“Ly, tar jadi, kan? Kita partynya?” Celline terlihat sedang duduk di sebuah meja cafe elite yang cukup di minati kalangan selebritis.
“Lo yakin, mo party di apart lo?” Gadis cantik dengan pakaian seksi dan tengah menghisap rokok elektrik itu meyakinkan.
”Yaelah. Justru tempat teraman itu, cuma apartement gue. Kalau di hotel, trus gue lamaan, Raksa bisa curiga ama gue.”
“Soalnya gue udah trauma tentang datting di apart. Gue pikir itu yang paling aman, nyatanya itu lobang kehancuran gue.” Prilly menatap jauh, mengingat kembali kisahnya di apartement yang membuatnya harus kehilangan Demian, pria yang merupakan aset untuknya.
”Demian itu kan cuma bisnis sekitar Indo. Raksa lagi di luar negeri, Beb. Dan barusan dia call gue bukan? Dia bilang gue kudu baik-baik di sini. Seandainya, dia balikpun, minimal butuh perjalanan waktu yang cukup panjang dari tempat dia ke Indo. Gue punya waktu buat ngindar. Gua pastiin gak bakalan keciduk, deh. Lo jadi kan ikutan gue udah siapin cowoknya.” Bisikan Celline membuat Prilly tertawa genit.
”Lo udah pernah nyobain mas Rino belum?” Prilly menatap ke arah Celline dengan tatapan nakal.
”Mas Rino fotografer yang selingkuhan lo itu?”
Prilly menganggukkan kepala. “Di antara banyaknya pria, gua cukup menyukai gaya main mas Rino. Dia liar banget, dan pakai narasi. Jadi, kena banget. Lo kalau mau nyobain dia, gue ajakin nih.” Prilly tersenyum m***m.
”Hmm…why not! Gue, selagi dia bisa ngalahin gue di ranjang kenapa enggak?! Gue cuma pengen ama laki yang bisa nahlukin gue di ranjang, Ly.”
”Tenang kalau dia mah. Yang penting lo aman gak? Gue serem ama Raksa. Dia kayaknya lebih jeli di banding Demian dulu, deh.”
“Tenang aja. Pokoknya lo nyusul tar malam kita party di apart gue. Gue sediain obat dan alkohol. Kita ngedrugs n party abis-abisan deh.”
“Keren emang kalau punya calon suami tajir gini. Ngiri gue. Gue dulu saking bego nya malah kudu kehilangan permata gue. Gara-gara kurang hati-hati.” Keluh Prilly dengan hembusan penyesalan karena telah kehilangan pria yang sangat dia butuhkan.
”Tenang aja. Gue bisa mahamin Raksa. Dia itu luluh di bawah kaki gue.” Celline tertawa cekikikan bersama sahabatnya yang baru aja lolos dari maut.
”Yakin, lo? Jangan sampai kaya gue pokoknya. Ini pesen gue sih. Gue nyesel banget sekarang. Mana gue denger-denger Demian udah mau merit lagi. Kan kesel banget gue. Pengen gue bunuh tu cewek.”
”Udah, cari cowok lain aja. Masi banyak di luaran pria berkantong tebal yang bisa kita manfaatkan.” Senyuman Celline. “Yaudah deh. Gue duluan ya? Felix udah sampai di apart gue. Katanya dai janji kalau malam ini dia bakalan buat gue tahluk ama dia.”
”Oke, gue nyusul tar. Setelah gue kelar syuting. Lo jangan keburu tidur.”
“Siap. Duluan, ya?!”
Celline bangkit berdiri dan langsung menaiki mobilnya menuju apartement. Siapa sangka pria muda yang dia kencani sebelumnya kini terlihat lebih perkasa dengan stelan outfit yang dia kenakan.
”Makin ganteng aja lo, Felix…” Celline menggandeng Felix masuk ke dalam apartement yang dia tinggali setelah dia membuka kunci dengan pasword.
”Demi bisa buat lo tahluk di ranjang, gue udah banyak pelajari caranya. Gue juga udah minum suplemen. Asal lo jangan ngejerit keenakan aja tar…” Felix tertawa dan mengikuti Celline masuk ke apartement dan menutupnya. Pintu apartement terkunci otomatis. Tak menunggu waktu lama. Felix langsung menerkam tubuh sintal milik artis populer tanah air.
“Felix…aku ingin mandi dulu, Sayang…” Celline menggeliat, manakala Fellix telah memeluknya dari belakang dan menciumi tengkuknya. “Ahhh! Baby…” desahnya lalu memutar tubuhnya.
”Ahhh! Shhhh. Felix, aku harus mandi dulu, ayolahh…”
Bukannya berhenti setelah mendapat peringatan dari sang pemilik tubuh, Felix justru semakn liar.
PLAKKK!!
Tangannya menyentuh kedua p****t milik Celline yang indah. “Nungging. Segeraaa! Aku tak sanggup melihatmu begini. Aku tidak ingin mendapat hinaanmu lagi. Rasakan ini!!”
Felix langsung menarik tubvh Celline ke tepi ranjang dan langsung menghujami dengan kasar.
“Ahh! Shhhh! Felix….aku mohon…ahhh!” Celline terus mendesis antara nikmat dan risih karena dirinya belum mandi.
”Aku sudah tidak sabar lagi, Sayang. Aku ingin membuatmu berlutut di depanku dan meminta untuk aku jamah lagi!” Suara Felix bergetar, dia terus beraksi.
”Ahhh!! Sshhh! Feliixx…ahhh! Nikmat baby…”
Celline lupa akan niat awalnya untuk mandi, dan mereka sudah saling serang. Hingga mereka tanpa sadar jika ada orang yang masuk ke dalam apartement miliknya.
Mereka terus berpacu, bahkan Celline sudah berada di atas tvbuh Felix dengan goyangan erotis. “Ahh! Faster babe…shhhh! Ohhhh!” Desahnya semakin liar.
Dia tak lagi memperdulikan suara langkah kecil, karena dia pikir itu adalah Prilly yang memang dia undang untuk menikmati kegilaan malam ini.
BRUGH!!
Sebuah benda jatuh, membuat Celline yang sudah klimaks akhirnya menoleh lemah, dengan senyum puas, seolah pamer dia telah mencapai puncak kenikmatan. Tapi, senyum kepuasan dan penuh kesombongan itu berubah seketika. Manakala netra matanya melihat orang yang ada di balik pintu bukanlah Prilly, tetapi Raksa. Sang pria yang menjadi tunangannya.
Sontak Celline panik seketika, sedangkan Felix terlihat santai, bahkan dia kini mematikan rekaman pada layar ponselnya, dia sengaja merekam adegan mereka, untuk memeras wanita yang baru saja dia berikan kenikmatan. Dia ingin wanita itu memenuhi janjinya untuk membuatya menjadi aktor terkenal.
Celline semakin ketakutan setengah mati, melihat Raksa tak mampu berkata-kata, bahkan dia memanggilnya dengan terbata-bata. Jelas sudah ini adalah akhir riwayatnya, dia tak percaya diri memberikan penjelasan pada sang kekasih, tapi dia berjanji, tidak akan melepaskan tunangannya. Itu sebabnya dia bangkit dan mengejar pria itu.