Saat aku baru saja mengerjakan soal nomor empat, sebuah kertas yang berisi nama-nama peserta ujian sudah diletakkan di atas mejaku. Kertas itu dioper oleh temanku yang mejanya berada tepat di sebelah mejaku. Setelah menandatangani salah satu kolom yang ada di kertas tersebut, aku segera mengopernya ke temanku yang lain kemudian lanjut mengerjakan soalku yang sempat tertunda tadi. Akhirnya dengan sisa ingatan tentang rumus-rumus yang masih menyangkut di dalam otakku, aku mampu menyelesaikan tiga puluh butir soal itu di dalam waktu seratus menit, dengan kata lain satu jam empat puluh menit. “Waktunya udah habis. Ayo, kumpulkan kertas soal dan kertas jawaban kalian. Sesuai dengan nomor urut, ya,” titah Bu Eka sembari menunjuk pada meja yang ada di hadapannya sebagai tempat murid-murid untuk