1- Pria Sok Kuasa
"Ibu berharap kamu bisa menjadi Sarjana muda yang sukses," kata-kata itu selalu terngiang di telingaku.
Tapi, mana mungkin itu terwujud? Aku bahkan, tidak punya uang untuk biaya kuliah.
Ibuku sudah pergi menghadap tuhan dua tahun yang lalu. Dan sekarang ini, aku tinggal bersama Paman dan Bibiku setelah kedua orang tuaku tiada.
Ayahku sendiri sudah meninggal lebih lama, saat aku baru berusia sepuluh tahun. Karena sebuah kecelakaan.
Setelah aku memutar otak, hanya inilah jalan satu-satunya yang bisa aku tempuh. Aku bekerja paruh waktu di sebuah klub malam.
Tempat yang identik dengan sesuatu yang tidak baik, tapi yang penting aku menjadi wanita baik-baik yang tetap bisa menjaga harga diri.
Karena, aku tidak mau menggantungkan hidupku sepenuhnya kepada Paman dan Bibiku ini. Meski mereka sangat baik sebenarnya.
Ada dua anak perempuan yang masih harus mereka biayai juga.
Esha delapan belas tahun, dan Keyla dua belas tahun. Mereka berdua adik sepupuku yang sangat baik, dan kami sangat dekat.
Dan disinilah aku sekarang, menjadi pelayan di sebuah klub malam.
Dengan memakai seragam, pelayan. Berupa rok yang panjangnya sedikit di atas lutut dan kaos fit berlengan indis.
"Tolong antar ke meja nomor lima," ujar seniorku, aku hanya mengangguk. Memang seperti itulah aku. Bekerja tanpa banyak bertanya.
"Selamat menikmati, semoga malam anda menyenangkan." Aku tersenyum ramah, memang seperti itu tugasku.
grep
Tiba-tiba saja, tangan pria yang sedang duduk di kursi dimana aku mengantarkan minuman untuknya mencengkram pergelangan tanganku dengan cukup kuat. Hingga aku merasakan sedikit kesakitan.
"Anda kenapa tuan! Tolong lepaskan saya!" ujarku panik, aku berusaha melepaskan cengkraman tangannya.
Tapi, ternyata sangat sulit. Aku sampai meringis, aku yakin pergelangan tanganku pasti sudah memerah.
Aku semakin panik, apalagi ketika wajah tampan itu menatapku dengan tatapan mata yang sangat tajam.
"Tuan hentikan!" ujarku lebih keras.
"Ikut denganku sekarang juga!" Dia langsung menyeretku keluar dari klub, aku panik dan berusaha meminta pertolongan.
Tapi sial, karena tidak ada yang peduli kepadaku ternyata.
Dia menyeretku masuk ke dalam mobil miliknya. Aku semakin bingung dan juga ketakutan, apalagi saat melihat raut wajah dingin dan datarnya itu.
"Anda siapa? Dan mau apa?" tanyaku dengan bingung.
Dia melirikku sekilas, auranya terasa begitu dingin dan mencekam. Membuatku semakin ketakutan, aku berusaha memutar otak. Tidak ada senyuman sama sekali.
Apa dia penculik, tapi penampilannya oke. Wajahnya paripurna, ya meski umurnya lebih tua dari aku. Aku yakin itu, dia juga tampak berwibawa dan berkuasa. Jadi pasti bukan penculik.
Aku memperhatikannya dari sejak berangkat tadi, tapi dia tidak mengeluarkan satu patah kata pun.
"Tuan anda siapa? Kenapa membawaku? Anda pasti salah orang? Ayo turunkan aku please," bahkan aku sampai merengek-rengek kepadanya.
Tapi, dia tak bergeming sedikitpun.
Sepertinya, aku harus menggunakan cara lainnya.
Ahaaa, aku dapat ide. Aku akan kabur setelah orang ini menghentikan mobilnya, yess! Aku pasti akan berhasil, aku berteriak senang dalam hati.
Apa dia tidak terganggu dengan rengekanku ya? Aku bahkan, terus mengoceh. Sengaja, agar dia mau melepaskan aku.
Mobil memasuki area parkir sebuah hotel, membuatku terkejut bukan main. Apa dia akan melakukan sesuatu padaku, melakukan...aaaah tidaaak! Aku tidak akan membiarkannya merenggut kesucianku! Aku semakin memberanikan diri untuk kabur.
Hatiku semakin berdebar kencang, dan jantungku berdegup semakin kuat. Ketika pria itu menghentikan mobilnya, kemudian melirik ke arahku dengan tajam.
Aku balas menatapnya dengan tatapan judes, orang macam dia? Tidak akan aku baik-baikin! Teriakku dalam hati.
"Turun!" katanya, dengan nada yang dingin." Aku langsung turun, setelah dia membukakan pintu mobil untukku.
Brukk
Ku tubruk badan tinggi besarnya itu, hingga dia sedikit oleng karena mungkin tidak ada pertahanan.
Aku langsung berlari sekuat tenaga, aku sempat menoleh ke arahnya sekilas.
Tidak sesuai dugaanku, karena dia ternyata tidak mengejarku. kenapa tidak mengejarku? Ah aku tahu, pasti karena takut banyak orang yang melihat. Nanti dia bisa babak belur dihakimi masa kan?
Aku meneruskan langkah kakiku lebar-lebar.
Hah hah hah, Baru sebentar saja berlari, aku sudah terengah-engah dan lututku terasa lemas.
Mungkin ini karena aku jarang berolahraga, karena malas.
Ah, untuk kedepannya, aku akan lebih sering lagi berolahraga, agar lebih sehat dan kuat. Janjiku dalam hati!
Kenapa, tempat parkir ini sepi sih! Beruntung, aku melihat dua orang pria berseragam security, yang membuat aku bisa bernafas lega.
Kedua security itu menghampiriku ternyata, sungguh keberuntungan yang dobel.
“Pak tolong saya?” ujarku, dengan nafas terengah-engah karena capek. Setelah aku ada di hadapannya.
Kedua security itu saling lempar pandang, lalu menelitiku dari atas sampai bawah.
Aku jadi bingung sendiri, apalagi mereka malah melihat ponsel dan kemudian saling berbisik.
Kenapa mereka sangat mencurigakan ya?
“Pak, ada pria jahat yang menculik saya. Untung saya berhasil kabur, tolong saya pak, please!” Kupasang mimik wajah ketakutan dan mau menangis.
Tentu saja hanya akting, meski aku syok dan sedikit takut. Tapi, aku tidak selemah itu hingga akan menangis, hanya gara-gara masalah ini.
Meski ini masalah besar sih! aku bergidik membayangkan akan diculik, lalu di….
“Baiklah, anda tenang saja nona. Ini dengan nona siapa?” tanya salah satu security itu.
“Saya Ayda,” jawabku cepat, aku celingukan takut pria itu mengikuti aku.
Ah syukurlah dia tidak ada.
“Sebaiknya sekarang anda ikut kami, kami perlu laporan anda untuk menindaklanjuti kejadian ini.” Salah seorang security itu berkata kepadaku.
Aku mengangguk cepat, hatiku rasanya lebih tenang. Karena, aku merasa terselamatkan.
Semoga saja orang itu tertangkap, dan dipenjara! Itu doa ku.
Aku dibawa dua orang security itu ke lantai paling atas di hotel bintang lima ini.
Aku bertanya, saat sudah berada di depan pintu sebuah kamar.
Di lantai ini hanya ada beberapa kamar rupanya, mungkin ini lantai khusus untuk para tamu eksklusif.
“Untuk apa kita kesini Pak?” Aku merasakan sesuatu yang aneh, terlebih hatiku merasa tidak nyaman, aku menghentikan langkah kaki ku ini.
“Ini adalah lantai khusus pemilik hotel, hanya beliau beserta keluarganya saja yang boleh memasuki lantai ini,” jawab salah satu Pak security itu.
“Lalu, kenapa saya dibawa kemari?” tanyaku heran, aku sepertinya melihat gelagat kurang baik dari kedua orang petugas keamanan itu.
“Anda harus melaporkan dan berbicara langsung dengan beliau,” jawaban Pak security itu, ada benarnya juga.
Dan aku pun percaya, lalu kembali mengikutinya lagi.
Kini aku sudah berada di depan sebuah kamar. Mungkin ini adalah ruangan pemilik hotel ini, tapi kenapa perasaanku semakin tidak nyaman ya.
Kuhela nafasku gelisah. “Pak, saya pulang sajalah. Nggak jadi lapor, tolong antar saya sampai naik taxi,” ujarku, aku tidak yakin dengan orang yang ada di dalam ruangan ini.
“Loh, kok gitu? Sudah tanggung sampai sini Nona,” ujar salah satu security itu.
“Tapi…,” belum sempat aku berkata, salah satu Pak security sudah mengetuk pintu.
Aku tak bisa lagi berkutik, karena pintu sudah terbuka.
Dan kami pun masuk.
Mana orang yang membuka pintu tadi, kok nggak kelihatan sih? Apa hantu yang membukanya? Dan aku akan dijadikan tumbal untuk kesuksesan hotel ini?
Aku bergidik ngeri, kemudian memukul kepalaku sendiri. Karena punya pikiran yang tidak-tidak.
Itu dia mungkin yang membuka pintu tadi, saat melihat seorang pria muda. Karena, aku tidak melihat orang lainnya yang ada disini.
Sepertinya, dia seorang pelayan kalau dilihat dari setelan seragam yang dipakainya.
Lalu, Tuan atau Nyonya pemilik hotel ini dimana?
Aku dipersilahkan duduk, kemudian kedua satpam dan juga pelayan itu hendak pergi.
“Kok saya ditinggal sendiri?” panik rasanya aku, takut orang yang ada di kamar ini adalah orang jahat.
“Kami masih banyak pekerjaan lain Nona. Anda tenang saja,Tuan orang yang sangat baik,” jawab salah satu security itu sebelum pergi.
Tuan, artinya aku hanya berdua dengan pria asing! Rasa cemas mulai menggerogoti hatiku lagi.
Tapi dimana dia, si pemilik hotel ini?
Ceklek, seseorang keluar dari sebuah pintu. Mungkin ruangan itu kamar mandi.
Aku terperanjat kaget, sampai berdiri dengan mulut menganga.
“Kau!” lututku langsung terasa lemas. Aku terjatuh duduk di sofa yang tadi aku duduki.
Dia adalah pria yang tadi membawaku paksa, pria yang aku hindari, dan pria yang aku anggap penculik. Eh, ternyata dia adalah pemilik hotel ini!
Dan aku sekarang justru seolah sedang melemparkan diri ke kandang singa!
Tuhan! Selamatkan aku! Jeritku dalam hati.
Hemmm
Dehemannya saja sudah terasa menakutkan bagiku.
Dia melangkah dengan tegak, raut wajah dingin dan angkuh, ditambah tatapan mata yang setajam elang.
Apa baiknya coba? Ah security itu pasti bohong! Karena, dia terlihat tidak ada baik-baiknya.
Dia duduk tepat di sampingku.
Menatapku tajam dengan senyuman tipis yang sinis dan mengintimidasi.
Ah tapi kenapa tampan begitu ya? Sial jangan terpesona disaat seperti ini Ayda! Makiku dalam hati.
“Takut?” Ujarnya dengan senyuman tipis, setipis kertas yang dibagi tujuh.
“Siapa yang takut!” jawabku sok judes, padahal hati sudah ketar ketir tak karuan, takut sebenarnya.
Tapi, aku tidak akan menunjukkan ketakutanku di depan pria asing jahat itu!
“Lalu kenapa kabur?” Dia kembali tersenyum tipis, ah senyumannya sungguh mau dan hampir membuatku meleleh.
Ayda sadar! Teriakku dalam hati, ingat dia itu orang yang mau menculikmu! Aku memberi alarm pada diri ini.
Jangan sampai terpesona oleh pria sok kuasa itu!
“Kabur? Siapa yang kabur? Saya hanya….”