Tidak Pernah Menyesal

1282 Kata
Nadia mempersilahkan tamunya masuk ke dalam unit apartemennya saat ini. Tamu yang sebenarnya adalah keluarganya sendiri. Yaitu, Rita —adik kandung dari mendiang ibunya. Nadia menghela napas panjang saat tatapan wanita yang cukup berumur itu menatapnya dengan tatapan penuh akan tuntutan. Nadia juga sadar jika memang tidak salah jika tantenya itu menuntut penjelasan darinya. "Tante duduk dulu saja, Nadia buatkan teh." "Tidak perlu, lebih baik kamu duduk juga sekarang. Tante butuh penjelasan dari kamu. Apa yang terjadi sama kamu sebenarnya? Kok bisa sih kamu bercerai? Dan kenapa juga kamu tidak memberitahu tantemu ini? Tante ini satu-satunya keluarga kamu lho Nadia." Sejujurnya, Rita kecewa dan syok dengan apa yang barusan dia ketahui. Berita perceraian Nadia benar-benar membuat Rita terpukul. Pasalnya, Nadia juga sama sekali tidak memberitahunya mengenai persoalan tersebut. "Dari mana Tante tau soal perceraianku?" "Siapa lagi kalau bukan sua— maksudnya mantan suamimu itu. Ardiansyah yang beritahu tante jika kalian sudah pisah." "Tante ke rumahnya?" "Ya pasti ke rumahnya. Kalau tidak, bagaimana tante tau kalau kalian berdua sudah pisah?" jawab Rita dengan sedikit menekan emosinya. Sebenarnya, bukan emosi karena marah. Dia hanya sedang mengekspresikan rasa kekecewaannya pada Nadia. Masalah sebesar itu tapi Nadia sama sekali tidak memberitahunya. "Kamu itu aneh banget sih Nad, kenapa tidak beritahu tante soal ini? Kenapa harus dipendam sendirian kalau ada masalah? Kenapa coba tidak mau terbuka sama tante? Tante ini pengganti ibu kamu loh Nad. Tante ini peduli sama kamu, khawatir, tapi kamu malah menyembunyikan semuanya. Sakit hati tante, tau kamu pisah. Kenapa juga harus pisah sih Nad? Masalahnya apa?" Nadia begitu tenang saat ini. Meskipun tidak ada yang tau bagaimana perasaannya sekarang. Karena yang tau dan bisa merasakannya hanya diri Nadia sendiri. "Nad?" "Aku kira dia udah cerita juga ke Tante soal alasannya kami bercerai." "Tidak, Ardi tidak cerita apa pun ke tante. Dia cuma bilang kalau kalian sudah pisah. Terus tante dapet alamat baru kamu ini, ya dari dia." Nadia terdiam sejenak. Tidak heran jika Ardiansyah mengetahui alamat apartment tempatnya tinggal. Sebab sebelumnya, ada berkas yang harus diberikan pada Nadia untuk perceraian mereka sebelumnya. "Nad, sebenarnya apa sih penyebab kalian bercerai? Sudah lama kalian berumah tangga, kenapa bisa memutuskan untuk bercerai? Apa masalahnya? Coba cerita ke Tante. Pasti ada hal yang kamu sembunyikan." Nadia enggan untuk menjawab. Apalagi jika harus kembali mengingat hal yang begitu menyakitkan baginya. "Nad, kamu dengar tidak sih apa kata Tante? Kamu itu memangnya tidak malu sekarang jadi janda? Lebih enak tetap jadi seorang istri, di rumah tidak bekerja. Kamu bisa istirahat, banyak waktu luang juga. Kenapa harus memutuskan untuk bercerai sih kamu? Apa tidak dipikir-pikir dulu sebelumnya?" Nadia sedikit mendecih pelan. Dia tidak mengerti mengapa tantenya bisa mengatakan hal seperti itu. Padahal dia menjadi istri saja sama sekali tidak dihargai oleh ibu dan adik iparnya sendiri. "Siapa bilang Nadia tidak bekerja di rumah bisa istirahat dan punya banyak waktu luang? Memangnya Tante lihat sendiri aku di rumah mertuaku seperti apa?" sahut Nadia dengan nada yang berat. "Aku cuma dijadiin pembantu Tante! Aku tidak ada harga dirinya di depan suami, mertua dan adik iparku Tan! Apalagi mas Ardi selingkuh!" Kalimat demi kalimat yang Nadia ucapkan membuat Rita langsung terdiam dengan penuh keterkejutan. Dia bahkan sampai menutup mulutnya sendiri karena terlalu syok dengan fakta tersebut. Rita melihat bagaimana wajah Nadia yang kini berubah menjadi merah padam penuh dengan rasa kesal, kecewa, dan juga sakit. Dia bisa merasakan sesak yang menggumul di dalam dadaa wanita itu. "Bagaimana bisa aku mempertahankan rumah tangga dengan pria seperti itu? Dan juga keluarga yang sangat toxic? Kewarasan dan kesabaranku benar-benar sudah habis, Tan! Benar-benar terkuras habis oleh mereka!" Nadia kembali merasakan sesak di dadanya. Mengingat semua perlakuan mantan ibu mertua, mantan suami dan juga mantan adik iparnya benar-benar menyakitkan. "Nadia akui jika di awal memang Nadia sempat menolak untuk bercerai. Tapi setelah Nadia pikir, untuk apa dipertahankan lagi? Bahkan mas Ardi juga sudah tidak menghargai Nadia sebagai istrinya. Bagaimana bisa dia berselingkuh dan menyalahkan Nadia sebagai penyebabnya?!" Nadia benar-benar meluapkan segala emosi yang sudah mengendap terlalu lama di dalam hatinya. Dia benar-benar menunjukkan sisi lain dirinya yang selalu terpendam. Tidak ada yang salah untuk meluapkan emosi agar rasa sakit itu bisa berkurang. Nadia bahkan tidak sadar sudah meluapkan semuanya di depan satu-satunya keluarga yang dia miliki. Meskipun sebenarnya, ini masih belum seberapa. Masih ada banyak kekesalan, kekecewaan, rasa sakit dan sesak yang Nadia simpan. Dia tak pernah seperti ini sebelumnya. Maka dari itu, Rita sampai dibuat terkejut berkali-kali. "Tante sekarang udah tau kan apa alasannya? Nadia tidak perlu menjelaskan lagi. Lebih baik menjadi seorang janda daripada Nadia harus makan hati setiap harinya. Tidak dihargai dan selalu dihina. Nadia juga berhak bahagia dan mengejar apa yang mampu membuat Nadia bahagia." Rita menepuk pelan pundak Nadia. Dia tau jika keponakannya itu tidak akan seperti ini jika pihak Ardiansyah tidak keterlaluan. Dia juga sebenarnya tidak begitu tau bagaimana kehidupan rumah tangga Nadia dengan Ardiansyah sebelumnya. Karena memang setau wanita itu, rumah tangga Nadia dan Ardi baik-baik saja dan terlihat bahagia. Tapi Rita tidak tau jika ternyata rumah tangga yang dia kira baik-baik saja dan bahagia, sebenarnya jauh dari itu. "Maaf, Tante tidak tau jika kamu mengalami hal yang seperti itu Nad. Harusnya kamu cerita ke tante, beritahu tante mengenai kesusahan kamu. Tante juga tidak akan tinggal diam kalau kamu diperlakukan tidak adil oleh keluarga suamimu itu. Tante ini nganggep kamu sudah seperti anak sendiri. Wajar kan kalau Tante suka khawatir? Bahkan ibu kamu kalau masih hidup juga akan terkejut dan responnya juga seperti Tante. Karena dari awal tahunya juga hubungan rumah tangga kalian baik-baik saja. Selalu harmonis. Tapi ternyata seperti ini." Nadia lagi-lagi menghela napas panjang. Dia menunduk sejenak untuk menenangkan emosinya yang sempat meluap barusan. Bukan maksud Nadia untuk menunjukkan sisinya yang lain di hadapan sang tante. Semua terjadi begitu saja. Mungkin juga karena terlalu terpancing dengan ucapan Rita yang seperti menyayangkan perceraian tersebut terjadi. "Apa saja yang sudah mereka lakukan? Tante akan labrak saja mereka. Berani-beraninya memperlakukan mu tidak baik. Tante akan—" "Sudah, tidak perlu melakukan apa pun Tan." sela Nadia dengan cepat. "hidup Nadia sudah mulai tenang sekarang. Jalan baru yang Nadia ambil sekarang sudah cukup membahagiakan. Jadi, untuk apa melabrak mereka? Membalaskan rasa sakit hati? Tidak perlu, Tante Rita." "Kamu nih ya terlalu baik Nad! Sesekali tidak masalah balas dendam akan rasa sakit yang kamu alami. Tante kok gemes lama-lama sama kamu yang terlalu baik! Kamu tuh harus balas mereka Nadia! Kamu diremehkan sama mereka loh, sadar!" "Tante, cara terbaik untuk balas dendam hanya menjadi lebih bahagia. Nadia bahagia dengan jalan baru yang Nadia ambil. Nadia bahagia bisa bekerja kembali dan meraih apa saja yang sempat Nadia tinggalkan dulu." sahut Nadia dengan begitu mantap. Wanita itu benar-benar sudah tidak memikirkan cara untuk membalas rasa sakit hatinya. Dia hanya ingin fokus pada kehidupan barunya dan juga karirnya. Jika dipaksa untuk melakukan, ini termasuk balas dendam yang terbaik menurut Nadia. "Tante bisa apa kalau kamu sudah memutuskan seperti ini, Nad. Tapi sumpah demi apa pun, Tante benar-benar tidak rela kamu diperlakukan tidak baik oleh keluarga mantan suamimu itu. Bahkan dengan mantan suamimu juga. Dunia memang kadang tidak adil. Tapi sekarang tangan Tuhan sedang bekerja untuk membuat kehidupanmu semakin baik. Tante hargai keputusanmu Nad. Tante berharap di setiap langkahmu, Tuhan selalu menyertaimu." "Nadia hanya butuh support saja, tidak lebih." "Tante support apa pun yang sudah menjadi keputusanmu. Kamu memang dari dulu selalu mandiri. Tapi tolong, kalau ada masalah apa pun jangan dipendam sendirian. Berbagi cerita itu sama sekali tidak akan membuatmu rugi Nad. Justru beban di pundakmu akan terasa lebih ringan. Jadi, jangan pernah sungkan untuk bercerita pada tante, ya?" Nadia lantas mengangguk pelan sambil tersenyum tipis. "Kamu sudah yakin kan tidak akan menyesal?" tanya Rita memastikan. Nadia mengangguk, "tidak akan pernah menyesal sampai kapan pun, Tan."
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN