“Kau ternyata masih memiliki hati untuk datang ke sini.” Arsen menoleh ketika mendengar sindiran yang dilayangkan padanya. Kevan sahabatnya yang berdiri di sampingnya. Memasukkan tangan ke dalam saku celana dan menatap ke depan. “Bukan kau ‘kan yang membunuh lelaki tua b******n itu?” tanya Kevan melirik Arsen yang tenang dan tertawa kecil mendengar pertanyaan dari Kevan barusan. “Kalau aku yang membunuhnya kenapa? Kau ada masalah aku membunuh lelaki yang memang sudah seharusnya dijemput oleh malaikat maut sepertiku ini,” ucap Arsen tersenyum sinis. Kevan tertawa kecil. “Kenapa kau tidak membunuh calon ayah mertuamu juga?” tanyanya. Arsen mendengarnya menggeleng. “Aku hanya memiliki urusan pada lelaki tua itu sekarang. Untuk Robin… hem. Aku harus memikirkan cara. Bagaimana membunu