“Kei,” Panggil Marsya pelan saat anak perempuannya itu menangis dan menenggelamkan wajahnya di tempat tidur. Pada akhirnya Keisya pulang ke rumahnya dan saat ini ia berada di kamarnya menangis. Marsya menyusulnya dan mengusap rambut panjang anaknya itu. Marsya lega akhirnyya anaknya itu pulang dan ia sangat merindukan anaknya itu. “Aku memalukan Bunda sama Ayahkan?” Tanya Keisya akhirnya sambil duduk menatap Marsya masih dengan menangis. “Aku bodohkan Bun?” Tanyanya lagi membuat Marsya menggelengkan kepalanya dan menggenggam kedua tangan anaknya itu. “Jangan ngomong kayak gitu Kei, Bunda sama Ayah te—“ “Enggak Bun.” Potong Keisya. “Aku buat Bunda sama Ayah malu.” Tangis Keisya kembali pecah. Arga masuk ke dalam kamar dan bergabung dengan istri dan anaknya itu. Arga ikut duduk di tepi ra