15 - Tuan dan Pelayan

809 Kata
“I want to survive this world that keeps trying to destroy me.” – Leigh Bardugo, Ninth House  *** “Sedang apa dia?” tanya pria itu tanpa menoleh. Pria dengan paras tersembunyi yang tak diketahui siapapun. Misterius dan kelam sudah menjadi bagian dirinya. “Dia mencoba mencari tahu sosok yang sama seperti dirinya, Tuan,” jelas seorang wanita berpakaian serba putih yang berdiri tak jauh dari pria itu. Jeda sesaat. Tak ada komunikasi lagi. Pria itu kembali larut dalam pikirannya. Netranya tertuju pada kalkulus dan rumusan-rumusan yang tertulis dalam catatannya, namun pikirannya melayang entah kemana. Ia pun kembali membuka laci, mengeluarkan benda itu untuk kesekian kalinya. “Giovanni.” “Ya, Tuan?” jawab wanita itu menunggu perintah tuannya. “Masukkan ini dalam ramuan. Suntikkan pada Keith bersaudara," Dia mengulurkan botol kecil berisi serum buatan ke tangan wanita bernama Giovanni itu. Sejenak, Giovanni ragu untuk mengambilnya. “Tuan, ini sudah kesepuluh kalinya saya memberitahu. Keith bersaudara sudah lama kabur dari lab. Tuan lupa lagi?” jelas Giovanni dengan tutur lembut. Sebagai informan dan pelayan sang majikan, ia berusaha keras untuk bersabar mengenai kebiasaan tuannya yang mudah lupa. Sang tuan duduk termangu mendengar ucapan pelayannya. Tangannya menepuk jidat sambil menghela napas. “Maaf. Jika sudah seperti itu, kebiasaanku ini pastinya membuatmu jengkel.” Giovanni kaget. Tuannya meminta maaf padanya. Ini tak bisa dibiarkan. Pastinya ucapannya tadi menyakiti hati tuannya. “T-tuan jangan meminta maaf pada saya. Saya pelayan Anda, masalah tadi sama sekali tidak memberatkan saya.” Tuannya masih berekspresi datar dengan tangan kanan menutupi keningnya. Namun, di detik berikutnya ia sedikit menarik sudut bibirnya ke atas. “Yah, mau bagaimana lagi, kau selalu bisa diandalkan.” Hening. Giovanni tak menanggapinya. Ia tak punya keberanian setelah berusaha berbicara seperti tadi. Tuannya mengerti arti keheningan ini. Jujur saja, ia paham dan tau segalanya. Ia bahkan bisa mengerjakan seluruh percobaan dengan sendirian tanpa perlu kerepotan. Namun, ia memilih bekerja dengan bantuan Giovanni. Mengapa dan untuk apa tujuannya, hanya dia yang tau. Yang jelas, dia tak pernah melakukan itu berdasarkan kesenangan semata. Tapi, semua hal ini memang menghiburnya. Seperti teka-teki. Seperti susunan puzzle berantakan, Sulit dimengerti, tapi menyenangkan untuk dilakukan. Apalagi jika dimainkan dengan banyak orang. “Aku merindukan Keith bersaudara, Giovanni. Kenapa kau tidak ikut 'bermain' saja?” tanya pria itu. “Tuan ingin saya pergi? Pastinya tuan paham resikonya jika saya pergi, bukan? 'Permainan' mereka bisa saya kacaukan nanti,” ujar Giovanni. Tangannya saja sudah bergetar tak kuasa menahan 'kekuatan'. Membayangkan bertemu mereka membuatnya ingin meraih 'semua' dan mengumpulkannya di hadapan sang tuan. “Giovanni Reiner, lakukan yang harus kau lakukan. Permainan akan lebih seru lagi jika kau ikut ambil bagian, bukan mengamati. Lupakan petunjuk bodoh itu, aku berubah pikiran. Kita harus memasang strategi kedua jika mereka berhenti mencari petunjuk karena menyadari resikonya. Pertemuannya harus dipercepat. Keith bersaudara, mereka harus ditangkap dengan cara apapun. Mereka akan mengacau sebentar lagi.” “Baik, Tuan,” sahut sang pelayan seraya membungkukkan badan. “Pergilah.” Namun, sebelum Giovanni menghilang tanpa jejak, ia berbalik kembali menatap majikannya dengan raut khawatir. “Tuan, jaga kesehatan. Jangan begadang, jangan makan makanan pedas, jangan uji ramuan ke diri anda sendiri, jangan keluyuran saat malam, jangan –” “Giovanni... Aku bukan anak kecil...” ucap tuannya sambil megerucutkan bibir. Kesan tak terima yang ditunjukkan lebih mirip anak kecil daripada pria yang sedang menggerutu. Tapi, tuannya itu memanglah sosok pria yang terlihat jauh lebih muda daripada umur aslinya. Giovanni tertawa kecil sebelum seluruh tubuhnya menghilang. Melintasi ruang dan waktu. Melanggar hukum alam. Berpindah menuju tempat tujuan. *** Angel Bernadette langsung berteleportasi menuju jalanan sepi begitu situasi tadi nyaris mengancamnya. Namun, sekali lagi ia melakukan teleport ke tempat yang salah. [Seharusnya langsung saja ke rumah, bodoh! Kenapa malah dijalanan depan rumah anak itu! ] pikirnya. Ia masih sedikit kesusahan menentukan waktu dan tempat untuk berteleport. Apalagi tidak bisa sembarang dilakukan. Selain butuh tenaga yang agak banyak, hal itu juga bisa buruk bila orang lain melihatnya. Semilir angin berhembus dengan arah yang mencurigakan. Suara-suara gemerisik terdengar di telinganya. Angel melirik ke arah semak-semak. Suara asing membuatnya waspada jika seseorang melompat keluar dan mengejutkan, apalagi menyerangnya. Jumlah pencuri dan orang-orang mencurigakan sudah tak bisa ditoleransi. Untung saja ia belajar bela diri sewaktu SMP. “Siapa disana?” tanyanya lirih seorang diri lantaran tak ada orang yang muncul. “Ketahuan, ya?” “Akh!!” Angel terjungkal begitu seseorang muncul. Tubuhnya langsung berjalan mundur dengan cepat hingga terjatuh. “Bodoh, kau bilang pada dirimu sendiri tadi bahwa kau akan waspada dan tidak akan terkejut, tapi apa? Bahkan anak-anak saja tak mungkin terkejut sekarang.” “Siapa kau?” tanya Angel waspada. Tampilan pria di depannya benar-benar tak normal. Cincin, tattoo, tindikan, bahkan pakaian, sudah seperti cosplay saja. “Tunggu, kau bisa tau isi pikiranku?” “Nona, pakaianku, penampilanku, itu hak diriku ingin terlihat seperti apa. Perkenalkan, namaku Jonathan Keith.” Dan seketika pandangan Angel menjadi gelap gulita. Tubuhnya roboh, jiwanya hanyut ke alam bawah sadar. “Joe!! Cepat bawa sandera itu!! Waktu terus berdetik!! Menyebalkan.” Seorang wanita muncul dari sebuah portal dimensi. Menatap tajam saudaranya. “Yolanda my sister! Tunggu sebentar!!” Jonathan berlari menuju portal. Wanita itu mengarahkan tangan kanannya tepat ke kepala Angel. “Aku juga ingin berkenalan denganmu. Namaku Yolanda Keith.” Senyum dingin mencuat dari sudut bibir kedua orang itu. “Kami Keith bersaudara.” Di lain tempat, sang tuan mengawasi segalanya. “Kartu King dan Queen sudah terbuka.” Dia bergumam. Matanya tertuju pada jendela yang tertutup tirai besar. ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN