Masih dengan wajah yang panik, Justin duduk di kursi yang ada di samping ranjang Vanilla. Kedua tangannya menopang wajahnya dan matanya tidak pernah terlepas dari wajah damai Vanilla, tapi pucat pasi. Kali ini, Justin begitu kacau. Ia benar-benar menyesali apa yang sudah ia perbuat pada Vanilla, karena sungguh, ia tidak mengingat bagaimana ia bisa berada di rumah sakit. "Argh..." Justin menarik rambutnya frustrasi. Seharusnya ia menjaga Vanilla, bukannya merusak gadis polosnya itu. Sekarang, Justin benar-benar orang tua yang kejam dan seorang p*****l. Sekarang, ia ragu bahwa Vanilla akan merasa nyaman berada di sampingnya. Ia ragu Vanilla akan tertawa dan berbicara kepadanya seperti biasa. Ia meragukan itu semua, sampai membuat dirinya terjaga sampai malam ini. Waktu sudah menunjuk