalanya ia menatap Arthur. "Ia luar biasa Arthur, aku yakin ia akan menjadi pemimpin yang kuat meski ia seorang wanita," ucap Brian diangguki oleh Arthur. "Kita keluar sekarang," ujar pria itu diangguki oleh kedua anak buahnya. Ketiga pria itu berjalan keluar dari ruang kerja menuju area paviliun untuk menemui Alaizya dan benar saja saat pintu terbuka Alaizya justru tengah ongkang-ongkang kaki di atas kursi dan menatap ketiga pria yang baru saja melewati pintu paviliun tersebut. "Aku sudah lakukan Grandpa, kurang dari lima belas menit," ucap Alaizya diangguki oleh Arthur. "Kau jenius Ala, maka kali ini kau akan bertemu seseorang." Alaizya mendirikan tubuhnya ia menatap Arthur. "Tunggu bukankah ini giliran Grandpa untuk mengujiku?" "Karena kau istimewa maka yang mengujimu pun istimewa." "Siapa?" "Persiapkan dirimu dan temui kami tiga menit dari sekarang di halaman, jangan terlambat." "Sure," ucap Alaizya sesaat setelah Arthur pergi dari hadapannya. Gadis itu memandang lurus ke depan dengan pikiran yang berkalana jauh, ia menebak siapa yang akan menjadi penguji terakhirnya? Apakah sang Daddy atau justru ada yang lain? Tapi siapa? Alaizya menggelengkan kepalanya ia berusaha untuk tetap fokus pada tujuannya dan akhirnya ia pun memilih meraih sebotol air mineral dan meminumnya hingga tersisa setengah. Tiga menit berjalan, kini Alaizya dan Arthur tentu saja dengan Brian dan Matthew sudah berdiri beriringan di halaman mansion besar Arthur, mereka menunggu seseorang yang akan menguji Alaizya. "Kapan Grandpa? Ini sudah lebih dari lima menitm," ucap Alaizya sedikit kesal karena jujur saja ia adalah tipikal orang yang malas menunggu dan tepat waktu. "Sabarlah Principessa, dia datang sebentar lagi," ucap Arthur menanggapi. Benar saja, tak lama sebuah mobil jeep menepi di pelataran mansion hingga mesin mobil dimatikan sesaat setelah itu, pintu dibuka perlahan layaknya adegan slow motion yang biasa ada di adegan TV, hingga keluarlah seseorang dari dalam mobil itu dengan jaket kulit yang menutupi tubuh bagian atasnya. "Mr. De Lavega," sapanya seraya berjalan mendekati Arthur. "Welcome Al," sapa Arthur membalas pada sosok pria yang seumuran dengan anaknya, Leonardo. "Mr. Renzuis?" gumam Alaizya dengan menyatukan alisnya, ia sedikit bingung saat mendapati Alfonzo yang akan menjadi pengujinya. "Ya, maaf membuatmu menunggu Princess De Lavega," balas Alfonzo dengan senyum tipisnya. "Well, bisakah kita mulai sekarang?" tanya Alaizya tak sabar diangguki oleh Arthur. Alfonzo menatap Arthur kemudian mengangguk, ia mengalihkan tatapannya pada Alaizya kemudian menatap Brian dan Matthew. "Come on!" ucapnya memberi aba-aba. Hingga akhirnya Arthur berserta kedua anak buahnya hanya menonton di teras mansion sementara Alaizya dan Alfonzo sedang mempersiapkan diri mereka masing-masing. Alaizya tau bagaimana Alfonzo, ia bodoh jika menganggap pria itu adalah lawan yang mudah karena ia tau betul bagaimana pintar dan cerdiknya Alfonzo saat bela diri. Kedua orang itu saling berhadapan di tengah halaman, Alaizya menatap manik tajam Alfonzo begitupun dengan pria itu. "Aku menggunakan pedangku terakhir kali saat tiga tahun yang lalu, dan aku menyesal mengeluarkannya saat ini Ms. De Lavega, kau tau mengapa?" tanya Alfonzo seraya mengusap samurainya. "Why?" tanya Alaizya singkat padat dan jelas ia pun mengusap ujung samurai pemberian Leonardo. "Setiap aku keluarkan ia, maka ia akan melukai seseorang dan aku tak ingin melukaimu," ujar Alfonzo. "Maka aku yang akan melukaimu uncle," lirih Alaizya sedetik setelah itu ia menyerang Alfonzo tanpa celah sangat padat dan sulit di perhitungkan. Alfonzo meloncat saat kakinya dijadikan sasaran pedang Alaizya, pria itu menggelengkan kepalanya tak menyangka Alaizya akan seganas ini. Tapi Alfonzo akan melakukan yang terbaik, ia membalikkan tubuh Alaizya dan mengunci leher gadis itu dengan pedangnya. "Fokus young lady," lirihnya yang langsung dibalas Alaizya dengan menyikut perut Alfonzo dan dengan gerakan cepat ia membalikkan tubuh hingga ujung samurainya menempel tepat di leher Alfonzo. "I'm always focused uncle," ucapnya membuat Alaizya tersenyum miring. Alaizya kembali melayangkan serangan tak terduga untuk Alfonzo hingga jaket yang Alfonzo kenakan terasa sobek di bagian d**a untungnya Alfonzo mengenakan jaket yang tebal hingga ujung pedang Alaizya tidak mengenai tubuhnya secara langsung. Alfonzo menyerang bahu dan lengan kanan Alaizya tapi gadis itu dengan gesit menghindarinya, ia melayangkan perlawanannya dengan menendang betis Alfonzo hingga pria itu menunduk seraya meringis Alaizya tak berhenti sampai di sana, ia kembali menyerang Alfonzo dan melompat ke samping dan setelah itu ia berbalik menghadap Alfonzo kembali begitupun dengan pria itu, mereka saling bertatapan tapi tepat di depan retina mata sebelah kanan Alfonzo, Alaizya sudah mengarahkan ujung pedangnya di sana. Mereka menarik napas hingga tersenggal akibat ujian yang di lakukan hingga Alaizya menurunkan samurainya dan membantu Alfonzo berdiri. "Im so sorry uncle," ucapnya diangguki dan Alfonzo mengusap rambut Alaizya. "Kau memang putri Leonardo," ucapnya semakin membuat Alaizya tersenyum. Arthur dan kedua anak buahnya berjalan mendekati Alaizya dan Alfonzo, mereka menatap satu-satunya gadis diantara mereka lalu Arthur menepuk bahu Alaizya dua kali ia tatap manik cucunya itu. "Bersiaplah, malam ini kau akan segera menjadi pemimpin Regnarok."
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN