Di ruang perpustakaan...
Raja dan Ratu terus mencari-cari mantera yang bisa melemahkan kekuatan Jaya. Sudah sekian buku mantera kuno mereka baca, tetapi tidak ada satu pun mantera yang cocok.
BLEEEDAAAAMM!!
JLEGEEERRR!!!
Serpihan-serpihan kayu dan batu terlempar ke arah mereka, tapi mereka tetap terus mencari di tengah-tengah kekacauan yang sedang terjadi.
"Dawun, Belindiom Vohhom," ucap Agro.
Secara perlahan tumbuh beberapa akar pohon besar dan kokoh di sekitaran Raja dan Ratu. Akar-akar itu tumbuh saling berdempetan hingga menciptakan sebuah dinding pelindung untuk keduanya.
Raja yang sedang fokus mencari, sesaat menatap ke arah Agro yang kini ada di dekatnya. Tubuhnya terlihat memiliki beberapa luka.
"Agro akan melindungi Papa dan juga Mama," ucapnya sambil tersenyum.
Sambil membalas senyum Agro, Raja berkata, "Terima kasih." Ia lalu kembali fokus dengan buku mantera kuno yang ada di genggaman tangannya saat ini.
Beralih ke pertarungan antara Jaya melawan Langit, Bintang dan Awan. Mereka terlihat saling serang satu sama lain dengan sama kuatnya. Jaya berlari ke sekeliling ruang perpustakaan dengan tubuh besarnya sambil terus menembakkan bola-bola spirit penghancur berwarna ungu ke arah tiga orang pemuda yang sedari tadi bisa mengimbangi pergerakannya.
Tembakan bola-bola spirit penghancur terus berhasil dihindari oleh Langit, Bintang dan juga Awan. Mereka terus mengikuti ke mana pun langkah Jaya pergi sembari terus melancarkan serangan.
"Vanaya, Zintang Biriuv," ucap Bintang.
Ratusan hujan cahaya bintang yang melesat dengan sangat cepat, tanpa henti menerjang tubuh Jaya. Ledakan-ledakan pun terjadi saat serangan itu mengenai Jaya, mengakibatkan luka yang terbilang parah di tubuh besarnya.
"RAAAAAAARRRGGHH!!" teriak Jaya.
Tepat saat serangan dari bintang berhenti, serangan dari Awan pun datang, melanjutkan serangan Bintang sebelumnya.
"Heim, Auracio Hadezia."
Pusaran aura kegelapan yang terlihat seperti kepulan awan yang sangat hitam menghantam tubuh bagian belakang Jaya dengan sangat keras. Karena efek perusaknya yang hebat, tubuh Jaya langsung terkikis dan hancur. Benda bulat bercahaya ungu yang ada di d**a Jaya pun kini terlihat dengan sangat jelas dari bekas tubuhnya yang terkikis.
"Kak Langit, sekarang!" teriak Awan.
Langit yang terbang tepat di atas Jaya langsung merapalkan manteranya. Target serangannya adalah benda yang sejak tadi sudah mereka incar. Benda yang menjadi sumber kekuatan Iblis Jaya.
"Guntoor, Avavil!!"
Burung petir suci dengan kekuatan yang sangat besar melesat cepat ke arah target.
Jaya yang menyadari serangan datang, lagi-lagi kembali membuat pertahanan dengan menggunakan kekuatan sihir kristalnya.
JEEEEEEDAAAAARRR!!
Serangan Langit pun kembali berhasil ditahan.
"b******k!" umpat Langit kesal.
Saking kesalnya, ia kini menembakkan sambaran petirnya secara berulang-ulang ke arah dinding kristal milik Jaya.
Serangan bertubi-tubi itu terus datang. Tetapi, dinding kristal milik Jaya terlihat tidak tergores sedikit pun. Ketebalan dan kekokohannya sepertinya telah meningkat berkali-kali lipat.
Sementara itu, Jaya yang sedang berlindung di dalam kristalnya, terlihat sudah selesai menyembuhkan dirinya. Tubuhnya telah kembali utuh seperti sedia kala. Dan kini, Jaya mulai kembali memusatkan spiritnya untuk kembali bertarung. Percikan listrik pun mulai terlihat di duri-duri besar yang ada di punggungnya.
"Dengan ini, hancurlah kalian semua menjadi debu!!"
Aliran listrik berwarna ungu seketika menyambar dari duri-duri yang ada di punggungnya. Kristal yang melindungi tubuhnya pun hancur seketika saat aliran listrik itu menyambarnya.
Aliran listrik itu kini menyambar ke segala arah. Menyambar ke semua objek yang ada di sekitarnya.
Terlihat setiap kali aliran listrik berwarna ungu itu mengenai suatu objek, maka objek itu akan hancur menjadi debu secara perlahan.
Langit, Bintang dan Awan tampak berusaha keras untuk menghindari sambaran-sambaran listrik tersebut. Namun, semakin lama kecepatan dari sambaran listrik itu semakin bertambah dan area serangnya pun semakin acak.
Salah satu sambaran terlihat dengan cepat menyambar ke arah Surya. Tapi dengan begitu gesitnya, Bumi langsung menciptakan sebuah tameng dari beton yang sangat kokoh sehingga Surya dapat terlindungi dari serangan tersebut.
"Terima kasih, Mi," ucap Surya. Bumi pun hanya mengangguk sebagai balasan.
Serangan listrik bahkan menyambar ke arah Raja dan Ratu. Tapi Agro dengan cepat langsung menambah akar-akar pohonnya serta memperkokohnya menggunakan spirit, sehingga serangan itu tidak dapat mengenai keduanya.
Namun, bekas dari serangan tersebut terlihat menghancurkan tameng beton milik Bumi dan dinding akar milik Agro menjadi debu secara perlahan. Tidak hanya itu, di area lain di ruang perpustakaan ini juga sama. Semuanya terlihat mulai hancur menjadi debu. Bahkan, medan energi yang melindungi ruang perpustakaan agar tidak hancur, secara perlahan mulai terkikis karena serangan spirit negatif milik Jaya. Kekuatan jahatnya benar-benar berdampak sangat mengerikan.
"Spiritku merasakan kalau efek kerusakan yang ditimbulkan oleh spirit negatif ini tidak akan bisa diperbaiki sama sekali. Sekali kena, maka objek apa pun akan hancur menjadi debu," batin Chandra. "Ini benar-benar gawat".
Ia yang sedari tadi terus mengamati, lantas langsung memberitahukan perihal informasi ini kepada semua anggota keluarganya.
"Semuanya, jangan sampai kalian terkena aliran spirit negatif milik Paman. Jika kalian sampai terkena, maka jaminan kalian untuk bisa selamat sangatlah kecil! Bahkan tidak ada sama sekali!" Kata Chandra melalui media telepati.
Semuanya langsung paham dan mengerti dengan informasi yang diberikan oleh Chandra. Langit, Bintang dan Awan pun langsung meningkatkan kewaspadaan mereka. Mereka tidak boleh sampai terkena satu pun serangan dari Jaya.
"Iblis b******k!" umpat Langit untuk ke sekian kalinya.
Beralih ke Dio yang kini sedang melangkahkan kakinya di ruangan yang penuh dengan patung-patung, untuk menuju ke ruang perpustakaan. Ia kembali merasakan ada yang aneh ketika melihat posisi dan gaya patung-patung yang kembali berubah.
"Sudah tiga kali aku melewati tempat ini dan patung-patung ini kembali berubah posisi dan juga gaya. Apa mereka benar-benar hidup?"
Ditatapnya satu persatu patung sambil kakinya terus berjalan berlalu melewati ruangan tersebut. Dan tak lama setelah ia melewati ruangan patung, sampailah ia di depan pintu ruang perpustakaan yang selama ini membuatnya sangat penasaran dan sekarang malah menaruh sebuah kecurigaan yang sangat besar.
Dio tampak meneguk ludahnya sulit. "Huhh ... baiklah. Tinggal buka saja pintunya,"
Sementara itu di dalam ruang perpustakaan, trio Langit, Bintang dan Awan masih menyerang Jaya dengan begitu sengit. Aliran-aliran listrik masih terus menembak ke segala arah dari duri-duri besar yang ada di punggung Jaya.
"Heim, Gagaxidonia," ucap Awan.
Puluhan gagak kegelapan yang terbuat dari spirit hitam, muncul di sekitar tubuh Awan dan lalu terbang melesat memutari Jaya. Gagak-gagak kegelapan itu terlihat juga memiliki semburat aliran listrik negatif di seluruh permukaan tubuhnya dan ketika mereka terbang mengitari Jaya, mereka sesekali menembakkan aliran listrik negatif itu ke arah Jaya. Jaya yang mendapat serangan pun lantas menjadi terganggu dan kesal.
"Gagak kegelapan pengganggu!!"
Jaya meledakkan aliran listrik negatif berkekuatan besar di duri besar yang ada di punggungnya. Ia lalu mengarahkan serangan listriknya itu langsung ke semua gagak-gagak kegelapan milik Awan, yang mana dengan seketika menghancurkan mereka. Namun, Awan tidak tinggal diam. Ia kembali memunculkan gagak-gagak kegelapan itu lagi. Tapi kali ini, ia arahkan gagak-gagak itu ke arah duri-duri besar yang ada di punggung Jaya.
Gagak-gagak pun langsung menempel dan menyatu dengan duri-duri besar milik Jaya hingga membungkusnya rapat-rapat. Setelahnya, aliran listrik negatif pun tidak menembak lagi karena tertahan oleh kekuatan kegelapan milik Awan.
"Kurang ajar!!!" ucap Jaya.
Bintang yang melihat Awan berhasil menahan serangan yang dikeluarkan oleh Jaya, lantas ikut menahan pergerakan Jaya menggunakan kekuatan cahayanya.
"Vanaya, Xaabiel Xuzi,"
Puluhan salib-salib besar bercahaya terang jatuh mengelilingi tubuh Jaya dan lalu mengunci pergerakannya. Spirit negatif milik Jaya bahkan bisa sedikit tertahan oleh spirit positif yang dikeluarkan oleh salib-salib milik Bintang.
Tubuhnya kini benar-benar tidak bisa bergerak dan duri-duri yang ada di punggungnya juga tidak dapat digunakan lagi untuk menyerang.
Tapi, Jaya tidak menyerah. Dengan kekuatan penuhnya, ia kumpulkan semua spirit negatif yang ada di tubuhnya. Ia fokuskan spirit itu ke mulutnya dan lalu ia keluarkan spirit tersebut dengan bentuk plasma berwarna ungu yang sangat kuat.
Langit yang sudah siap akan datangnya serangan, lantas menembakkan serangan petir berbentuk plasma ke arah tembakan plasma milik Jaya. Kini, serangan Langit dan Jaya saling bertabrakan. Saling mengadu siapa yang paling kuat. Terlihat sangat jelas kalau keduanya sama-sama tidak mau kalah.
Tapi tetap saja, kekuatan spirit negatif milik Jaya seakan mendominasi di ajang adu kuat ini. Secara perlahan, tembakan plasma petir milik Langit terdorong mundur oleh kekuatan plasma negatif milik Jaya.
"Sial! Iblis jelek ini kuat sekali!" batin Langit. Ia terlihat mulai kesulitan untuk mengatasinya.
Sampai akhirnya, Surya pun datang membantunya.
"Aqqni, Vlazm Hellia."
Plasma matahari panas menembak dari arah tangan Surya dan menyatu dengan plasma petir milik Langit. Kekuatan mereka berdua berhasil mendorong kekuatan milik Jaya secara perlahan.
Namun itu tak berselang lama karena Jaya bisa kembali mendorong kekuatan mereka berdua. Langit dan Surya kembali kesulitan menghadapinya. Bintang dan Awan pun terlihat sama kesulitan menahan tubuh dan duri yang ada di punggung Jaya.
Lalu tiba-tiba saja, lima pilar tanah muncul mengelilingi tubuh besar Jaya, membentuk sebuah pola bintang. Di permukaan setiap pilar terlihat penuh dengan tulisan-tulisan mantera kuno yang amat sangat rumit.
"Maaf Paman, tapi kekacauan ini harus kita akhiri sampai di sini," ucap Bumi.
Terlihat ia berdiri berdampingan dengan Raja, Ratu dan juga Chandra. Di tangan Raja sendiri, tampak sebuah buku mantera sihir kuno yang sepertinya adalah kunci untuk menyelesaikan masalah ini.
"Sudah berakhir Jaya, atau boleh aku sebut ... Iblis!" kata Raja.
Jaya sudah tidak bisa berbuat apa-apa. Tubuhnya tertahan oleh kekuatan Bintang dan Awan. Dirinya sendiri sibuk dengan Langit dan Surya. Kini selesai sudah.
"Bumi, lanjutkan membaca mantera di buku yang Papa berikan padamu," pinta Raja.
"Sembari kamu membaca mantera tersebut, Papa akan membacakan mantera penangkalnya. Setelah itu, biarkan mereka yang ada di sana, yang menyelesaikan semuanya," lanjut Raja. Bumi pun hanya mengangguk.
Bumi pun bersiap. Ia menarik nafasnya dan lalu mulai membaca setiap kata yang tertulis di buku tersebut.
"Zegel Demvelen'Gu Zahadia."
Tulisan-tulisan dan simbol mantera yang ada di permukaan pilar batu terlihat mulai bersinar dari bawah hingga ke atasnya. Bumi lantas melanjutkan kembali manteranya.
"Qunchee Allzio Poweriz Xelluruon."
Tulisan dan simbol-simbol itu satu persatu mulai keluar, bersatu dan menjadi sebuah rantai yang mana mengikat tubuh Jaya dengan sangat kuat. Raja yang melihat mantera yang dibaca oleh Bumi telah sampai ke tahap itu, lantas mulai bergabung membaca mentera lanjutannya.
"Lhemah Powerizim Zpiritzo Negativa."
Mantera sihir yang dibaca oleh Raja terlihat langsung berdampak pada Jaya. Spirit negatif yang ada pada tubuh Jaya secara perlahan mulai melemah dan kini Langit dan Surya mulai bisa memukul mundur tembakan plasma negatif milik Jaya.
Raja pun kembali meneruskan membaca mantera.
"Gon Zpiritzo, Qunchee Zpiritzo, Zegel Zpiritzo."
Raja membaca mantera itu berulang-ulang sembari memusatkan spiritnya pada tulisan-tulisan dan simbol yang merantai tubuh Jaya.
Dan tak lama setelahnya, tekanan spirit negatif yang ada di tubuh Jaya langsung menurun secara drastis. Tembakan plasma negatif pun menghilang dan serangan milik Langit dan juga Surya seketika langsung menghantam tubuh Jaya hingga menghasilkan ledakan spirit yang hebat.
Raga, Chandra dan Agro segera menciptakan kubah medan pelindung untuk menahan ledakan tersebut agar tidak menyebar ke mana-mana. Ruangan perpustakaan pun tampak bergetar karena tekanan spirit. Getarannya bahkan sampai menghancurkan segel suara milik Ratu dan segel pelindung ruang milik Raja yang selama ini membungkus ruang perpustakaan yang sangat luas.
Setelah ledakan dan getaran spirit itu berakhir terlihat tubuh Jaya yang hanya tersisa bagian d**a sampai paha dan sedikit bagian ekornya, sudah tergeletak diam. Benda bulat yang ada di dadanya pun terlihat sudah tidak lagi bercahaya dan juga sudah tidak lagi menghasilkan spirit jahat. Mereka akhirnya berhasil mengalahkan Jaya.
Wajah lega, senang, sedih dan kelelahan terlihat jelas di wajah mereka semua.
"Kita berhasil," kata Chandra.
Sekarang, segala perasaan yang ada di dalam benak mereka menjadi sangat campur aduk. Mereka merasa lega dan senang karena berhasil mengalahkan Jaya. Tapi di sisi lain, mereka juga merasa sedih karena kehilangan salah satu anggota keluarga mereka.
Bumi pun yang sejak awal sangat berati-hati untuk melawan pamannya itu, kini terlihat menangis sesenggukan sambil terduduk lemas di tempatnya. Ia terus saja menyalahkan dirinya sendiri atas kejadian ini.
"Ini semua salahku. Seandainya waktu itu aku mendengarkannya, maka kejadian ini tidak akan terjadi."
Langit yang melihat hal itu lantas langsung menghampiri Bumi dan lalu memeluk tubuhnya dengan sangat erat. Ia berusaha untuk menenangkan kakaknya.
"Stt ... sudah, itu bukan salahmu. Ini semua adalah kecelakaan. Tidak ada siapa pun yang salah di sini."
Bumi pun kini menangis di dalam pelukan Langit. Ia menumpahkan segala perasaannya di dalam pelukan hangat tersebut.
Raja yang merasa semuanya telah selesai, terlihat meneteskan air matanya. Salah satu keluarga, sahabat serta rekannya kini telah tiada dan ia harus bisa merelakannya. Ratu yang berdiri di sebelahnya pun lantas memberikan suami tercintanya itu sebuah pelukan.
"Ini yang terbaik," katanya.
Raja pun hanya menganggukkan kepalanya sambil membalas pelukan yang istrinya itu berikan.
Di saat mereka semua sedang fokus pada perasaan mereka masing-masing. Tiba-tiba saja sebuah suara mengagetkan mereka semua.
"Sebenarnya kalian itu apa?"
Semua orang yang baru selesai bertarung pun langsung menatap ke arah sumber suara. Dan betapa terkejutnya mereka mendapati Dio telah berada di sisi lain dari tempat mereka berada saat ini, dengan ekspresi wajah bingung dan ketakutannya.
"Kalian ini makhluk apa?" tanya Dio lagi.
Raja yang melihat anak bungsunya, yang memang belum tahu-menahu mengenai keluarganya, kini mulai berjalan mendekatinya. Inilah momen yang menurutnya sangat tepat untuk menjelaskan segala sesuatunya pada Dio.
Tapi, belum sampat Raja menghampiri Dio. Tiba-tiba saja, sebuah benda mirip cambuk besar dengan ujung yang sangat runcing dan sedikit percikan listrik berwarna ungu di permukaannya, melesat cepat ke arah Dio. Benda tersebut langsung menusuk tepat di perut remaja malang itu hingga tembus.
Raja seketika membulatkan kedua matanya lebar-lebar begitu juga dengan anggota Keluarga Azkara yang lain. Apalagi Langit, ia adalah orang yang terlihat paling terkejut.
Setelah menusuk, benda tersebut langsung menarik diri dari tubuh Dio sembari menghempaskan tubuh anak itu ke arah samping. Bintang yang melihat tubuh adiknya itu terlempar, dengan segera menggunakan mantera bergerak secepat cahayanya untuk menangkap tubuh Dio. Bintang pun berhasil menangkap tubuh Dio tepat waktu.
"Dio ... Dio ... bertahanlah!!" teriak Bintang sembari menangis mendapati adiknya yang kini dalam kondisi sekarat. Terlihat sebuah lubang besar kini menganga dengan sangat mengenaskan di perut Dio.
Langit yang sedang memeluk Bumi dengan cepat beralih menghampiri Dio yang sedang berada di pelukan Bintang. Terlihat darah berceceran di tempat keduanya berada.
"D-Dio ...," kata Langit sembari memegangi wajah Dio yang mulai berubah pucat. Tangannya tampak gemetar. Ia terlihat benar-benar sangat sedih dan ketakutan melihat keadaan adiknya saat ini.
Raja, Ratu dan yang lainnya kini juga telah menghampiri Dio. Mereka semua tampak sangat terkejut sembari menangis.
"Dio ...," tangis Langit pun pecah.
Dio tidak dapat berbicara. Ia hanya bisa menunjukkan ekspresi wajah kesakitannya pada orang-orang yang berada di sekelilingnya. Untuk sedikit menunjukkan senyum pun ia tidak bisa. Ia benar-benar diambang kematiannya.
Tangis pun semakin pecah saat bekas serangan di tubuh Dio perlahan mulai membusuk, mengering dan rontok menjadi abu.
"Tidak! Tidak Dio! Tidak!!" Langit benar-benar ketakutan. Ia benar-benar takut kehilangan adiknya.
"Bagaimana ini Pa, apa tidak ada yang bisa kita lakukan?!" tanya Bintang.
"Benar Pa, aku tidak mau kehilangan dia," kata Awan. Mereka berdua terlihat sama ketakutannya seperti Langit.
Raja yang mendengar pertanyaan dan perkataan dari anak-anaknya itu terlihat hanya bisa diam sambil menangis. Sepertinya, tidak ada yang bisa dilakukan untuk menolong Dio.
Di saat mereka semua sedang sedih dan berduka, tiba-tiba saja suara tawa yang menggelegar terdengar dari arah belakang mereka.
"HAHAHAHAHA!!! RASAKAN!! ITULAH AKIBATNYA KALAU KALIAN SOK MELAWANKU!!"
Ya, itu adalah suara Jaya. Ternyata ia masih hidup.
Semua orang yang masih dalam kondisi menangis itu menatap ke arah sumber suara tersebut. Mereka kini melihat Jaya yang masih hidup dengan keadaan tubuh yang sudah kembali utuh seperti sedia kala. Spirit negatif pun terlihat kembali menyeruak dari dalam tubuhnya. Ia berhasil selamat dan melakukan regenerasi dengan sangat cepat.
"TIDAK AKAN ADA YANG BISA MENGALAHKANKU!!" ucap Jaya.
Namun tiba-tiba saja...
"Aku ...."
Langit yang masih menunduk menangis sambil tangannya memegangi wajah Dio yang sedang sekarat itu, mulai berbicara.
"Aku ...."
Perlahan, tekanan spiritnya mulai meningkat.
"Aku ...."
Spiritnya terus meningkat hingga kini, sekujur tubuhnya mulai dialiri oleh aliran listrik yang sangat kuat. Ia pun kini mulai bangkit dan berjalan perlahan ke arah Jaya dengan kepala yang masih tertunduk.
"Aku ...."
Tekanan spiritnya terasa sangat kuat, benar-benar sangat kuat!
Langit pun memberhentikan langkah kakinya. Dan secara perlahan, Langit mulai mengangkat wajahnya yang sedari tadi dalam keadaan menunduk.
Saat ini, wajahnya telah menghadap tepat ke arah Jaya. Terlihat ekspresi mengerikan terpampang jelas di wajah Langit. Matanya benar-benar dipenuhi dengan kebencian dan juga amarah.
"AKU AKAN MENGHABISIMU!!!" kata Langit.
Seketika itu juga, spirit Langit meledak, menciptakan kilatan cahaya putih kebiru-biruan yang sangat menyilaukan disertai dengan sambaran petir dan embusan angin yang sangat dahsyat.
Semua orang beserta Jaya yang ada di ruangan itu langsung merasa sangat ketakutan dengan tekanan spirit yang dihasilkan oleh Langit.
"BERSIAPLAH UNTUK ENYAH DARI DUNIA INI!!!" Langit benar-benar akan mengamuk sekarang.