Jejeran meja kecil yang tersusun rapi di tepi karpet merah membentang begitu panjang tepat di depan singgasanah megah milik Yang Mulia Kaisar. Sedangkan di kedua sisinya terlihat penasihat dan pengikut setia Yang Mulia sekaligus pendamping Shen Jia ketika masih berada di istana.
Para murid Akademi Dangyi duduk tepat di depan murid Akademi Tangyi dan beberapa di antara menteri dari istana. Mereka semua tampak meramaikan suasana yang mulai diisi dengan tariah mewah dan adu pedang menjunjung tinggi persatuan.
Namun, rona seri-seri tersebut tidak terlihat dari seorang gadis berpakaian seragam ala Akademi Tangyi yang duduk di dekat Xiao Pingjing, tepat di barisan kedua setelah barisan pertama diisi para menteri kepercayaan Yang Mulia Kaisar.
Shen Jia sudah menyadari beberapa tatapan tampak meliriknya tidak suka sekaligus sinis. Tentu saja tidak ada orang di istana yang menyukai Akademi Tangyi, ditambah dirinya malah masuk ke akademi tersebut daripada milik ayahnya sendiri.
Gendang mulai ditabuh dan kecapi dipetik mengiri para penari pasangan berpakaian seksi sekaligus elegan. Namun, tema hari ini menggunakan nama bunga teratai membuat semua nuansa dalam pesta menjadi hijau dengan cadar menutupi separuh wajah para gadis yang hadir.
Sedangkan para pemuda tidak menggunakan penutup apa pun, selain pakaian yang dikenakannya memakai liontin giok khas keluarganya masing-masing.
Setelah para penari menyelesaikan tarian pembukanya, Yang Mulai Kaisar pun bangkit dari singgasana membuat semua yang ada di ruangan itu ikut bangkit sembari memegang cangkir berisikan teh panas.
“Terima kasih untuk semuanya yang telah hadir,” ucap Yang Mulia Kaisar tertawa pelan menatap satu per satu dari mereka, termasuk putri semata wayangnya tepat di ujung barisan dekat pintu aula kerajaan.
“Terima kasih kembali, Yang Mulia. Sudah mengundang kita semua secara terhormat seperti ini untuk merayakan kelulusan Akademi Dangyi yang melahirkan banyak satria ahli bela diri,” balas Menteri Militer Kerajaan.
“Mari, kita selesaikan acara ini dengan santai tanpa memedulikan status dan derajat terlebih dahulu,” ajak Yang Mulia Kaisar mengangkat gelasnya untuk bersulang bersama.
Sontak semuanya langsung mengangkat gelas tinggi-tinggi, lalu bersorak gembira sebelum akhirnya mereka minum satu sama lain sembari tertawa pelan menikmati acara pesta yang diadakan khusus oleh Yang Mulia Kaisar menyambut Akademi Tangyi sekaligus memeriahkan acara kelulusan Akademi Dangyi.
Memang semua yang lulus dari akademi tersebut akan menjabat di kemiliteran kerajaan, lain halnya Akademi Tangyi lebih menjadi pendekar bela diri yang berkelana sampai ke ujung dunia untuk mempelajari banyak ilmu bela diri.
Suasana pesta cukup meriah dengan obrolan-obrolan terdengar ringan dari Yang Mulia maupun para menteri hingga pengikut setianya yang duduk di dekat singgahsana sembari menikmati hidangan dengan wajah terlihat serius.
“Jia’er, apa kau tidak menyapa ayahmu? Sepertinya dari tadi Yang Mulia melirik ke arah sini,” bisik Xiao Pingjing begitu pelan hingga mendekatkan mulutnya tepat di depan telinga Shen Jia.
“Aku tidak bisa menyapanya tadi. Banyak sekali menteri yang datang,” balas Shen Jia tidak kalah berbisik membuat Xuan Yi yang berada di belakang keduanya merasa penasaran.
“Kalian berdua membisikkan apa? Kenapa aku tidak diberitahu juga?” sungut Xuan Yi membuat keduanya langsung berbalik ke belakang.
Xiao Pingjing menunjuk Shen Jia menggunakan dagunya, lalu membalas, “Kau tahu? Aku duduk di sini layaknya tahanan yang selalu diawasi oleh Yang Mulia. Benar-benar menakutkan. Padahal aku hanya duduk di samping putri kesayangannya saja.”
Sontak hal tersebut membuat Xuan Yi tertawa pelan, dan berkata, “Kalau aku menjadi kau, mungkin sudah sejak tadi aku menghilang.”
“Kau mengejekku, Xuan Yi!” sentak Shen Jia tidak terima.
“Tidak ada. Aku hanya mengatakan yang sejujurnya saja,” balas Xuan Yi mengerjap polos membuat Shen Jia mendengkus kesal, lalu kembali menghadap ke depan.
Memang tidak ada gunanya ketika manusia sehat seperti Shen Jia meladeni Xuan Yi yang dikenal akan sikap menyebalkannya. Bahkan bisa membuat siapa pun merasa kesal dalam hitungan detik saja.
“Kau benar-benar, Xuan Yi,” gumam Xiao Pingjing menggeleng tidak percaya, lalu kembali menghadap ke depan.
Sementara itu, tepat di karpet merah terlihat dua pendekar saling mengadu pedang satu sama lain membuat nilai estetika dalam pertarungan yang elegan. Keduanya terlihat dari kalangan bangsawan ketika mengibaskan sejumput rambut yang dibiarkan begitu saja tepat di depan wajahnya.
Sedangkan lelaki lainnya terlihat mencepol rambut penuh dengan tusuk giok hijau menghiasi kepalanya. Hal tersebut membuat beberapa menteri tampak mengagumi pertarungan hari ini yang terlihat begitu berbakat.
“Bagus sekali,” puji salah satu menteri di sana tertawa senang sembari bertepuk tangan.
“Benar-benar sangat bagus!” sahut Menteri Militer melihat betapa tangkas dan kuatnya mereka berdua saat mengadu pedang hingga menimbulkan suara deritan yang begitu menyiksa telinga.
Membuat Shen Jia menghela napas pelan. Jujur saja, ia lebih menyukai pelatihan kultivasi daripada beradu pedang seperti ini. Selain memboroskan tenaga, Shen Jia juga tidak ingin terluka secara luar. Karena hal tersebut jelas merepotkan. Apalagi kalau sampai ayahnya ikut turun tangan.
Xuan Yi yang memilih duduk di belakang bersama Chang Qi pun sesekali menatap ke arah sekumpulan menteri di hadapannya. Ia terlihat mencari seseorang yang bekerja di istana membuat pemuda tersebut mengusik keterdiaman Chang Qi.
“Kau sedang mencari apa, Tuan Muda?” tanya Chang Qi mengernyit bingung.
“Ayahku. Dia belum terlihat dari tadi,” jawab Xuan Yi terus menatapnya sampai gerakan terlihat mengganggu penglihatan pemuda tersebut.
“Bukankah Jenderal Gu menjadi anggota militer kerajaan? Sudah pasti berada di dekat Yang Mulia Kaisar,” ucap Chang Qi mengarah pada pandangan Xuan Yi.
“Kau benar!” balas Xuan Yi cepat. “Ayahku berada di sana, tepat di belakang menteri militer yang berbincang dengan beberapa menteri lainnya.”
Sejenak Chang Qi pun mengikuti arah pandangan pemuda tersebut dan mengangguk pelan. Ternyata di sana memang terlihat siluet tubuh kekar nan tegap yang begitu gagah di samping pengikut setia Yang Mulia Kaisar.
“Sepertinya Jenderal Gu juga tidak akan melirik ke arah sini, Tuan Muda,” celetuk Chang Qi saat menyadari bahwa Xuan Yi tidak ada hentinya melirik ke sana. Padahal dari tindakannya itu jelas membuat beberapa orang yang ada di sekelilingnya curiga.
“Tidak apa-apa. Aku hanya jika Ayahku tahu malah membalas semua kebangkanganku padamu, Chang Qi. Aku tidak ingin kejadian dulu akan terulang lagi,” balas Xuan Yi sedikit tidak terima. Karena pada kenyataannya, dirinya memang akan tetap ketahuan, tetapi entah kapan pun itu. Tidak ada yang tahu dan tidak ada yang bisa meramalkannya.