MERASA BURUK

1163 Kata
"Aku harap kau menikmatinya," kata Diandra dengan kepala tertunduk. Dia tidak berani menatap Azka. Dia telah mengerjainya tanpa ampun, tidak ada yang pernah memperlakukannya seperti itu. "Apakah aku terlihat menikmati?" tanya Azka kembali, terlihat kecewa. "Tidak buruk. Kau yang terbaik!" Diandra mengangkat jempolnya untuk Azka. "Persetan denganmu!" "Terima kasih telah memindahkan aku dari atap. Apa kau mengatakan sesuatu? Aku mendengar suaramu, tapi tidak begitu jelas." Diandra bertanya dengan ragu. "Aku tidak mengatakan apa-apa. Aku akan mengantarmu ke rumah sakit Pertama dan akan menjemputmu setelah aku selesai dengan pekerjaanku," kata Azka. "Tidak. Turunkan saja aku di sini, aku akan naik taksi saja. Kau pasti sibuk, selesaikan itu dan jemput aku di rumah sakit Pertama." Azka lalu menurunkan Diandra, karena bagaimana pun tujuan mereka tidak searah. Setibanya di rumah sakit Pertama, Diandra menelpon Renata memberitahu dirinya ada di ruang tunggu. Tak lama, Renata pun menghampirinya. "Kau sudah datang," kata Renata setelah melihat Diandra duduk di ruang tunggu rumah sakit. "Aku harus bertemu Dhena, dia pasti kecewa padaku." Diandra berdiri menyambut kakaknya. Renata kemudian mengantar Diandra ke ruang istirahat dokter. Dhena tengah duduk dengan beberapa cemilan di depannya. Renata masuk sendiri dan meminta Diandra menunggu di luar. "Apakah kau sedang santai?" tanya Renata. "Aku baru saja selesai operasi dengan dokter Januartha. Itu sangat melelahkan." Dhena menjawab sambil memakan cemilan di depannya. "Seseorang ingin menemuimu. Dia menunggu di luar." Renata berkata sambil tersenyum pada Dhena. "Kenapa tidak membawanya masuk?" Dhena berjalan ke pintu. Diandra berdiri sambil bersandar ke dinding. Setelah melihat Diandra, Dhena terkejut dan berjalan seperti robot menghampiri Diandra. "Kau ....!" Dhena tidak bisa berkata-kata, matanya memerah. "Hai, lady. Aku merindukanmu!" Diandra tersenyum sambil membentangkan kedua tangannya. "Aku akan membunuhmu!" Dhena meraih dan memeluknya. "Aku akan meninggalkan kalian berdua," kata Renata kemudian berlalu pergi. "Ayo, kita bicara di atap. Seniorku akan datang ke sini." Dhena menarik Diandra ke atap dan duduk di sebuah bangku. "Lady, kau berhasil menjadi dokter." Diandra memuji dan tersenyum pada Dhena. "Apa yang terjadi padamu? Tujuh tahun ini kamu ....?" Dhena bertanya. "Ceritanya panjang." Kemudian Diandra menceritakan tentang keadaan dirinya selama tujuh tahun terakhir. "Aku berada di Amerika, dan baru saja kembali." 'Benarkah? Kau memang yang terbaik. Oh ya, kau bertemu dengannya?" tanya Dhena. "Siapa?" Diandra balik bertanya dengan bingung. "Aliando Delfin." Jawab Dhena. "Apa yang terjadi?" Diandra penasaran. "Dia mengetahui semuanya dan mencarimu. Tujuh tahun ini dia menghabiskan hidupnya di kota B dan sesekali kembali ke kota A. Ayahnya, Tuan dan Nyonya Delfin bingung dengan tingkahnya, tapi mereka tidak bisa berbuat apa-apa." Dhena menceritakan semua dan memperhatikan ekspresi Diandra. "Kenapa dia melakukan itu?" Diandra penuh rasa ingin tahu. Di sekolah menengah mereka tidak pernah saling menyapa, jadi mengapa Aliando Delfin mencarinya bahkan sampai tinggal di Kota B? Dia bisa mendapatkan pendidikan yang lebih baik di luar negeri dan tidak berakhir di kota B, meskipun kota B lebih baik daripada kota A. "Apa kau masih tidak tahu?" Dhena memperhatikan Diandra dan melanjutkan, "Selama di sekolah menengah dia telah melindungi dan menyukaimu diam-diam. Dan sekarang dia bahkan pasif terhadap anak Walikota Milton yang tergila-gila padanya." Dhena menjelaskan membuat Diandra terdiam dengan pikiran kacau. Di sekolah menengah Aliando Delfin adalah seseorang yang begitu dikagumi dan digilai banyak wanita. Jika Aliando mendekati Diandra secara terang-terangan, siswa wanita akan menjadi gila dan meneror dirinya sampai akhir. Mereka tidak pernah menerima orang lain dekat dengan pangeran yang mereka kagumi dan kecemburuan antar siswa akan terjadi. "Aku tidak mengerti." Diandra menunduk dan tidak tahu harus melakukan apa. Diandra merasa buruk mendengarnya. Dia begitu egois dengan dirinya sendiri dan pergi tanpa memberitahu siapa pun. Dia bahkan mendapat pendidikan yang lebih baik di luar negeri. "Aku tidak ingin membuatmu bingung, tapi kamu harus tahu ini. Aliando mungkin akan sakit hati dan kecewa jika kau memiliki seseorang di sampingmu." ***** Di depan rumah sakit Pertama. Mulai hari ini Aliando Delfin akan mendapat perawatan di rumah sakit Pertama. Secara keseluruhan kondisinya telah membaik, dia hanya harus merawat kakinya. Setelah mengobrol banyak, Dhena mengajak Diandra turun dan membawanya ke ruang istirahat dokter. ""Dokter Dhena, seorang pasien baru saja tiba dari kota B. Kondisinya baik, dia hanya mengalami patah tulang di kaki kiri. Keluarganya telah memesan kamar pertama di ruang VVIP. Apa kamu bisa menanganinya? Aku dengar kalian dari sekolah yang sama," kata dokter senior Dhena. "Baik, dok." Dhena menerima tugasnya dan berkata pada Diandra. "Kamu bisa menungguku di sini, aku akan segera kembali." Dhena kejadian berlari ke lobi untuk menyambut pasien itu. Dhena melihat dari belakang dan menghampiri. "Selamat siang, saya dokter Dhena yang akan merawat Anda selama berada di sini," Dhena memberi salam. Aliando bersama Tuan dan Nyonya Delfin beserta Agnesia Milton berbalik ke arah Dhena. Dhena terkejut melihat Aliando duduk di kursi roda. Dia pura-pura tidak mengenal mereka. Dhena mengantar Aliando sampai ke ruang rawat Pertama VVIP. Dia cukup terkejut melihat kondisi Aliando. Evan telah memberikan informasi kepadanya. Tapi kenapa melewatkan memberi informasi tentang ini? Setibanya di ruang Pertama VVIP, Dhena memberi isyarat kepada Aliando agar memberi mereka waktu untuk mengobrol. Dhena kemudian keluar setelah memberi perawatan. 'Ayah, Ibu, kembalilah. Kalian juga mesti istirahat. Dan datanglah kembali membawa makanan nanti malam. Agnes, terima kasih sudah menjaga, kembali dan beristirahatlah. Aku baik-baik saja di sini." Aliando mencoba membuat mereka pergi. "Baiklah, Ibu akan kembali dan membawa makan malam untukmu. Agnes, ayo temani Bibi nelamjag." Nyonya Delfin merespon dengan cepat dan keluar bersama Tuan Delfin. Agnes Milton juga ikut bangkit dan pergi meninggalkan Aliando sendiri di kamarnya. "Bi, kenapa Aliando jadi baik dan menyuruh kita kembali membawa makanan?" Agnes curiga, tapi dia tidak bisa tinggal setelah Nyonya Delfin mengajaknya belanja dan memasak untuk Aliando. "Dia pasti sangat lapar dan bosan makanan di rumah sakit kota B, makanya dia meminta untuk dibuatkan dari rumah." Nyonya Delfin bahagia mendengar Aliando memintanya membuat makanan. Dhena menunggu di luar dan masuk setelah mereka pergi. "Apa yang terjadi?" Aliando bertanya melihat Dhena masuk tiba-tiba. "Ada apa denganmu? Evan bahkan tidak mengabariku tentang ini," kata Dhena. "Itu terjadi begitu tiba-tiba. Dan yang mengejutkan dia datang menolongku." Aliando menundukkan wajahnya. "Benarkah? Jadi kalian sudah bertemu?" Dhena bertanya dan Aliando mengangguk. "Andra bersamaku, dia datang menemuiku. Haruskah aku membawanya ke mari untuk menemuimu?" Aliando mendongak, ekspresinya berubah mendengar Diandra ada di rumah sakit pertama. "Dia tidak membalas pesanku. Aku tidak yakin dia mau menemuiku," kata Aliando. "Tunggu sebentar. Aku akan segera kembali." Dhena keluar meninggalkan Aliando. "Dokter Dhena!' Evan baru saja keluar dari lift dan berteriak pada Dhena lalu menghampirinya. Dhena berbalik. Ketika dia melihat Evan, ekspresinya berubah menjadi gelap. Dia kemudian menyeret Evan ke tangga dan mendang kaki Evan dengan keras. "Aahh .... Apa yang kamu lakukan?" Evan bertanya sambil memegang kakinya. Wajahnya memerah menahan sakit. "Dasar b******k! Kenapa kamu tidak memberitahu hal sepenting ini kepadaku?!" Dhena marah sembari berkacak pinggang. "Aku terburu-buru dan melupakanmu. Ini sangat sakit, jangan melakukannya lagi!" Evan mendongak menatap Dhena dengan marah. Itu benar-benar sakit, Dhena menendang tulang keringnya. "Pergilah, dia sedang sendirian di kamar. Aku akan segera kembali." Dhena menyuruh Evan menemui Aliando, lalu ia menuju ruang istirahat di mana dia meninggalkan Diandra. **Bersambung**

Cerita bagus bermula dari sini

Unduh dengan memindai kode QR untuk membaca banyak cerita gratis dan buku yang diperbarui setiap hari

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN