10. Kenangan Buruk

1061 Kata
Tidak ada yang tahu kalau sebenarnya Xuan Yi dibawa oleh Primus ke suatu lembah di dekat Gunung Bai membuat lelaki serba putih itu menatap dengan sendu ke arah dataran rendah di bawahnya. Kemudian, ia mengalihkan perhatian pada Xuan Yi yang masih terlelap di atas baju. Pemuda tampan itu terlihat begitu tenang sehingga membuat Primus merasa tidak percaya. Bahkan sejak Xuan Yi sama sekali belum terbangun atau bergerak sedikit pun. Akhirnya, Primus memutuskan untuk bermeditasi menghubungi seseorang yang jauh dari alam lain. Tentu saja dalam proses tersebut ia memerlukan banyak ketenangan sehingga ini memang waktu yang cukup pas untuk bermeditasi. Berhubungan Xuan Yi masih tidak sadarkan. Selang beberapa saat keduanya saling sibuk dengan urusan lain, Xuan Yi bergerak pelan membuat Primus yang menyadari pergerakan tersebut langsung menyudahi kegiatannya. Kemudian, ia bangkit sembari meletakkan tangan kirinya di belakang tubuh dan menghampiri Xuan Yi. “Kau sudah sadar?” tanya Primus tersenyum tipis. Sejenak Xuan Yi belum menyadari bahwa kini di dekatnya terdapat seorang lelaki yang entah kenapa mampir di dalam mimpinya. Hingga pemuda itu terkejut saat melihat jubah putih yang benar-benar nyata tertiup angin. “Shifu? Bagaimana kau ada di sini?” tanya Xuan Yi terkejut, lalu menatap ke arah sekitarnya yang tampak angin. “Di mana aku?” Primus mengerti kalau Xuan Yi tidak akan pernah diperbolehkan berada di sini membuat pemuda itu lantas tidak mengenalnya. Padahal ini tempat yang sangat disakralkan oleh Klan Manusia. Sehingga Klan Iblis yang menembus kemari pun belum tentu bisa, kecuali dirinya. “Bagaimana perasaanmu melihat tempat ini?” tanya Primus mendudukkan diri di samping Xuan Yi. Dalam diam pemuda tampan itu menatap sekitar dengan alis yang bertaut bingung. Tentu saja ia terlihat tidak percaya bisa datang ke tempat ini. Padahal sang kakek dan ayahnya sudah melarang untuk tidak akan pernah datang ke sini. Apa pun alasannya. “Aku tidak tahu. Hanya saja Kakek dan Ayahku pernah melarang untuk datang ke sini,” jawab Xuan Yi jujur, lalu menekuk kakinya dengan tangan kanan bertumpu di atas lutut. Ia terlihat begitu menikmati pemandangan yang berada di bawahnya, yaitu sebuah desa kota sebelah Barat. “Ini adalah tempat di mana Gu Sheng Jun dan Dewi Renisia bertemu,” ucap Primus menatap lurus ke depan tanpa memedulikan raut keterkejutan dari Xuan Yi. “Shifu, kau mengenal orang tuaku!?” tanya Xuan Yi tidak percaya. Primus tersenyum tipis. “Aku mengenal mereka berdua.” “Bagaimana bisa?” Xuan Yi benar-benar tidak mengerti. “Kenapa hanya kau yang mengenal orang tuaku.” “Karena orang tuamu adalah musuh dari dua klan, Xuan Yi,” jawab Primus membuat jantung Xuan Yi berdetak lebih kuat. “Apa ... apa aku anak haram?” tanya pemuda itu mendadak sedih. “Tentu saja bukan. Kau anak kebanggaan Kakek dan Nenekmu,” jawab Primus dengan cepat mengusap wajah Xuan Yi membuat pemuda itu tidak bisa mengingat pembicaraan yang tadi. Sejenak Xuan Yi merasa pusing seakan kepalanya baru saja terbentur oleh sesuatu. Kemudian, ia terkejut melihat Primus yang duduk di sampingnya membuat pemuda itu spontan bangkit dan menatap Primus dengan horror. “Kenapa aku ada di sini?” tanya Xuan Yi menatap sekitar dengan begitu asing. Primus yang melihat hal tersebut pun bangkit, lalu menjawab, “Karena kau adalah muridku.” Xuan Yi mengernyit tidak percaya. “Sejak kapan aku menyetujuinya? Tidak! Aku tidak mengecewakan Ayahku.” “Tidak apa-apa, Xuan Yi. Walau bagaimanapun juga kau seorang pemuda dan sudah sewajarnya kau berlatih bela diri untuk melindungi istrimu di masa depan,” ujar Primus menggeleng pelan melihat sifat keras kepala dari pemuda yang ada di hadapannya. Sejujurnya berlatih bela diri bukanlah perkara yang mudah. Apalagi ia sudah pernah melihat bagaimana Chang Qi dilatih dan dididik menjadi pendekar kuat. Hanya saja Xuan Yi untuk melakukan hal tersebut tidaklah mudah. Ia memang tidak pernah diperbolehkan mempelajari apa pun. Keterdiaman Xuan Yi membuat Primus semakin yakin bahwa Gu Sheng Jun sengaja memendam kesaktian luar biasa dari anaknya agar tidak menimbulkan kecurigaan. Memang benar apa yang telah dilarang Gu Sheng Jun. Hanya saja Primus kurang setuju kalau lelaki itu terus-menerus melarang anaknya agar tidak mempelajari apa pun. “Apa kau tidak ingin belajar di Akademi Tangyi?” tanya Primus seakan membaca pikiran Xuan Yi. Sejenak pemuda itu menatap Primus dengan ekspresi serius. Sejak kedatangan lelaki paruh baya itu, semua yang dikatakannya memang benar. Membuat hati Xuan Yi diam-diam merasa tergugah. Apalagi ia bisa belajar di akademi bergengsi tersebut. “Apa yang harus aku lakukan?” tanya Xuan Yi menarik dalam napas untuk memantapkan hati belajar dari Primus. Sedangkan lelaki paruh baya itu tersenyum tipis, lalu menjawab, “Besok pagi kita bertemu di sini tanpa penjagamu.” “Kenapa?” tanya Xuan Yi bingung. “Kalau kau ingin belajar bela diri dengan sungguh-sungguh, maka kerjakan apa yang aku perintahkan,” jawab Primus tegas membuat pemuda itu langsung mengangguk. “Baiklah. Aku akan meminta Chang Qi untuk tidak mengikutiku besok,” putus Xuan Yi diam-diam tersenyum senang. Setelah itu, keduanya pun memisahkan diri dengan Xuan Yi kembali ke kediamannya, sedangkan Primus terlihat melangkah menuju pasar untuk mencari penginapan. Karena tidak mungkin ia kembali ke tempat asalnya. Dalam langkah perjalanan pulang menuju kediaman Keluarga Gu, diam-diam Xuan Yi melihat banyak sekali pengawal yang berkumpul di sepanjang jalan. Anehnya, semua pengawal itu berasal dari kediamannya. “Sedang apa kalian semua di sini?” tanya Xuan Yi mengernyit bingung pada salah satu pengawal yang berdiri menatap lurus ke depan. Sontak mereka yang mendengar suara tidak asing itu pun menoleh dan mendapati seorang pemuda tampan masih lengkap dengan semua pakaiannya. Mereka langsung tersenyum senang. “Tuan Muda Gu sudah kembali!!!” teriak mereka kegirangan membuat Xuan Yi mengernyit tidak percaya, lalu menatap ke arah samping kanannya yang terlihat banyak sekali pengawal. Jelas pemuda itu langsung terkejut menatap mereka semua. Apalagi terlihat Chang Qi dan Kakek Gu dengan guratan panik di wajahnya. “Syukurlah, Xuan Yi. Kau kembali,” ucap Kakek Gu menghela napas lega membuat Xuan Yi semakin tidak mengerti. “Ada apa ini? Kenapa semua orang menjadi sedikit aneh?” tanya Xuan Yi berbisik pada Chang Qi yang berada tepat di sampingnya. Tentu saja ia tidak akan bersuara lebih kuat. Mengingat masih ada Kakek Gu di dekat dirinya. Sedangkan Chang Qi tidak mengatakan apa pun, selain tersenyum lega. Diikuti banyak pengawal yang berada di sekeliling mereka dan tersenyum penuh kegirangan. Akan tetapi, Xuan Yi hanya bisa menghela napas lelah melihat semua orang yang begitu aneh.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN