19

1602 Kata
Suara tangisan mendominasi ruangan itu setelah mendengar kabar duka jika Joseph di nyaatakan telah meninggal dunia, semua orang kecuali Belmira yang berada di ruangan itu menangis menatap tubuh Joseph yang sudah tak bernyawa lagi. Diam-diam Belmira meninggalkan ruangan itu, dia tidak kuat melihat semuanya hingga air matanya sekarang sulit untuk keluar. Belmira pergi ke suatu tempat yang sepi untuk menenangkan pikirannya, sampai kapan rasa sakit datang menggerogoti hatinya. Mulai dari orang tua, Ruan, dan sekarang Joseph. Terkadang Belmira berpikir untuk apa lagi dia hidup di dunia ini? Kebahagiaanya perlahan menghilang, apa dia bisa sanggup menjalani hidup yang melelahkan ini sendirian? Belmira benar-benar putus asa saat ini. Seorang anak laki-laki berusia 10 tahun tiba-tiba menghampiri Belmira dengan membawa boneka kelinci di tangannya, anak itu memberikan boneka tersebut pada Belmira dengan senyum yang merekah. “ Untukku.?”  Tanya Belmira di balas anggukan cepat dari anak laki-laki tersebut. “ Tapi kenapa?” Belmira benar-benar bingung sekarang. “ Biar kakak tidak sedih lagi, boneka itu untuk kakak.” Balasnya kemudian. “ Terima kasih.” Jawab Belmira membelai kepala anak laki-laki itu. Setelah anak itu pergi barulah Belmira kembali menatap boneka kelinci putih yang di pegangnya sekarang, melihatnya tiba-tiba mengingatkan tetang Ruan. Pria itu pernah membahas soal kelinci yang bisa terbang, meskispun terdengar aneh tapi dia senang bisa menghabiskan waktu bersama dengan pria itu.   **   Angin berhembus lembut menerbangkan deduanan kesana kemari, sore hari dengan langit jingga yang sangat indah menerpa wajah cantik seorang gadis yang sedang duduk di sebelah makam seseorang yang telah meninggalkannya. “ Aku sudah menyelesaikannya sebelum kau melihat hasil dari lukisan ini.” Gumam Belmira sambil menunjukkan hasil lukisannya yang kemarin. “ Aku tidak menyangka, kemarin adalah hari terakhir kita bersma. Dan aku sangat menyesal selama ini tidak pernah membuat lukisanmu, untuk lukisan pertama ini aku akan menyimpannya di tempat yang baik, kau setuju kan.?” Semesta seperti bermain di akhir tahun terakhir sekolah bagi Belmira, ketika tahun terakhir di bangku SMP dia harus kehilangan sosok Ruan dan ketika di tahun terkahir SMA ini dia harus kehilangan Joseph untuk selamanya. “ Kau jangan khawatir, aku akan baik-baik saja setelah ini.” Ucap Belmira dengan wajah sendunya. Setelah cukup puas berada di tempat itu sendirian, kini Belmira segera beranjak pulang. Sambil membawa lukisan tersebut ia meninggalkan lokasi pemakaman, namun langkahnya tiba-tiba terhenti ketika melihat sosok yang tak asing di pandangannya. Ketika Belmira hendak menghampirinya sosok pria tersebut sudah masuk ke dlam mobil yang membawanya pergi dengan cepat. “ Itu kamu kan, aku tidak salah lagi itu pasti kamu, Ruan.” Ucap Belmira menatap arah tujuan mobil yang membawa Ruan pergi barusan. Setelah merasa yakin bahwa yang di lihatnya barusan adalah Ruan, Belmira mulai semangat kembali. Dia akan mencari pria itu lebih serius, dia tidak akan menyerah sampai berhasil bertemu dan bicara dengannya.   **   Setelah menyelesaikan semua jenjang pendidikannya, kini Belmira fokus menjadi seorang ilustrator yang di bantu oleh Lily dan Austin sebagai orang yang mempromosikan karya Belmira. Sejak menyelesaikan studynya di peguruan tinggi, Belmira mulai melukis lebih banyak dari sebelumnya namun hanya satu karya Belmira yang paling banyak di lirik oleh orang-orang. “ Bright Boy.” Ucap Belmira pada Lily dan Austin setelah ia menyelesaikan lukisan barunya. “ Alasanmu memilih nama itu apa.?” Tanya Austin kemudian. “ Senyuman Ruan selalu sangat menyilaukan, setiap melihat dia tersenyum aku merasa seperti ingin tersenyum juga.” Jawab Belmira lirih. “ Dimana pun Ruan berada, dia pasti akan melihat lukisan ini dan segera menemuimu.” Lontar Lily yang di balas anggukan pelan dari Belmira. Untuk menemukan Ruan memanglah tidak mudah, karena sudah beberapa tahun telah berlalu dan sampai saat ini belum ada informasi mengenai dirinya. Karena hal itu Belmira tidak ingin meninggalkan Barcelona sampai menemukan Ruan, padahal sudah banyak ajakan untuknya keluar kota dalam rangka pameran internsional.   **   Dua belas tahun telah berlalu, dan akhirnya Belmira berhasil menemukan pria yang selama ini pergi dari kehidupannya. Siapa sangka kalau mereka akan bertemu di kota yang berbeda, Madrid telah menjadi saksi pertemuan mereka setelah dua belas tahun lamanya. Saat ini Belmira dan Ruan berjalan meninggalkan galeri setelah mereka selesai melihatnya, dan Belmira tampak sangat senang bisa berjalan di sebelah Ruan yang terlihat sangat berbeda dari dua belas tahun yang lalu. “ Tunggu sebentar.” Ucap Ruan menghentikan langkah Belmira yang kini menatapnya bingung. “ Aku ingin kamu mencoba waffle krim yang ada di sana, kamu tunggu di sini aku akan membelinya sebentar.” Ucap Ruan yang membuat Belmira mengangguk pelan. Melihat Ruan yang menyebrang jalan demi mendapatkan waffle krim yang ada di sana kembali membuat Belmira teringat akan masa lalu, dulu Ruan juga pernah melakukan hal yang sama dan Belmira benar-benar seperti bernostalgia ssaat ini. Selang beberapa saat Ruan kembali dengan dua potong waffle krim yang ada di tangannya, ia memberikan satu waffle krim untuk Belmira kemudian mereka menikmatinya sambil melanjutkan perjalanan mereka. “ Benar-benar seperti bernostalgia.” Ungkap Belmira sambil tersenyum tipis. “ Kau bilang apa barusan.?” Tanya Ruan yang tidak mendengarnya dengan jelas. “ Apa kau sudah lupa, kita pernah seperti ini sebelumya? Kau menyuruhku menunggu untuk pergi membeli waffle di seberang jalan.” “ Benarkah? Aku benar-benar tidak ingat soal itu.” Eskpresi Belmira seketika berubah, ia tak menyangka Ruan akan melupakan moment tersebut padahal baginya itu adalah momen yang tidak bisa terlupakan untuknya. Dan malam itu keduanya harus berpisah ketika Ruan telah mengantar Belmira sampai di apartemennya dengan selamat, dan sebelum pria itu pergi dia meminta Ruan untuk berhati-hati di jalan. “ Selamat malam Belmira.” Lontar Ruan sebelum akhirnya pergi dari hadapan gadis itu.   **   Gadis itu berjalan ke arah jendela kamar apartemennya sambil membawa secangkir teh melati dan ponsel yang ia tatap dengan lekat, setelah bertukar nomor dengan Ruan hari ini keduanya langsung mengobrol lewat pesan teks. “ Apa kau sudah sampai di rumah.?” Belmira. “ Sudah, aku sedang berada di kamar sekarang.” “ Bagaimana dengan Roberto? Apa dia ada bersamamu.” “ Kau mengenal Roberto?” “ Hmm, aku sempat bertemu dengannya untuk menanyakan soal dirimu. Aku juga menitipkan undangan pameran di galeri waktu itu, tapi sayangnya kau tidak datang.” “ Aku benar-benar minta maaf, “ “ Tidak apa-apa, lagi pula kau sudah mengingatku sekarang.” “ Boleh aku tahu besok kau ada kegiatan apa.?” “ Besok aku harus ke suatu tempat di Madrid, tapi aku tidak tahu alamatnya.” “ Aku bisa mengantarmu, aku sudah tinggal di sini cukup lama.” “ Baiklah kalau begitu, aku akan menemuimu dimana.?” “ Biar aku yang datang ke apartemenmu.” “ Oke, terima kasih sebelumnya.” Percakapan mereka pun berakhir, Belmira menyesap cangkir tehnya perlahan kemudian menatap keluar jendela yang menampilkan keindahan kota Madrid dari sana. Perasaan bahagia yang tidak bisa di gambarkan oleh kata-kata saat ini memenuhi kepala dan perasaanya, ia sangat senang bukan main dan kali ini dia tidak akan menyia-nyiakan kesempatan dirinya dan Ruan lagi.     **   Gadis itu baru saja selesai dengan persiapannya, hari ini dia berdandan kasual dengan memakai outer hitam dan dalaman putih serta celana jeans yang membuatnya enak untuk di pandang. Belmira sengaja menguncir satu rambutnya dan menggunakan make up yang tipis menyesuaikan kemana dia akan pergi hari ini. Begitu ia meninggalkan kamarnya dan segera turun menuju lantai satu, tepat di lobby seseorang sudah menunggunya dengan pakaian yang hampir sama dengan yang ia pakai. Padahal mereka tidak ada janjian untuk sama-sama memakai warna yang senada tersebut. “ Kau mau kemana hari ini.?” Tanya Ruan menatap Belmira lurus. “ Thyssen Bornemisza museum.” “ Tidak jauh dari The Prado, kita bisa kesana menggunakan kereta api.” Belmira mengangguk setuju, kemudian mereka berjalan meninggalkan apartemen dengan taksi yang sebelumnya sudah di pesan oleh Ruan, dari taksi itu mereka akan pergi menuju stasiun kereta api yang akan membawa mereka menuju lokasi yang ingin di tuju oleh Belmira. “ Dia sedikit lebih sederehana sekarang, padahal dulu kemana-mana selalu di jemput oleh supir. Sebenarnya apa yang telah terjadi padanya, aku benar-benar penasaran tentangmu Ruan.”  Benak Belmira terus menatap Ruan yang sibuk memperhatikan keluar jendela. Setibanya mereka di Thyssen Bornemisza museum, keduanya segera masuk ke dalam museum yang cukup bersejarah di Eropa pada abad ke 13 yang menyimpan lukisan dan beberapa benda kuno yang di abadikan di museum tersebut. Alasan Belmira ke tempat itu bukan tanpa alasan, dia juga ingin mempelajari bagaimana orang-orang di Madrid dalam menilai sebuah mahakarya. Ketika Belmira sedang sibuk mengamati lukisan, Ruan justru menunggunya di luar dengan kesibukannya sendiri. Belmira tidak ingin memaksa Ruan untuk masuk dan melihat lukisan bersamanya, dengan keberadaan Ruan disana saja sudah cukup baginya. Setelah cukup puas melihat-lihat, akhirnya Belmira keluar mencari Ruan. Namun ketika dia keluar dari museum tersebut ia tidak menemukan Ruan dimana pun. Belmira mulai panik, setiap mengethaui Ruan menghilang seakan mengembalikan memori masa lalu yang membuatnya sedih. “ Hey, kau mencariku.” Ucap Ruan seketika membuat Belmira terkejut dan langsung memeluknya. Wajah terkejut Ruan tergambar sangat jelas ketika melihat Belmira memeluknya dengan erat, di tambah dengan tubuh gemetar Belmira yang seperti orang ketakutan. Sadar akan aksinya memeluk Ruan secara tiba-tiba akhirnya membuat Belmira melepas pelukan tersebut. “ Maafkan aku, aku tidak bermaksud melakukannya.” Kata Belmira tak berani menatap wajah Ruan. “ Tidak apa-apa, tapi apa yang membuatmu sampai gemetar takut seperti itu.?” Tanya Ruan penasaran. Belmira kemudian menoleh ke arah Ruan, ia menatap manik mata pria itu dengan tatapan menerka-nerka. “ Aku baik-baik saja, kita bisa pulang sekarang.” Ajak Belmira tak ingin membahasnya lagi. Ruan hanya dapat mengangguk pasrah, akhirnya mereka pergi meninggalkan lokasia tersebut dan Ruan yang mengantar Belmira sampai ke apartemennya lagi dengan selamat, sementara itu Ruan harus ke kedainya melanjutkan usahanya itu tanpa sepengetahuan Belmira kalau dia sengaja meninggalkan kedainya hanya untuk mengantar Belmira ke museum hari ini.    
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN