3

1496 Kata
Devan . Cowok berambut coklat gelap dengan warna mata yang sama dengan warna rambutnya itu semakin kesal melihat tingkah Billy yang cengengesan sambil menggoda Raina . Walaupun bagi Raina hubungan mereka waktu SD yang gak terlalu penting itu , tapi jelas membekas di hati Devan . Karena Raina adalah cinta pertamanya . Gadis dengan keceriaannya waktu SD yang suka sekali mengajaknya main bareng ke taman atau sekedar jajan makanan kesukaan mereka . Tapi Raina yang sekarang jelas berbeda dari Raina yang dikenalnya dulu . Raina yang sekarang lebih dingin . Hanya satu kesamaan sifat Raina yang dulu dan sekarang . Sama-sama galak . Entah apa yang membuat Raina berubah karena Devan telah lama gak bertemu Raina sejak mereka lulus SD dan kehilangan kontaknya . Baru pas SMA ia bisa ketemu Raina lagi karena satu sekolah . Entah ini takdir atau bukan tapi Devan sedikit lega bisa melihat gadis itu lagi walaupun selama hampir satu tahun ini telah menjadi pacarnya Billy . Devan bukan gak ganteng . Dia malah ganteng banget ditambah sifat kalem dan agak dingin membuat beberapa cewek menganggap dia sedikit misterius . Satu kelemahan Devan yang bisa membuat dia sedikit hangat , jika disamping Raina . Makanya setelah Brenda yang jabatannya adalah sekretaris OSIS pindah sekolah , Devan menunjuk Raina untuk menggantikannya . Tapi bukan berarti Devan ingin merebut Raina dari Billy , ia hanya ingin dekat dengan gadis itu walaupun hanya sebagai sahabat . Ia tau walaupun Raina dingin sikapnya dengan Billy , tapi gadis itu begitu mencintai Billy . Keliatan dari caranya menatap Billy . Devan meneruskan makannya sambil mendengarkan Bagas yang menjabat sebagai waketos membicarakan soal event setelah acara kelulusan mereka sekaligus pelepasan jabatan OSIS . Karena di SMA Kharisma walaupun sudah kelas dua belas masih tetap menjabat sebagai OSIS sampe lulus hanya pekerjaannya aja yang sedikit dikurangi menjelang pendalaman materi dan ujian-ujian kedepannya . Raina dan yang lainnya sudah kembali ke kelas mereka . Devan menghela napasnya . " Raina ya ?" Tanya Bagas yang menyadari tingkah orang didepannya . Karena ia tau hanya cewek itu yang mampu membuat Devan gak fokus . Devan hanya mengedikan bahunya . Kemudian beranjak dan kembali kekelasnya setelah mendengar bunyi bel masuk . .... Raina hanya mencatat beberapa hal yang diperlukan saat rapat OSIS mulai dari tema mading bulan ini hingga laporan kas yang diberikan Merry si bendahara OSIS . Setelah rapat selesai , Raina memasukkan bukunya ke tas dan segera pergi . Devan hanya menatap kepergian Raina yang terlihat buru-buru itu pasti karena udah ditunggu Billy . " Eh bebep udah kelar rapatnya ." Ucap Billy yang masih nongkrong dimotornya sambil ngobrol dengan Ryan dan Glen yang berada dimotor mereka masing-masing . " Yaudah tuh nyonya besar udah dateng . Saatnya dayang-dayang pulang ya . Bhay !!" Sahut Ryan yang langsung menggas motor ninja merahnya diikuti dengan Glen yang langsung meluncur dengan motor ninja putihnya . Billy menyodorkan helm gambar hello kitty yang khusus ia belikan untuk dipake Raina saat pulang bersamanya . Raina langsung memakai helm itu dan nangkring di jok belakang ninja hitam Billy . " Udah ?" Tanyanya memastikan . " Udah ." Jawab Raina singkat . " Yaudah turun ." Ucap Billy sambil terkekeh ketika mendengar Raina mengumpat dibelakangnya sambil memukuli punggungnya . " Rese lo !" Akhirnya Billy melajukan ninja hitamnya menuju rumah mereka yang memang berada dikomplek yang sama . Hanya berjarak sekitar tiga rumah aja . " Mampir dulu ya kerumah gue . Nyokap masak banyak . Vano juga belum balik ngampus kan ?" Ucap Billy ketika mereka sampai didepan sebuah rumah mewah dengan gaya minimalis . Ada gazebo di halaman depan dengan beberapa tanaman hias yang tertanam rapi disana . " Gue nolak pun udah sampe juga dirumah lo kan ." Jawab Raina sambil turun dari motor Billy dan melepaskan helmnya . Billy terkekeh ngeliat tampang pacarnya yang selalu dingin itu . Tapi kadang Raina bisa bersikap manis padanya , jarang sih . " Yaudah yuk ." Setelah memarkir motornya di bagasi , Billy menggandeng tangan Raina dan masuk ke dalam rumahnya . Tante Fey menyambut mereka terutama Raina yang sudah dianggap sebagai anaknya sendiri itu . Ia langsung mengambil alih Raina dari Billy yang mengerucutkan bibir sambil mengikuti keruang makan . " Anaknya siapa yang digandeng siapa ." Ucap Billy dengan mengerucutkan bibirnya dan duduk di kursi samping Raina . " Mami bosen gandeng kamu mulu selama enam belas tahun . Lagian kamu petakilan banget sih gak kayak Raina pendiem ." Omel Maminya sambil menyendoki nasi ke piring Raina beserta lauk pauknya . " Yee ini kan turunan mami ." Balas Billy yang tau sifatnya adalah gen dari maminya yang juga rada petakilan . Berbanding jauh dengan Ayahnya yang pendiem . Mami mengerucutkan bibirnya karena ucapan Billy benar . " Ih ! Makanya kamu nurunin sifat papi aja ." Ia melirik suaminya yang sedari tadi hanya diam mendengar dua orang yang beradu mulut didepannya . " Gak ah kan Billy mau saling melengkapi sama Raina ." Ucap Billy sambil mengedipkan sebelah matanya kearah Raina . Raina memutar bola matanya kesal . " Mami kasian masa Raina dapetnya kamu ya ." " Ih mamiiii ." Raina hanya tersenyum melihat ketidak akuran antara tante Fey dan Billy yang membuat keluarga kecil ini terlihat sangat harmonis . Bahkan Raina rindu makan bersama dengan keluarganya seperti ini . Sayangnya itu gak akan pernah terjadi . Setelah acara makan , Billy langsung mengantar Raina pulang kerumahnya tapi kali ini jalan kaki karena memang jarak rumah Billy ke rumah Raina yang dekat . Vano sedang duduk di gazebo depan rumahnya sambil main games dari ponselnya dan baru mengalihkan pandangannya dari ponsel setelah mendengar panggilan dari adiknya itu . " Bang !!! " " Apaan sih ?" Tanya Vano yang merasa pendengarannya sedikit terganggu kalo udah denger suara cempreng milik Raina . Billy terkekeh geli ngeliat tampang kesal Vano dan tampang cemberutnya Raina . Cuma disini Raina bisa bersikap sedikit manja , setidaknya dirumahnya sendiri dan kepada abangnya itu , satu-satunya keluarga setelah kedua orangtuanya meninggal . " Mau makan gak lo ? Dikasih nih sama tante Fey ." Raina menunjukan kotak makanan yang diberikan tante Fey sebelum ia pulang tadi . Katanya buat Vano . " Wih ! Camer lo emang perhatian banget sama gue ya ." Vano langsung mengambil kotak makan itu dan masuk ke dalam rumahnya . Raina memutar bola matanya dan melirik Billy yang masih cekikikan disampingnya ." Ngapain lo ketawa ?" Tanyanya . " Biarin sih . Udah ah gue mau kedalem ." Billy melengos masuk kerumah Raina gitu aja seakan itu sudah menjadi rumahnya sendiri . Raina hanya menghela napas kemudian ikut masuk ke dalam rumahnya . " Om Erik belom balik ?" Tanyanya karena gak melihat tampang omnya yang sebenernya cuma berbeda lima tahun dengannya itu . Tapi karena dia adik kandung almarhumah Ibunya makanya tetep dipanggil Om . " Kayak gak tau dia aja . Dia kan balik malem setelah kafenya tutup ." Jawab Vano sambil membuka kotak makannya dan melahap isinya . Erik memang memiliki Cafe bertema green di pusat Jakarta , Cafe yang ia buat sendiri sebagai usaha pertamanya . Raina sering membantu di Cafe itu untuk melayani pengunjung disana kalo weekend . Sementara Billy malah asik menonton TV diantara Raina dan Vano . " Ini si kutu ngapain masih disini ?" Vano melirik Billy yang malah anteng nonton TV dirumahnya . " Rumah lo gak ada tipi ?" " Orang masih kangen sama pacar gue . Sirik aja jomblo ." Balas Billy sambil memeletkan lidahnya . Untung aja Vano lagi makan kalo enggak dia udah mendaratkan jitakannya ke kepala Billy seperti biasa . Walaupun sifat Billy yang agak tengil itu tapi Vano senang , setidaknya Raina bisa lebih ceria dibanding dua tahun yang lalu saat kecelakaan naas itu menghilangkan nyawa kedua orangtuanya dan Seira , sahabat Raina waktu SMP . Vano gak ikut di mobil saat itu karena ia juga sedang liburan dengan teman-teman SMAnya . Hingga akhirnya mereka berdua pindah kesini dan tinggal dengan Om Erik yang hanya berbeda dua tahun dengannya itu . Tapi tetep aja harus dipanggil Om . Sengaja sebenernya walaupun Erik sendiri gak suka dipanggil Om , berasa tua katanya . " Na . Gue balik dulu ya . Lupa belom ngasih makan mili sama mala . Nanti mereka kurus kayak elo lagi ." Ucap Billy seraya bangkit dari duduknya . Raina melirik sinis cowok itu karena menyamakan dirinya dengan ikan cupang peliharaan cowok itu . Padahal Raina sama sekali gak kurus . Vano terkekeh ngeliat tampang adiknya yang kesel setengah mati sementara Billy malah cengar cengir sambil pergi dari rumahnya setelah nyomot satu udang goreng dari kotak makan di tangan Vano ." Dasar calon adik ipar gak tau diri ." Umpatnya tapi Billy makin ketawa . " Anjir bisa-bisanya lo pacaran sama yang begitu Na !" " Gue masih bisa denger loh !" Teriak Billy dari luar rumah Raina . " Bodo amat !" Raina hanya mengedikkan bahunya kemudian masuk ke dalam kamarnya .
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN