16. Memiliki Rahasia

871 Kata
Mendengar bentakan tersebut membuat Xuan Yi menghela napas pendek, lalu memberikan hormat singkat sebelum dirinya benar-benar melenggang pergi dari sana. Tidak ada yang mengira kalau dirinya adalah cucu dari Master Kultivasi Gu sehingga ia tidak perlu repot-repot sampai harus menyembunyikan identitasnya. Karena sejak pertama kali mendaftar dirinya menggunakan nama asli, tetapi berkat kesepiannya dan larangan sang ayah membuat Xuan Yi jarang dikenal banyak orang. Hanya segelintir yang mengenalnya, itu pun karena tinggal di pengawas kota, Keluarga Gu. Sedangkan Chang Qi yang melihat majikannya benar-benar melenggang pergi mengikutinya membuat Guru Xuaming merasa kesal sekali. Akan tetapi, ia memilih untuk menahannya. Karena itu merupakan sikap yang tidak sopan. Xiao Pingjing pun ikut merasa tidak masuk akal mendengar sejarah yang baru saja dipaparkan tadi. Tentu saja hal tersebut membuat beberapa dari murid di sana menoleh. Mereka seakan terkejut melihat tuan muda dari Keluarga Xiao itu meninggalkan kelas sebelum usai. “Kau mau ke mana?” tanya Shen Jia’er tanpa suara membuat Xiao Pingjing bisa menebaknya melalui gerakan bibir gadis itu. “Xuan Yi,” jawab pemuda itu singkat, lalu benar-benar melenggang pergi dari sana. Tidak ada yang bisa menahan mereka, sebab Guru Xuaming saja sudah malas menasehatinya. Meskipun begitu, beberapa murid tampak sangat mengagumi tiga pemuda yang memutuskan keluar kelas saat merasa pengertiannya tidak sesuai dengan kenyataan. Di sisi lain, Xuan Yi, Chang Qi, dan Xiao Pingjing terlihat melangkah menuju kamar yang menjadi tempat ketiganya berdiam diri. Tentu saja membutuhkan perjalan cukup panjang dengan kolam ikan yang terbentang luas di sekeliling jembatan kecil berbentuk kayu. Xuan Yi merenggangkan tubuhnya sembari menatap dua pemuda yang baru saja datang. Mereka terlihat sangat bahagia bisa keluar dari kelas. Padahal kalau untuk sebagian orang perlaku tersebut memang merugikan diri sendiri. “Kenapa kalian berdua mengikutiku?” tanya Xuan Yi terdengar tidak suka. “Aku harus mengawasimu, Tuan Muda,” jawab Chang Qi masuk akal. Sedangkan Xiao Pingjing mengedipkan sebelah matanya, lalu menimpali, “Apa yang kau katakan tadi memang benar, Xuan Yi. Aku satu pemikiran denganmu.” Namun, sayang sekali pemuda yang tengah dipuji itu malah terlihat tidak suka. Ia bahkan menyalahkan Xiao Pingjing yang rela keluar dari kelas. Padahal pemuda itu sangat antusias saat mendengar Akademi Tangyi dibuka. “Sekarang kau mau ke mana?” tanya Xiao Pingjing penasaran. “Aku ingin kembali ke kamar melakukan kegiatan yang tertunda, yaitu tidur,” jawab Xuan Yi ringan. Kemudian, tiga pemuda tampan itu pun melenggang pergi menyusuri jembatan kecil yang biasa digunakan untuk melintas bagi para murid menuju kesal dan kediamannya. Sedangkan di kolam ikan tersebut, terlihat banyak sekali jenis dengan berbagai macam bentuk. Sementara itu, kelas pun usai membuat Shen Jia bangkit dari tempat duduknya, lalu hendak mengambil tas belajarnya yang berisikan beberapa buku pengetahuan dan catatan. Ia terlihat tidak mempunyai teman satu pun. Padahal gadis lainnya sudah memilikinya. Mungkin karena gadis itu tinggal bersama dua pemuda sehingga jarang ada yang mau berteman. Namun, hal itu bukanlah apa-apa. Ia malah merasa cukup senang kalau mereka tidak ada yang mau berteman, sebab menjalin pertemanan dengan memandang statusnya sebagai putri sangatlah munafik. Pasti mereka akan memanfaatkan semua koneksi di istana atas nama dirinya. “Murid Shen,” sapa seorang gadis berwajah manis. Sejenak Shen Jia’er menatap gadis tersebut dengan ekspresi bingung, lalu bertanya, “Apa ada urusan?” “Aku lihat kau selalu sendiri,” jawab gadis itu tersenyum lebar mengulurkan tangannya. “Bagaimana kalau berteman denganku? Namaku Han Yu Ri.” Dengan kaku Shen Jia’er membalas senyuman Yuri dan berkata, “Shen Jia’er. Kau bisa memanggilku Jia’er.” “Baiklah,” balas Yuri tersenyum lebar. Kemudian, keduanya melenggang keluar bersamaan membuat beberapa pemuda di sana tampak melirik mereka dengan tatapan kagum. Siapa yang tidak tahu bahwa Han Yuri dan Shen Jia’er memiliki wajah luar biasa cantiknya. Sehingga tidak ada yang bisa berpaling dari mereka berdua. Hal tersebut tampak mengusik perasaan Shen Jia yang tidak pernah ditatap begitu laparnya oleh para pemuda. Karena selama dirinya hanya tinggal di istana Timur tanpa ada siapa pun yang datang, kecuali Yang Mulia dan ibunya. “Kenapa semua orang menatap kita seperti itu?” bisik Shen Jia’er penasaran. “Aku tidak tahu,” balas Han Yuri menggeleng polos. Baru saja Shen Jia hendak berbicara lagi, tiba-tiba salah seorang pemuda tampak mendekatinya dengan membawa sebuah buku. “Murid Shen, ada yang mencarimu,” ucap murid tersebut. “Siapa?” tanya Shen Jia penasaran. “Aku tidak tahu,” jawab murid tersebut menggeleng pelan. Alhasil Shen Jia pun mengangguk singkat, lalu melepaskan tangan Han Yuri yang memeluk lengannya begitu erat. Ia menatap wajah manis itu dengan sedikit kekaguman. Siapa pun pasti tidak ada yang bisa melewati wajah semanis ini. “Yuri, sepertinya aku harus pergi. Aku akan menyusulmu nanti,” ucap Shen Jia tersenyum manis. “Benarkah?” tanya Han Yuri melebarkan matanya penuh kesenangan. “Tentu saja!” jawab Shen Jia tertawa pelan. “Baiklah. Hati-hati, ya. Aku akan menunggumu di Menara Tangyi,” ucap Han Yuri memperlihatkan jemari kelingkingnya yang begitu kecil. Tanpa ragu Shen Jia langsung mengaitkannya, lalu tertawa pelan sebelum ia benar-benar melenggang pergi dari sana untuk menemui seseorang yang datang ke sini. Entah siapa pun itu, ia yakin bahwa tidak ada kaitannya dengan sang ayah, Yang Mulia.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN