Sebuah Janji

1023 Kata
Hari masih pagi, saat Aksara sampai di pelataran stasiun Gambir. Setelah memarkirkan mobilnya di tempat parkir di pelataran parkir stasiun yang mulai padat, Aksara bergegas menaiki eskalator menuju lantai atas, dimana para penumpang biasa naik dan turun dari kereta yang akan membawa mereka dari dan ke tujuan tertentu. Warna hijau yang mendominasi dinding stasiun Gambir menyambut setiap pengunjung dengan pemandangan yang lebih sejuk. Lalu lalang orang yang hendak pegi keluar kota dan baru sampai, terlihat kentara. Stasiun besar dengan rute antar kota di pulau jawa ini memang selalu ramai. Sesekali terdengar suara bel ningnong, peluit dan suara berwibawa petugas PPKA memandu waktu keberangkatan dan kedatangan kereta dari pengeras suara. Ada beberapa jalur yang menjadi tempat menunggu kereta yang akan dan baru tiba dari luar kota. Aksara menghela nafas, mengusir bayangan Cellia yang sangat senang, kalau sewaktu-waktu Aksara dan Hellena membawanya jalan-jalan naik kereta, walau hanya tujuan stasiun kota menggunakan Comuter line. Ya Allah, akankah hal manis itu akan kembali mengisi hari-hariku? Akankah dirinya bisa kembali mendengar celoteh dan tawa riang Cellia saat menunjuk apa saja yang ada di luar jendela kereta yang dirasanya menarik. Aksara memasuki kereta Argo Parahiyangan kelas eksekutif dan memilih tempat duduk sesuai nomor yang tertera di tiket kereta yang dipegangnya. menunggu dengan tenang, Kereta Api yang akan membawanya ke Bandung berangkat. Angin terasa lebih kencang menghembus, meniup wajahnya. Pemandangan rimbunnya pohonan di sekitar Monas dan gedung tinggi di depannya, terlihat kontras dengan langit Jakarta yang biru. Bandung. Nama itu begitu sering dia sebut akhir-akhir ini. Di sanalah, aksara berharap menemukan kembali dua orang belahan jiwanya yang hilang. Hellena, Cellia, akankah keajaiban mempertemukan kita kembali? Aku kangen, bisiknya penuh rindu. Aksara tidak menduga, dia harus menebus begitu mahal atas kesalahan yang dia lakukan kepada Hellena. Dia tidak menduga, saat telinga dan hati dikunci karena amarah sesaat maka yang lahir, hanyalah penyesalan. Andai dulu aku mendengar setiap Hellena membela diri, andai dulu aku memahami dan mencoba mengerti setiap Hellena mengeluh tentang Mama, cerita pahit ini tak akan pernah singgah dalam hidupnya. Kalau kamu, tidak mampu menjadi pasangan sempurna setidaknya bukalah telingamu, jadilah pendengar yang baik. Fahami perasaannya, fahami kesedihan dan kegelisahannya. Begitulah Allah ciptakananusia berbeda agar saling memahami dan mengerti. Sayang itu bukan aku. Aku akan dengan cepat memvonis bahwa hanya Mama dan Mbak Friska yang selalu benar. Ah, tololnya. Aksara mengutuk kebodohannya. Udara Ac terasa sangat menusuk tulang, beberapa bangku di depan Aksara mulai penuh diisi oleh penumpang dengan kebanyakan tujuan kota Bandung. Aksara membetulkan jaketnya, saat peluit panjang terdengar, perlahan kereta api berjalan menjauhi Stasiun Besar Gambir. [ Aku jemput di stasiun. Hati-hati, udara Bandung dingin Broh, entar masuk angin. Emot ketawa.] Aksara segera membaca pesan WA masuk . Sesaat setelah kereta berjalan. Abizar, tumben dia bisa bercanda. Lama tidak bersua, kebahagian apa yang tengah dialami sahabatnya, sehingga setiap pesannya berubah ceria. [ Zar, lagi happy ya? Tumben ngasih emot senyum.] Send. Aksara sungguh penasaran, apa yang sedang bertahta di dalam d**a pria yang terkenal paling dingin itu. Aksara mengenal Abuzar dengan baik. Pernah sama-sama melarikan diri dari fakultas kedokteran di semester awal dan kembali bertemu di Bandung, di Fakultas Tehnik meski dengan jurusan yang berbeda. Aksara yang berhati salju tidak mudah jatuh cinta. Tak sekalipun, Aksara mendapati seorang perempuan di hari-hari Abizar. Saking dinginnya bahkan Sempat membuat para sahabatnya ragu, tentang orientasi -maaf-seks laki-laki berwajah ganteng itu. "Sialan, gue normal." Abizar yang sempat diinterogasi sahabatnya tersinggung. Menggebrak meja dengan raut wajah penuh kekesalan. "Tunggu, bidadari itu akan hadir di saat yang tepat. Aku akan buat pesta besar dan kalian akan kuundang." Abizar sesumbar, yang diikuti ucapan Aamiin yang sermpak dan gelak tawa. Aksara tersenyum dia selalu merasa geli, mengingat peristiwa, saat Abizar disidang sahabat-sahabatnya yang khawatir akan kenormalannya. "Syukurlah, kalau lo normal. Kalau lo, sampai kenape-nape, gue gak akan maafin diri gue, karena tidak bisa membawamu ke jalan yang lurus." "Busyet, sialan kalian semua." Abizar murka, membuat tawa bergema. Masa indah saat bujangan. Ting. Aksara segera membuka pesan WA nya. [ Gue lagi jatuh cinta, Ra. Dukung gue.] Amazing. Jujur sekali mahluk kutub utara ini. [Dia bidadari yang gue pernah sesumbarkan di depan kelean semuah. ] [ Wkwk] Jawab Aksara pendek. [Sialan. Haha] Aksara membetulkan letak duduknya, tersenyum ramah, saat seorang pramugari cantik datang menawarkan bantal. [ Zar, kirim foto bidadarimu. Jangan-jangan itu perempuan jadi-jadian.] [ Boleh, tapi ada syaratnya.] [ Apa syaratnya?] [ Sekali lagi dukung gue, Ra. Jangan sampai cinta pertama dan terakhir gue kandas di tengah jalan.] [Jangan khawatir.] Send. Disamping rasa penasaran, Aksara juga ingin membunuh rasa bosan karena tidak ada teman ngobrol. Gerbong agak sepi, bangku disisinya kosong. Juga yang di depannya. Sambil membunuh jenuh, Aksara juga ingin tahu kisah Abizar dan calon istrinya. Jarang sekali, Abizar terbuka. Makanya, saat dengan enteng membalas pesannya ada yang luar biasa sekaligus mengherankan. Aksara mengangguk, mengalihkan pandangannya dari layar gawai. Ada dua orang pramugari sedang bertugas membagikan snak dan air mineral. "Terimakasih." Angguknya sesaat setelah menerima snak dan air mineral yang dibagikan oleh salah seorang Pramugari. [ Gue mau lihat calon istrimu, kirim fotonya.] Aksara tersenyum kecil, menyadari kekepoannya. Pasti Abizar malu. [Nanti sajalah, Ra. Nanti juga lo, lihat calon bini gue.] [ Sekarang juga gak apa-apa Zar, mumpung gua lagi santai, jadi enak ngasih pendapatnya. ] [ Gue gak butuh pendapat lo, gue hanya butuh lo, janji mau dukung pilihan gue.] Aksara terkekeh dalam hati. Abizar ternya masih payah dalam hal beginian, masih perlu mentor buat mewujudkan impiannya. Dasar, bocaaah. [ Ok. Gue pasti dukung. Gue janji.] Hening, sepertinya Abizar sedang mencari foto yang akan dikirimkan kepada aksara. Ting. Suara notifikasi terdengar nyaring. Ada pesan gambar di gawai Aksara. Dengan cepat Aksara meneliti gambar yang dikirim abizar. [ Dia perempuan yang sudah berhasil merebut seluruh hatiku. Bantu gue, agar gue bisa sampai ke jenjang pernikahan bersamanya. Kalau tidak, gue akan patah hati.] Perlahan Aksara membuka pesan gambar yang dikirim Abizar. Seraut wajah teduh dengan senyum lembut menghiasi layar gawainya. Hellena? Senyuman itu, tatapan mata dan ekspresi semuanya milik Hellena. Tuhan, apa betul itu Hellena? Perempuan yang dicarinya selama ini? Aksara mematung, tatapannya diliputi kegundahan. Tak terasa bibirnya terus bergetar menyebut nama Hellena. Beberapa pesan masuk kemudian, tidak membuatnya menatap kembali layar gawainya. Hellena? Engkaukah itu?
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN