bc

Kupinjam Rahimmu

book_age18+
40.8K
IKUTI
411.7K
BACA
billionaire
possessive
family
pregnant
goodgirl
boss
sweet
Writing Academy
wife
sisters
like
intro-logo
Uraian

"Dek, kamu mau kan pinjamkan Kakak rahimmu untuk kami? Kamu mau kan mengandung anak Kakak dan Kak Bagas?"

Permohonan sang Kakak, Calya Nandita Mora (28 tahun) membuat dunia Dea (19 tahun) seketika runtuh. Ia bagai tersambar petir di siang bolong, tak percaya dengan permohonan tersebut.

Bagaimana bisa Kakaknya menawarkan hal sekonyol itu hanya karena pernikahannya bersama Bagas selama 5 tahun tak kunjung mendapatkan keturunan, pikir Dea.

Ia harus mengorbankan masa mudanya untuk memberikan Kakaknya keturunan. Perjanjian yang sangat konyol pun harus ia tanda tangani.

Jangan lupa klik tombol love buat terus dapat info updatenya!

chap-preview
Pratinjau gratis
Penawaran Konyol
Ruang keluarga di rumah Dea kini tengah sangat tegang. Sang Kakak, Calya menyuruhnya untuk pulang cepat dari acara reuni sekolahnya hari ini. Tak ingin mengecewakan Calya, yang telah lama tak berkunjung ke rumahnya membuat Dea sangat girang dibuatnya. "Jadi, ada apa Kakak dan Kak Bagas ke sini? Kita cuma mau diem-dieman doang?" tanya Dea seraya mengerucutkan bibirnya beberapa centimeter keluar. Calya dan Bagas saling melirik satu sama lain, terlihat ragu untuk mengutarakan maksud kedatangannya. "Kakak mau minta tolong sesuatu sama kamu, Dek." Kedua alis Dea saling bertautan, keningnya mengerut dibuatnya. "Kakak mau minta bantuan apa? Tumben minta bantuan ke Dea, biasanya ingat punya adek aja gak." "Kakak saat ini sangat butuh bantuan kamu, Dek. Kakak mohon, kamu mau ya bantu Kakak?" ucap Calya memohon. "Kalau kamu mau Kakak sujud juga gak apa-apa kok." "Eits, emang Kakak mau minta tolong apa sih sampai sujud-sujud segala? Jangan bikin Dea berdosa deh buat Kakak sujud gitu," ucap Dea. Ia memutar bola matanya malas. "Jangan drama deh, Kak. Gak cocok." Bagas terlihat terkekeh kecil mendengarkan ucapan Adik iparnya itu. Tetapi, ia akhirnya berdehem karena mengetahui keadaan tidak memungkinkan untuk becanda. "Oke, jadi Kakak mau minta tolong agar kamu mau meminjamkan rahimmu kepada kami. Kamu mau kan mengandung anak Kakak dan Kak Bagas?" Calya menatap Dea memohon. Dea menatap bingung Kakaknya, ia terkejut dengan permainan Calya yang sangat tidak masuk di akalnya tersebut. "Kakak becanda, ya? Atau Kakak sekarang lagi coba jadi youtuber yang kerjanya ngeprank? Gak lucu tau gak," ucap Dea kesal. Calya dan Bagas pun menatap tak percaya gadis itu. Bagaimana bisa di keadaan seserius ini dia malah becanda, dan yang lebih parah menyebut mereka sedang melakukan aksi prank kepadanya. Dasar, kids zaman now. "Dek, tolong ya. Kita tuh lagi serius, bisa gak sih kamu jangan becanda dulu?" tegur Calya kesal. "Kakak tuh yang harusnya serius! Masa minta Dea buat pinjamin rahim Dea. Aduh, apa kata teman-teman Dea nanti kalau tau Dea hamil? Terus, nanti gimana bisa hamil, Dea nganu sama Kak Bagas gitu? Ogah kali, Kak." Dea menolak mentah-mentah permintaan Kakaknya. Permintaan yang sangat konyol di zaman sekarang ini menurutnya. "De, kamu tahu kan? Kakak sudah meminta bersama Kak Bagas selama lima tahun lebih. Dan selama lima tahun juga kami belum diberikan keturunan. Kakak mohon sama kamu, De." Wanita dewasa itu menjatuhkan dirinya ke lantai, ia berlutut di hadapan Dea. Hal itu pun membuat Dea sontak membantu Kakaknya berdiri. Dea menatap sinis Kakaknya. "Kak, apa-apaan sih. Kan di zaman sekarang tuh udah ada yang namanya bayi tabung atau apalah itu. Pokoknya ya gak harus minjem rahim Dea juga." Dea menghela napas kasar sejenak, ia lalu melanjutkan ucapannya. "Lagipula kalau Kakak mau pinjem rahim, ya pinjem rahim orang aja. Kok malah pinjem rahim Dea. Please deh, Dea tuh masih muda." "Dea, semua cara sudah Kakak lakukan dengan Kak Bagas. Bahkan kami melakukan bayi tabung di luar negeri, berharap agar hasilnya memuaskan. Tapi, rahim Kakak memang yang bermasalah. Kami memilih kamu, karena kami tidak ingin orang lain yang mengandung anak kami. Tolonglah, De, buat Kakakmu bahagia." Kedua tangan ia satukan di depan d**a, berharap agar sang adik menaruh sedikit rasa kasihan kepadanya. "Membuat Kakak bahagia dengan mengorbankan kebahagiaan aku sendiri? Kakak egois banget sih!" ucap Dea, kiatan emosi terpancar sangat jelas ketika ia berbicara. Dea beranjak dari duduknya dan meninggalkan Calya berdua bersama Bagas. Ia masuk ke dalam kamar dan membanting pintu kamarnya. Kecewa. Tentu saja Dea kecewa dengan permohonan Kakaknya. Ia memang kasihan dengan kehidupan rumah tangga Calya yang tak kunjung dihampiri sosok mungil berwujud bayi. Tetapi, ia tak ingin mengorbankan masa mudanya untuk kebahagiaan Kakaknya. Calya awalnya ingin mengejar Dea ke kamar gadis itu, tetapi ia ditahan oleh suaminya. "Gak usah, biar aku aja yang ngomong sama Dea. Kamu tunggu di sini aja," ucap Bagas. Ia beranjak dari duduknya dan menghampiri pintu kamar Dea. Tok, tok, tok. "Pergi aja, Kak! Aku gak mau ngomong sama Kakak! Cari orang lain aja!" seru Dea dari dalam kamar. Suaranya terdengar serak, layaknya orang yang tengah menangis. "Dea, buka dulu dong. Kak Bagas mau bicara sama kamu." Suara bariton Bagas membuat Dea terdiam sejenak, akhirnya terdengar suara kunci pintu yang dibuka. Dan terlihatlah sosok Dea dengan wajah sebam sembari memeluk sebuah bingkai foto. "Kakak mau ngapain ke sini? Kalau mau bujuk Dea juga, mending Kakak pergi aja! Cari wanita lain yang bisa menampung bayi kalian berdua," usir Dea. "Bukan itu, Kakak mau bicara sesuatu dengan kamu. Boleh kan?" Dea menganggukkan kepalanya singkat, ia membuka pintu kamarnya lebar-lebar dan membiarkan Bagas duduk di ranjangnya. "Ada apa?" tanya Dea tanpa basa-basi. "Kamu tahu? Sebenarnya saya juga tidak setuju dengan ide konyol dari Calya ini," ucap Bagas, wajahnya tampak muram karena tertekan. Kepala Dea sedikit memiring dan tampak sedikit tertarik dengan cerita Kakak iparnya itu. "Terus? Kenapa sekarang Kakak mau di sini?" "Karena saya gak mau buat Calya sakit hati terus menerus. Saya tahu, Calya tidak bahagia selama ini karena Ibu saya yang selalu menyinggung soal anak dengan Calya." Bagas menghembuskan napas panjang sejenak. "Setiap malam, saya selalu mendapati Calya menangis hanya karena ucapan Ibu saya yang sangat pedas. Hal itu yang membuat saya merasa perlu menyetujui permintaan Calya," lanjut Bagas. Dea terdiam mematung. Ia tak menyangka kehidupan rumah tangga Kakaknya yang ia anggap bahagia, nyatanya tak sebahagia itu. Jadi, Kakak selama ini menderita karena Ibu Mertuanya? "Sekarang keputusan ada di tangan kamu Dea. Kami tidak ingin orang lain yang mengandung keturunan kami, karena rasanya sulit memercayai orang lain. Hanya kamu satu-satunya harapan kami," ucap Bagas. Ia menatap Dea serius. Pikiran Dea saat ini rasanya sangat kacau dibuatnya. Ia merasa sangat kasihan dengan kehidupan rumah tangga Kakaknya, tetapi ia tak ingin menyia-nyiakan masa mudanya begitu saja. "Tapi, aku tidak ingin menjadi bahan gunjingan orang-orang, Kak. Aku masih muda, dan aku belum menikah. Apa tanggapan orang-orang nanti jika mengetahui aku hamil tanpa suami?" "Saya yang bakal nikahin kamu. Saya bakal menjadi suami kamu selama kami mengandung anak saya dan Calya," ucap Bagas. Kedua mata Dea membulat sempurna dibuatnya. Ia tak percaya Bagas akan menikahinya. "Kakak jangan becanda deh, gak lucu." "Saya serius, Dea." Dea menatap kedua mata Bagas, ia mencari kebohongan di dalam sana. Namun, Dea tak menemukan sorot kebohongan sekecil apapun di sana. "Jadi, bagaimana? Kamu akan saya ceraikan ketika masa iddah kamu selesai," ucap Bagas. Dea tampak berpikir sejenak, ia akhirnya mengangguk setuju. "Dea setuju." *** Bersambung...

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

23 VS 38

read
294.4K
bc

RAHIM KONTRAK

read
421.4K
bc

Tuanku Suamiku

read
466.2K
bc

CEO TAMPAN KALIAN SUAMIKU

read
97.3K
bc

AHSAN (Terpaksa Menikah)

read
306.0K
bc

Pernikahan Sementara

read
334.4K
bc

Lafal Cinta Untuk SHANUM (END)

read
180.0K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook