Bab 67b

1815 Kata
 Kyra mengangkat kakinya ke arah meja komputer miliknya. Hari ini adalah hari yang sangat menyebalkan. Kyra benar-benar merasa kesal dengan semua orang termasuk Kalila. Iya, Kalila adalah satu-satunya orang yang pantas untuk disalahkan dalam keadaan ini. Apapun yang terjadi, Kyra akan selalu menyalahkan Kalila. “Lo bikin masalah lagi” Khansa tiba-tiba keluar dari pintu kaca yang ada di belakangnya. Kyra tidak mau repot-repot menatap Khansa yang sebentar lagi pasti akan mengatakan jika dia juga kesal kepada Kyra. Ya, memangnya Kyra peduli? Kyra menatap ponselnya yang tergeletak di atas lantai. Entahlah, sepertinya benda pipih itu jatuh ketika Kyra melepaskan jaket miliknya. Kyra mengulurkan tangannya dan mengambil benda itu. Pada saat layarnya menyala, saat itulah Kyra bisa melihat potret Revan yang dia ambil secara sembunyi-sembunyi. Benar, Kyra memang sudah gila karena dia menyukai Revan. “Apa yang harus gue lakuin sekarang?” Tanya Khansa yang duduk dengan santai sambil menghisap rokok miliknya. Kyra sebenarnya tidak anti terhadap Khansa dan gaya hidupnya yang terlalu liar, tapi kadang Kyra merasa tidak nyaman ketika Khansa mulai menggunakan g***a dan semacamnya. Entahlah, Kyra sebenarnya tidak sebaik Kalila, tapi gaya hidupnya juga tidak seburuk Khansa. “Lo masih pakai g***a?” Tanya Kyra. Khansa menaikkan alisnya lalu menggeleng dengan pelan. “Gue lebih suka rokok” Kata Khansa. Kyra memilih untuk kembali larut di dalam pikirannya sendiri. Menatap potret Revan dan memikirkan berbagai cara yang harus dia lakukan untuk mendapatkan hati Revan. Kyra tahu jika Revan terlanjur menyukai Kalila, tapi masih ada kesempatan untuk Kyra. Kyra tidak akan menyerah begitu saja. Kyra masih mengingat dengan jelas jika tadi Revan sempat memeluknya sekilas. Ya, sepertinya Revan hanya terbawa perasaan saja. Dia pasti memeluk Kyra karena dia merasa sedang melihat Kalila. Sial! Kalila sialan! Tanpa sadar Kyra melemparkan ponselnya ke arah komputer yang ada di depannya. “Ada apa lagi sekarang?” Tanya Khansa. “Gue harus singkirin Kalila.” Kata Kyra dengan tegas. Jika Kalila masih sering muncul di depan Revan, maka Revan jelas akan memilih Kalila. Kyra akan melakukan apapun untuk bisa mendapatkan Revan. Kyra tidak akan membiarkan Revan memilih Kalila. Ya, jika Kalila tidak ada, maka Revan tidak akan bisa memilih Kalila. “Kenapa? Lo pikir dengan bikin Kalila jauh dari Revan, maka lo bisa dapetin dia?” Tanya Khansa. Kyra menaikkan alisnya. Bukankah memang begitu? “Gue selalu menang, kali ini gue juga bakal menang” Kata Kyra dengan santai. Kyra menghembuskan napasnya dengan kesal. Sampai kapan Revan terus menolak kehadiran Kyra? Apakah Kalila pernah mengatakan sesuatu yang akhirnya membuat Revan jadi tidak menyukai Kyra? Ah, Kalila! Dia dalam masalah besar kali ini. Kyra tidak akan diam saja jika Kalila berani mengatakan hal yang macam-macam. Sepertinya Kalila memang merindukan pukulan menyakitkan yang tentu saja akan Kyra berikan dengan senang hati untuk membuat Kalila jatuh tidak sadarkan diri. “Tanpa Kalila bilang sesuatu yang buruk, Revan juga udah tahu gimana sifat lo, Ra” Kata Khansa sambil tertawa pelan. Kyra menaikkan alisnya dan menatap Khansa dengan pandangan bingung. “Apa aja yang udah lo lakuin ke dia? Lo bikin tangan dia sakit, lo paksa dia, terus hari ini... gila, gue nggak tahu lagi sama sikap lo” Kata Khansa dengan santai. Jadi Khansa juga sudah tahu apa yang terjadi hari ini? Kyra tersenyum sinis. Sebenarnya Kyra sama sekali tidak peduli dengan apa yang dia lakukan hari ini. Kyra hanya merasa sedikit kesal karena Revan menyuruhnya untuk meminta maaf kepada perempuan menyebalkan yang secara tiba-tiba menarik rambutnya. Memangnya dia siapa? Seharusnya perempuan itu yang meminta maaf kepada Kyra. Dasar menyebalkan! “Ra, kadang lo emang harus melakukan sesuatu yang nggak lo suka. Gue jamin, Revan bakal terkesan sama lo” Kata Khansa. Kyra kembali mengernyitkan dahinya. Kenapa Kyra harus membuat Revan terkesan? Kyra sama sekali tidak membutuhkan semua itu. Kyra hanya perlu mendapatkan hati Revan. “Pertama lo harus bikin dia terkesan sama lo. Jangan khawatir, ketika dia mulai terkesan sama perilaku lo, dia pasti bakal suka sama lo. Kita nggak tahu sedekat sama Kalila sama Revan. Lo tahu sendiri gimana Kalila, dia baik banget.. semua orang jelas suka sama dia” Kata Khansa. Kyra selalu merasa kesal setiap kali ada orang yang berusaha memuji Kalila. Apapun itu, Kyra tidak akan tahan jika dia mendengarkan pujian untuk Kyra. Sudah cukup semua orang ditipu oleh Kalila yang cupu itu. Apa yang bagus dengan Kalila? Dia hanya seorang perempuan lemah yang sering menangis, apa yang mereka sukai dari Kalila? “Lo bisa diem?” Tanya Kyra dengan kesa. Kyra tidak mengerti kenapa Khansa selalu datang ke sini setiap kali Kyra sedang kesal. Kyra mendesah dengan frustasi. Apa yang harus dia lakukan? Apakah Khansa memang benar? Apakah Kyra seharusnya melakukan sesuatu yang bisa membuat Revan terkesan? Tapi apa? Apa yang harus Kyra lakukan? Apakah Kyra memang harus meminta maaf pada perempuan menyebalkan itu? Sial! Sampai kapanpun Kyra tidak akan pernah melakukan hal itu. Tidak akan pernah! Kyra sama sekali tidak melakukan kesalahan. Perempuan tadi menyerang Kyra lebih dulu. Ya, dia yang menyerang, tapi dia juga yang menangis kesakitan. Sepertinya semua perempuan memang lemah seperti Kalila. Hanya Kyra saja yang tidak lemah. “Kalila bisa aja menang kali ini, Ra” Kata Khansa dengan pelan. Kyra menatap dengan pandangan tidak suka. “Tahu dari mana lo?” Tanya Kyra. Khansa tertawa pelan lalu mematikan batang rokok yang masih tersisa setengahnya itu. “Lo terlalu banyak buat masalah, Kalila yang lemah itu nggak bisa selesain semuanya. Akhirnya, siapa yang beresin malah lo?” Kyra mengernyitkan dahinya. “Gue, gue yang selalu beresin masalah lo. Dari semua yang terjadi, gue tahu kalau kali ini Kalila jauh lebih unggul dari lo” Kata Khansa. Kalila jauh lebih unggul? Apa yang bisa dilakukan oleh perempuan cuku seperti Kalila? Mana mungkin dia lebih unggul dibandingkan dengan Kyra? Ah, sepertinya apa yang Khansa katakan memang benar. Kyra tidak bisa menutup matanya dan berusaha tidak melihat kebenaran yang ada. Kenyataannya Kalila memang lebih dekat dengan Revan. “Apa yang harus gue lakuin?” Tanya Kyra. Khansa pernah memberikan sebuah saran yang benar-benar membuat Kyra merasa kesal, kali ini Kyra tidak akan sembarangan mempercayainya. Tentu saja Kyra tidak ingin kembali dipermalukan oleh Khansa yang bodoh itu. “Lo tahu kalau gue bisa bikin semua cowok terpikat? Lo harusnya minta saran ke gue dari awal” Kata Khansa sambil tertawa. “Lo mau main-main sama gue?” Tanya Kyra sambil melayangkan tatapan tajam. Khansa memundurkan langkahnya lalu tertawa pelan. Khansa memang terlalu sering menganggap jika Kyra sedang bergurau padahal kenyataannya tidak demikian. Kyra tidak pernah suka bergurau seperti Khansa. “Nanti malem gue ada janji sama cowok, gue nggak mau main-main sama lo sekarang” Kata Khansa sambil terkekeh pelan. Kyra tidak mempedulikan apa yang Khansa katakan. Kyra memilih untuk menyalakan komputernya dan mulai bermain game di sana. Ya, jauh lebih baik jika Kyra bermain komputer, saat ini dia sedang sangat kesal dengan semua orang. Kyra menghembuskan napasnya dengan kesal karena dia tidak akan pernah berhasil memenangkan permainan di dalam komputer miliknya. Sialan! “Menurut gue, lebih baik lo minta maaf sama Aira” Kata Khansa dengan tiba-tiba. Kyra mengernyitkan dahinya. Apa yang sedang Khansa bicarakan? “Siapa Aira?” Tanya Kyra dengan santai. Apakah Aira adalah perempuan yang tadi Kyra buat menangis karena kuku panjang miliknya dengan sengaja melukai wajah wanita itu? “Lo nggak tahu siapa Aira?” Tanya Khansa. Kyra menaikkan sebelah alisnya. Memangnya Kyra harus tahu? Sangat tidak penting! Sebenarnya Kyra juga tidak ingin ikut dengan Revan ke rumah sakit jiwa. Sialan, Kyra tidak tahu jika Revan memiliki teman yang gila hingga harus dirawat di rumah sakit itu. Tadi sore Kyra langsung naik ke dalam mobil Revan karena memang hanya itu saja satu-satunya cara yang bisa dia lakukan untuk terus bersama dengan Revan. Kyra hanya perlu membuat Revan terbiasa dengan kehadirannya. Selama ini Revan selalu menolak Kyra karena laki-laki itu sudah terbiasa dengan keberadaan Kalila. Kyra harus mengubah semuanya. Memangnya siapa Kalila? Kenapa harus dia yang diterima oleh Revan? Ah, Revan pantas untuk mendapatkan seseorang yang jauh lebih baik dari Kalila. “Cewek tadi sore namanya Aira. Lo bahkan nggak tahu siapa cewek yang baru aja lo bikin nangis. Gila!” Kata Khansa. Kyra mengendikkan bahunya dengan santai. Kyra sama sekali tidak peduli dengan perempuan lemah dan cengeng itu. Ya, bagaimana bisa seseorang menangis padahal sejak awal dialah yang memulai pertengkaran mereka? Perempuan bernama Aira itu menarik rambutnya, tentu saja Kyra tidak akan tinggal diam. Kyra hanya sedikit memberikan perlawanan dan akhirnya perempuan itu menangis. Benar-benar memalukan. Dia menangis karena terluka atau karena malu? “Mending lo ikutin apa yang Revan mau. Minta maaf sama dia, itu bukan hal yang sulit” Kata Khansa dengan santai. Bukan hal yang sulit? Meminta maaf artinya Kyra mengaku jika dia yang salah. Tidak, Kyra tidak pernah salah jadi Kyra tidak akan meminta maaf. Memangnya apa yang akan terjadi jika Kyra meminta maaf? Apakah luka Aira akan langsung sembuh? Tentu saja tidak! “Gue nggak akan pernah minta maaf sama dia. Lo pikir dia siapa? Kenapa gue yang harus minta maaf?” Tanya Kyra dengan santai. “Bukannya lo mau bikin Revan terkesan?” Tanya Khansa. Membuat Revan terkesan tidak hanya dengan cara meminta maaf kepada Aira, bukan? Kyra bisa saja membelikan Revan jam tangan baru atau mungkin mobil baru? Tentu saja Kyra bisa melakukan semua itu dengan mudah. “Lo lagi usaha buat deketin Revan, lo harus buat pengorbanan dong..” Kata Khansa lagi. Kyra tidak mengerti kenapa semuanya jadi sesulit ini. Seumur hidupnya dia hanya akan membuat masalah tanpa mau memikirkan sebuah cara untuk membuat orang lain jadi suka kepadanya. Ya, selama ini Kyra sama sekali tidak membutuhkan orang untuk menyukai dirinya. Kyra selalu hidup bebas tanpa aturan dan tanpa ikatan. Setelah ada Revan semuanya jadi kacau.. “Itu akibat karena lo rebut cowoknya Kalila” Kata Khansa. “Dia bukan cowoknya Kalila!” Kyra menatap Khansa dengan pandangan tajam. Khansa tertawa pelan lalu menganggukkan kepalanya dengan santai seakan dia tidak mendapatkan ancaman apapun ketika melihat tatapan tajam yang Kyra berikan. Bagaimana mungkin Revan dan Khansa sama sekali tidak terpengaruh dengan tatapan Kyra? Di saat semua orang akan menjauh ketika melihat tatapan mata Kyra, maka Revan dan Khansa sebaliknya. Ya, Kyra tahu kenapa Khansa tidak takut kepadanya, tapi Revan? Kenapa dia sama sekali tidak takluk ketika melihat Kyra? Apa ada sesuatu yang salah dengan laki-laki itu? “Gue nggak pernah berharap lo menang, Ra. Tapi sekarang kita harus ikut permainan, ya ‘kan?” Kata Khansa sambil menghilang dengan perlahan. Kyra melempar komputer yang ada di depannya. Semua orang sungguh menyebalkan saat ini. Kyra merasa sangat kesal. Sekarang apa yang harus Kyra lakukan? Kyra ingin mendapatkan Revan, tapi bagaimana caranya? Bagaimana caranya agar Revan menatap ke arahnya sebagai Kyra, bukan Kalila. Kyra ingin selalu terlihat, dia ingin jadi pihak pemenang. Kalila sama sekali tidak pantas untuk Revan.. Tidak, Kalila sama sekali tidak pantas. Kyra sendiri yang akan memastikan jika dia yang menang. Bukan hanya tentang Revan, tapi juga tentang dirinya dan Kalila.    
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN