Bab 24

1777 Kata
“Wah, Kalila.. apa yang terjadi sehingga kamu pulang sambil tersenyum seperti itu?” Kalila berjengkit kaget ketika dia mendengarkan suara Kakaknya begitu dia masuk ke dalam rumah. Kalila sampai menghentikan langkahnya dan menatap ke arah sekeliling karena dia benar-benar terkejut. Beberapa detik kemudian suara tawa Ilora terdengar dengan nyaring. Kalila menatap Kakaknya dengan pandangan kesal lalu melangkahkan kakinya untuk mendekati kakak iparnya itu. Kalila kembali menghentikan langkahnya ketika dia melihat bukan hanya Ilora yang sedang duduk santai di ruang tamu, tapi juga ada Kenzo, kakaknya. “Kakak sudah pulang?” Tanya Kalila secara spontan. Ya, tentu saja kakaknya sudah pulang. Dia sudah duduk di ruang tamu rumah ini, jika dia belum pulang, apakah mungkin dia duduk di sini? Kalila memang bodoh! Kalila menghembuskan napasnya dengan pelan lalu kembali melangkahkan kakinya untuk mendekati kakaknya. Kalila mengingat pembicaraan yang dia lakukan bersama dengan Ilora tadi pagi. Iya, ini adalah saat yang tepat untuk kembali membangun komunikasi dengan kakaknya. Selama ini Kenzo memang selalu berusaha akrab dengan Kalila, tapi Kalila sering kali merasa canggung dengan kakaknya sendiri. “Bagaimana kabarmu, Kalila? Sepertinya kamu sangat senang dengan kehidupan barumu..” Kata Kenzo sambil merentangkan tangannya. Kalila tersenyum lalu meletakkan barang-barang yang ada di tangannya dan segera memeluk Kenzo. Kalila menghembuskan napasnya. Setiap kali dia mendapatkan pelukan, Kalila selalu mengingat saat-saat terburuk di dalam hidupnya. Kalila yang selalu sendirian, Kalila yang harus menangis sambil menahan rasa sakit di tubuhnya, juga Kalila yang harus berjuang untuk tetap bertahan hidup. Kalila melewati banyak sekali hal buruk, tapi sekarang semuanya sudah membaik. “Aku sangat senang karena bisa kuliah, Kak” Kata Kalila sambil duduk di samping Kakaknya. “Dia memiliki banyak teman sekarang. Dia sangat senang dengan dunia kuliah. Kalila memang anak yang sangat cerdas, Kenzo” Kata Ilora. Kalila tersenyum ke arah Ilora lalu mengulurkan barang belanjaan yang tadi Ilora titipkan. Dengan keadaan hamil besar seperti ini, Ilora memang mulai membatasi kegiatannya di luar rumah. Iya, lagipula ada Kalila sekarang, Kalila akan selalu membantu kakak iparnya itu juga dia memang membutuhkan bantuan. “Ini tas yang Kakak inginkan?” Tanya Ilora. Kalila menganggukkan kepalanya dengan antusias. “Aku mencarinya dengan susah payah, Kak” Kata Kalila. “Tas apa Kalila?” Tanya Kenzo. “Ini untuk temanku, Nessa. Dia akan mengadakan pesta ulangtahun besok malam, kalian harus ikut datang bersama denganku. Besok Nessa juga akan bertunangan” Kata Ilora dengan tenang. Kalila menganggukkan kepalanya. Iya, Kalila memang sudah tahu jika Nessa akan mengadakan pesta ulang tahun bersamaan dengan pesta pertunangannya. “Wow, begitu rupanya? Kita harus membelikan Kalila gaun yang baru kalau begitu” Kata Kenzo. Kalila menggelengkan kepalanya dengan pelan. Kalila baru akan menjelaskan kepada Kakaknya ketika Ilora sudah lebih dulu bersuara. Kalila tahu jika menyela kalimat orang lain adalah tindakan yang sangat tidak sopan, jadi Kalila memilih untuk tetap diam sampai Ilora menyelesaikan kalimatnya. “Benar sekali, sepertinya kita akan sibuk seharian besok. Mungkin akan lebih baik jika kamu tidak datang ke kampus dulu, Kalila. Aku lupa jika kamu belum memiliki gaun pesta di rumah ini. Jangan khawatir, kita akan menemukan gaun yang sempurna untukmu” Kata Ilora dengan antusias. Kalila menggelengkan kepalanya lagi. Tidak, Kalila tidak perlu membeli gaun karena Revan sudah memberikan gaun yang sangat indah. Kalila benar-benar menyukai gaun cantik itu. Ah, tapi bagaimana caranya memberi tahu kepada kedua kakaknya itu? “Itu sama sekali tidak perlu, Kak” Kata Kalila dengan pelan. “Apa? Kenapa tidak perlu? Kakak mengatakan padamu jika kamu harus ikut ke sana. Itu pesta yang sangat penting untuk keluarga Revan. Bukankah kamu juga sudah menyiapkan hadiah untuk Nessa?” Tanya Ilora. Kalila menghembuskan napasnya dengan pelan. Bagaimana caranya memberi tahu kepada Ilora dan Kenzo jika sebenarnya Kalila sudah memiliki gaun dan orang yang memberikan gaun itu adalah Revan? Ah, Kalila merasa sangat malu untuk mengatakan hal ini. “Sebenarnya aku sudah menyiapkan gaun untuk datang ke sana” Kata Kalila sambil menundukkan kepalanya. “Apa? Jadi kotak ini berisi gaun milikmu?” Tanya Ilora sambil mengambil kotak gaun milik Kalila. Kalila mengambil kotak itu dengan cepat. Tidak, Ilora tidak boleh melihat gaun itu sebelum Kalila memakainya besok. Kalila merasa malu jika nanti Ilora tahu bila gaun ini diberikan oleh Revan. “Jangan melihatnya sekarang, Kak..” Kata Kalila sambil memeluk kotak itu. Ilora tertawa pelan ketika melihat tingkah Kalila. Kalila tersenyum tipis. Kehidupan seperti benar-benar terasa sangat menyenangkan. Mereka bisa tertawa bersama dan menikmati waktu yang menyenangkan. Kalila memang sudah melewatkan belasan tahun hidupnya di dalam sebuah kehidupan yang sangat mengerikan, tapi Kalila sama sekali tidak ingin mengeluh akan apapun. Semua orang pasti memiliki saat-saat terburuk di dalam hidup mereka. Benar, Kalila memang harus melewati waktu mengerikan itu sendirian tanpa ada siapapun, Kalila harus berusaha bangkit sendiri dan berusaha bertahan seorang diri. Tapi sekarang tidak akan seperti itu lagi. Kalila sama sekali tidak perlu khawatir. Hidupnya akan baik-baik saja, Kalila akan selalu bahagia karena dia sudah bertemu kembali dengan kakaknya yang sangat baik. Kalila akan melakukan apapun untuk mempertahankan hidupnya yang sekarang, bahkan jika perlu, dia rela melakukan perang besar dengan Kyra, bagian dari hidupnya yang lain. “Apakah Revan yang memberikan gaun itu?” Tanya Ilora dengan pelan. Kalila mengerjapkan matanya ketika dia menyadari beberapa menit yang lalu pikirannya telah bergerak terlalu jauh. “Jadi gaun ini benar dari Revan?” Tanya Ilora sambil kembali tertawa. Kalila merasa jika pipinya memanas saat ini. Ilora menggoda dirinya habis-habisan. Astaga, kenapa Kakaknya itu bisa jadi sangat menyebalkan seperti ini? “Sedekat apa hubungan kalian sehingga dia bisa memberikan gaun kepadamu, Kalila?” Tanya Kenzo sambil menatap Kalila dengan pandangan serius. Kalila mengendikkan bahunya. Mereka berteman, ya.. hanya itu saja. Kalila tidak pernah memiliki teman sebelumnya jadi dia tidak tahu apa saja yang wajar dan tidak wajar dilakukan oleh seorang teman. “Kalila berteman dengan Revan sejak beberapa hari yang lalu. Revan itu anak yang baik, aku sudah mengenalnya sejak beberapa tahun yang lalu. Iya, dulu memang tidak terlalu sering berbicara dengannya, tapi menurut Nessa, Revan adalah anak yang baik. Jangan khawatir, Kenzo.. Revan akan menjaga Kalila ketika mereka ada di kampus” Kata Ilora. “Jadi kalian baru kenal satu sama lain selama beberapa hari ini?” Tanya Kenzo. Kalila menganggukkan kepalanya dengan pelan. Kalila memang baru saja mengenal Revan. Tapi tentu saja Kalila tahu jika Revan adalah teman yang sangat baik. Kalila bisa melihat ketulusan Revan di sorot matanya. Iya, Revan memang memiliki mata yang sangat indah. Revan bisa memberikan tatapan tajam yang begitu serius, tapi dalam sekejam pria itu juga bisa memberikan tatapan lembut. “Revan adalah pemuda yang baik, Kak. Dia mengenalkan aku kepada beberapa temannya juga. Sekarang aku punya banyak teman di kampus” Kata Kalila dengan pelan. “Kakak akan bertemu dengannya besok dan kita akan membuktikan apakah yang kalian katakan itu memang benar..” Kata Kenzo dengan pelan. *** “Apakah kamu sudah akan tidur, Kalila?” Kalila menggelengkan kepalanya dengan pelan ketika dia mendengar pertanyaan yang diajukan oleh Revan. Kalila menatap wajah Revan yang terlihat dengan jelas di layar ponselnya karena mereka memang melakukan panggilan video. “Apakah kamu sudah akan tidur?” Tanya Kalila. “Tidak, aku akan pergi menemui Raka sebentar lagi. Tadi siang dia sudah pulang ke rumahnya, aku dan Dipta akan menginap di sana selama beberapa hari untuk memastikan jika keadaannya sudah aman” Kata Revan dengan santai. Kalila menatap jam dinding yang ada di kamarnya. Sekarang sudah hampir pukul 12 malam. Apakah Revan memang akan bertamu ke rumah orang selarut ini? “Apakah orangtua Raka tidak marah jika kalian datang di tengah malam seperti ini?” Tanya Kalila. Sampai saat ini Kalila mamang masih belum menemui Raka lagi. Ya, Revan beberapa kali memang berusaha untuk mengajak Kalila datang dan menjenguk Raka, tapi Kalila selalu menolak. Kalila merasa tidak enak jika nanti dia kembali bertemu dengan Aira. Perempuan itu seperti tidak suka jika kekasihnya dikunjungi oleh perempuan lain. Ya, Kalila mencoba untuk mewajarkan sikap Aira itu. “Mereka tidak akan peduli. Lagipula mereka sama sekali tidak pernah menjenguk Raka. Bahkan kemarin ketika Raka masuk rumah sakit, mereka sama sekali tidak datang untuk melihat keadaan Raka” Kata Revan. Kalila mendengar dengan jelas jika Revan kesal pada orangtua Raka. Iya, dari caranya berbicara saja Kalila sudah bisa menebak jika Revan sangat kesal. Kalila menghembuskan napasnya dengan pelan. Jika benar apa yang dikatakan oleh Revan, maka artinya Raka memang membutuhkan Revan dan Dipta saat ini. Raka memang sudah sembuh, tapi dia tetap membutuhkan seseorang yang akan menemaninya. Bagaimana jika Raka membutuhkan sesutau dan dia mengalami kesulitan? “Apakah Raka masuk rumah sakit karena kecelakaan? Atau karena dia sakit?” Tanya Kalila dengan pelan. “Sebenarnya ini adalah rahasia, Kalila. Maafkan aku, aku tidak bisa memberi tahu apapun padamu.. Tolong jangan tersinggung.” Kata Revan. Kalila menganggukkan kepalanya dengan cepat. Sungguh, Kalila sama sekali tidak tersinggung. Kalila memang teman Revan, tapi Kalila tidak mengenal Raka, jadi sangat wajar jika Kalila tidak diberi tahu. Mungkin Raka sendiri yang meminta agar teman-temannya merahasiakan keadaannya. “Tidak, aku sama sekali tidak tersinggung..” Kata Kalila sambil tertawa pelan. “Kalila, sebenarnya Dipta dan Raka sangat ingin aku mengajak dirimu ke sana” Kalila tertawa pelan. Kalila selalu bertemu dengan Dipta ketika di kampus karena setiap kali berada di kantin bersama Revan, maka Dipta juga akan ada di sana. “Maafkan aku, ini sudah tengah malam..” Kata Kalila. “Astaga, tentu saja tidak sekarang. Raka sangat penasaran denganmu. Tapi Kalila, berjanjilah kepadaku untuk tidak menemui Raka atau Dipta sendirian tanpa diriku” Kata Revan. Kalila mengernyitkan dahinya. Sekalipun Kalila juga berteman dengan Dipta, sepertinya Kalila tidak akan bertemu Dipta tanpa Revan. Entah kenapa Kalila merasa canggung saja. Apalagi dengan Raka. Tidak, Kalila tidak akan menemui mereka tanpa Revan. “Memangnya kenapa?” Tanya Kalila sambil tertawa pelan. “Aku merasa jika Dipta tertarik denganmu. Sementara Raka, dia juga tidak akan berbeda jauh, dia selalu tertarik dengan perempuan cantik” Kata Revan. Kalila kembali tertawa ketika dia mendengar penjelasan Revan. Astaga, Kalila sama sekali tidak pernah berpikir seperti itu. Dipta memang terlihat baik, tapi tentu saja Dipta tidak tertarik dengan dirinya. Lalu Raka? Laki-laki itu memiliki kekasih yang sangan cantik. Ya, lagipula Kalila hanya ingin berteman saja dengan mereka. “Itu sama sekali tidak mungkin. Sudahlah, jangan bergurau..” Kata Kalila. “Kamu tidak percaya padaku? Kalila, aku mengenal teman-temanku dengan sangat baik” Kata Revan. “Baiklah, aku berjanji jika aku tidak akan menemui mereka tanpa dirimu” “Ya sudah, aku harus segera berangkat ke rumah Raka. Kita akan bertemu lagi besok di kampus. Jangan lupa pada pesta yang akan dilakukan di rumahku besok malam. Kamu harus menggunakan gaun yang aku berikan, Kalila” “Iya, tentu saja aku tidak akan lupa. Baiklah, selamat malam Revan”        
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN