Bab 12

1517 Kata
 Revan menatap Raka yang sedang duduk di tempat tidur. Tadi, ketika Revan mendapatkan kabar dari Dipta jika Raka sudah sadar, Revan saat itu sedang bersama dengan Kalila. Tentu saja Revan merasa sangat terkejut. Revan langsung datang ke rumah sakit setelah dia mengantarkan Kalila pulang. Sejujurnya Revan ingin mengajak Kalila untuk datang ke rumah sakit dan bertemu dengan Raka, tapi Kalila menolak. Perempuan itu pasti merasa tidak nyaman dengan sikap Aira kemarin malam. Ya begitulah, Aira memang sering bersikap ketus dengan perempuan yang ada di dekat kekasihnya. Aira selalu menganggap jika ada perempuan di dekat Raka, mata itu adalah selingkuhan Raka. Entah dari mana Aira mendapatkan kesimpulan seperti itu. “Lo udah nggak ada yang sakit, Ka?” Tanya Revan dengan pelan. Sejak Revan datang, Raka hanya duduk dengan pandangan kosong. Raka tidak seperti Raka saat ini. Revan menghembuskan napasnya dengan pelan. Raka memang tidak baik-baik saja, Revan tahu akan hal itu. Sebagai seorang teman, tentu saja Revan sangat tidak menyukai semua ini. Keadaan Raka tidak akan membaik jika temannya itu tidak segera mendapatkan perawatan yang tepat. Masalahnya, bagaimana caranya memberi tahu Raka jika dia harus dirawat di sebuah rumah sakit yang fokus untuk mengurus kesehatan mental? Raka pasti akan menolak ide ini. “Enggak, tenang aja” Jawab Raka dengan santai. Setelah jawaban yang diberikan oleh Raka, ruangan ini kembali hening padahal ada tiga pemuda yang sebelumnya selalu membuat keributan jika berada di ruangan yang sama. Beberapa menit berlalu, akhirnya Raka yang memecahkan keheningan dengan sebuah pertanyaan yang membuat Revan merasa terkejut. “Kata Dipta, lo punya cewek ya, Van? Tega bener lo, temennya lagi nggak sadar malah cari cewek” Kata Raka dengan pelan. Revan mengernyitkan dahinya. Raka sedang membicarakan siapa? Kalila? Astaga, kenapa semua orang salah paham dengan hubungannya dan Kalila? Tadi ketika di kampus, Revan sudah tidak bisa menghitung banyaknya orang yang menanyakan tentang hubungannya dan Kalila. Bahkan Kalila juga merasa tidak nyaman karena semua orang menatap mereka berdua dengan tatapan yang tidak normal. Sungguh, Revan sama sekali tidak menyangka jika semua orang akan bersikap seperti ini kepada dirinya. Selama ini Revan memang tidak pernah terlihat terlalu dekat dengan perempuan, tapi jika Revan datang dan pulang kampus bersama dengan Kalila, itu bukan berarti jika Kalila adalah kekasihnya. Oh Tuhan, kenapa pikiran semua orang sangat sempit? “Lo ngomong apa ke dia, anjing?” Tanya Revan sambil menatap Dipta. Dipta sendiri tampak salah tingkah ketika Revan mengajukan pertanyaan kepadanya. Kemarin malam Dipta memang menanyakan tentang status hubungannya dengan Kalila, Revan sendiri sudah mengatakan jika Kalila adalah temannya. Sekarang, kenapa Dipta malah memberikan keterangan palsu kepada Raka? “Dih, gue nggak salah. Lo tadi bilang mau ke sini setelah nganter Kalila. Lo sama dia mulu dari kemarin malem. Ya jelas gue curiga sama hubungan lo lah..” Kata Dipta dengan santai. Astaga, kenapa dia harus berteman dengan orang seperti Dipta? Revan sering merasa tidak mengerti dengan jalan pikiran Dipta yang sedikit unik. Ya, begitulah.. “Bukan, b**o! Dia itu temen gue..” Kata Revan dengan santai. “Kata Dipta kemarin di ke sini, emang bener, Van? Lo ngapain ngajak cewek ke ruangan gue? Kalo Aira tahu, pasti marah tu cewek” Kata Raka. Revan meringis ketika mendengar kalimat yang dikatakan oleh Raka. Sebenarnya Aira sudah tahu dan seperti yang dikatakan oleh Raka, Aira memang marah. “Tapi Kalila cantik banget, Ka. Gila, pertama gue lihat, gue pikir Revan bawa manusia Barbie!” kata Dipta dengan antusias. Astaga, Dipta memang tidak waras! Ya, sebenarnya apa yang dikatakan oleh Dipta memang ada benarnya juga. Setelah dipikir-pikir, Kalila memang sangat cantik. Kalila punya kulit putih dan rambut panjang yang sangat halus. Revan sempat menyentuh rambutnya ketika mereka ada di kantin kampus. Kalila juga punya mata yang besar sehingga membuat dirinya terlihat sangat lucu. Ah, Kalila memang benar-benar cantik. Sepertinya Dipta memang tidak berlebihan kali ini. “Beneran? Dih, bawa ke sini lagi, Van. Gue juga suka kalo lihat cewek cantik” Kata Raka. Sebenarnya Revan merasa tidak suka jika teman-temannya membicarakan tentang kecantikan Kalila, tapi mau bagaimana lagi? Hanya topik ini saja yang bsia membuat Raka tertarik dan mau bicara dengan mereka. “Enak aja, nggak bakal gue bawa dia buat ketemu lo. Si Aira jahat, Kalila kemarin dimarahin padahal dia sama sekali nggak ngapa-ngapain” Kata Revan dengan tenang. “Emang cantikan Kalila sih, makanya Aira langsung marah pas lihat Kalila di sini. Dikiranya selingkuhan lo kali, Ka” Kara Dipta sambil tertawa pelan. Revan tahu kalau selama ini Dipta menyimpan perasaan pada Aira. Iya, sekalipun Dipta tidak pernah melakukan hal-hal nekat yang akhirnya membuat membuat hubungan Aira dan Raka bermasalah, tetap saja selama ini Revan sering merasa was-was kalau Dipta salah bicara dan akhirnya mengungkapkan segalanya kepada Raka. Tapi kali ini, setiap mendengarkan pujian yang Dipta berikan kepada Kalila, entah kenapa Revan jadi merasa takut kalau nanti dia juga akan menyukai orang yang sama dengan sahabatnya. Oh astaga, apa yang Revan pikirkan? Entah kenapa semua ini membuat Revan terlihat seperti sedang menyukai Kalila. Kalila memang cantik, sangat cantik bahkan. Revan juga senang dengan kehadiran Kalila, tapi rasanya masih terlalu jauh jika Revan mengatakan tentang perasaan suka. “Emang bener? Selama ini gue pikir cuma gue doang yang bisa punya pacar cantik” Kata Raka sambil tertawa pelan. Revan langsung tergelak ketika mendengar kalimat Raka. Sementara itu Dipta tampak tidak terima dan malah mengatakan kalimat tantangan kepada Raka. “Dih? Emang lo paling ganteng? Lihat nanti deh, pacar gue pasti paling cantik” Kata Dipta dengan semangat. Sebenarnya, dalam urusan menyembunyikan perasaan, Dipta adalah juaranya. Temannya itu bisa terlihat baik-baik saja padalah Revan tahu dengan jelas jika Dipta sangat menyukai Aira. Astaga, kenapa dunia sangat sempit sehingga kedua sahabatnya harus menyukai orang yang sama? “Nggak mungkin banget sih, itu!” Kata Raka dengan santai. Revan tertawa pelan ketika dia mendengar apa yang dikatakan oleh Raka. “Kalau gue pacaran sama Kalila, pasti pacar gue yang paling cantik” Kata Dipta dengan percaya diri. Revan langsung menolehkan kepalanya dengan cepat lalu menatap Dipta dengan pandangan tidak suka. “Lo pikir Kalila mau sama lo?” Tanya Revan dengan pandangan sinis. Beberapa detik setelah mengajukan pertanyaan itu Revan baru sadar jika dia terlalu berlebihan. Ya ampun, apa yang Revan katakan? “Ya gue coba dulu, lah. Siapa tahu dia mau sama gue” Kata Dipta sambil tersenyum geli. Revan mendengus pelan. “Emangnya lo siapa berani deketin Kalila? Enak aja, awas lo ya macem-macem sama dia!” Kata Revan dengan kesal. Revan sama sekali tidak mengerti kenapa dia mengatakan itu kepada Dipta. Yang pasti, Revan merasa tidak suka ketika ada yang berusaha menjadikan Kalila sebagai permainan. Memang benar jika Kalila adalah wanita yang sangat cantik, tapi tetap saja, tidak ada yang boleh menjadikan Kalila sebagai bagian dari permainan seperti ini. Iya, Revan memang hanya teman Kalila, tapi Revan merasa jika mungkin saja mereka bisa menjadi sahabat dekat. Kalila membutuhkan banyak orang untuk memberikan dukungan kepada wanita itu dan tentu saja Revan ingin menjadi salah satunya. Revan ingin menjadi teman dekat Kalila sehingga dia bisa mengatakan kepada Kalila jika wanita itu tidak perlu takut ketika sedang menghadapi masalah. Jujur saja, sampai saat ini Revan masih sering dihantui dengan kejadian pada saat Revan menyelamatkan Kalila ketika perempuan itu ingin bunuh diri. Sungguh, jika saat itu Revan terlambat satu detik saja, sudah pasti sekarang Revan tidak akan bisa mengenal seorang perempuan cantik bernama Kalila. “Tadi katanya bukan pacar. Lo kenapa galak sama gue? Dia single, kan?” Tanya Dipta. “Jangan macem-macem kalo lo nggak mau dirawat di rumah sakit juga!” Kata Revan dengan tenang. “Kayaknya habis ini lo harus bawa Kalila ke sini, Van. Gue juga pengen ketemu sama cewek itu” Kata Raka dengan antusias. Oh sungguh, mengajak Kalila ke sini kemarin malam akan menjadi hal yang sangat Raka sesali. Ya, mau bagaimana lagi? Kemarin Revan memang tidak memiliki pilihan lain karena Revan tidak mungkin meninggalkan Kalila sendirian ketika perempuan itu sedang bertamu di rumahnya. Tapi, ketika tahu jika teman-temannya malah membicarakan Kalila secara berlebihan, Revan jadi merasa sangan kesal. “Gue nggak akan pernah bawa dia ke sini. Aira pasti bakal marah-marah kalo gue kasih tahu semua ini” Kata Revan dengan tenang. “Gila lo? Mau gue hajar?” Tanya Raka dengan cepat. Kadang Revan merasa jika Raka dan Aira menjalani hubungan yang toxic, tapi ketika melihat mereka berdua tampak masih saling peduli satu sama lain, Revan jadi merasa jika hubungan temannya itu masih baik-baik saja. “Kalo lo ketemu Kalila, udah pasti lo bakal pilih tinggalin Aira. Kalila itu cantik, kalem banget” Kata Dipta yang tampaknya masih menikmati suasana yang tidak menyenangkan ini. “Makanya bawa ke sini, gue juga pengen tahu secantik apa pacarnya Revan” Kata Raka. “Nggak akan pernah gue bawa ke sini. Kalo lo emang pengen ketemu, lo harus balik kuliah dulu. Kalila satu kampus sama kita. Tapi inget, kalian nggak ada yang boleh gangguin dia” Kata Revan dengan tenang. “Kenapa gitu? Dia punya lo?” Revan sebenarnya ingin langsung menyangkal seperti yang dia lakukan beberapa menit yang lalu. Tapi sayangnya, Revan malah mengatakan hal yang sebaliknya. “Maunya gitu” Kata Revan.  
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN