1.
Huuuaaaa.... Suara tangis sesengukan terdengar dari Clareta victora, seorang gadis berparas cantik dengan tubuh semampai yang biasa dipanggil dengan nama Clara.
"Clara Kenapa?" tanya seorang wanita yang berada didekat Clara. Dia adalah Dheera, adik Clara. Si manusia cantik dengan segala kepolosannya. Bukannya menjawab Clara malah menangis semakin kencang dari sebelumnya.
"Ihh Clara, ini udah satu jam Clara nangis gak jelas! Ditanyain bukannya jawab malah nangis! Udah gitu tisunya di berantakin lagi! Mana tisunya bekas ingus Clara!" cerca Dheera geram pada Clara.
"Dhee, gua lagi sedih. Lo masih aja marah-marahin gua." jawab Clara sambil mengusap air matanya dengan tisu.
"Iya Dheera tau Clara lagi sedih! Tapi Dheera gak tau Clara Kenapa bisa sedih sampai nangis," ucap Dheera dengan muka polosnya yang membuat Clara semakin kejar.
"Tau ahh, malas Dheera gubris Clara!" Dheera berdiri dengan kesalnya.
"Gua gak mau nikah Dhee," ucap Clara tegas.
"Haa?"
"Tolong minta mama buat ngebatalin perjodohan gua. Gua yakin kalau lo yang ngomong pasti mama bakal dengar."
Dheera terdiam mendengar ucapan Clara, lalu kembali duduk disebelah Clara. "Kenapa Clara gak mau?" tanya Dheera dengan wajah polosnya.
"Kenapa gua harus mau Dhee? Gua punya pacar, gua gak butuh dijodohin. Lagian ini udah bukan jaman siti nurbaya yang nikah harus dengan perjodohan!"
"Ck! Dheera kan juga di jodohin!" kesal Dheera.
"Lo tau lo di jodohin juga setelah lo berdua mau nikah, gua ingatin ya seminggu sebelum nikah."
"Oke alasan diterima. Tapi kenapa Clara gak liat dulu orangnya? Siapa tau orangnya baik, atau mana tau dia ganteng kayak artis korea."
"Dheera, gua gak mau. Gua masih punya Arga dan gua juga masih sayang sama Arga!" Kesal Clara.
"Oke. Arga nya?" tanya Dheera singkat, padat, jelas.
Clara terdiam dan menunduk.
"Tuh kan, ditanya bukannya dijawab malah nunduk."
"Gua gak tau."
Dheera menaikkan alisnya. "Clara, kalau Arga sayang sama Clara dia gak akan lepasin Clara gitu aja. Dia pasti perjuangin Clara."
"Tapi gua sayang sama Arga, Dhee."
"Dheera tau. Tapi apa Arga pernah nyoba buat ngomong sama mama?"
Clara menggelengkan kepalanya pelan.
"Nah, dari sini kita bisa tau kalau Arga itu gak sayang sama Clara."
Clara semakin merunduk dalam, tak lama kembali terdengar suara tangis disertai sesenggukan.
"Tuh kan ditanya bukannya ngejawab malah nangis," sebal Dheera untuk kesekian kalinya.
"Gua gak tau Dhee, gua sayang dia. Tapi gua gak tau harus gimana sekarang dan gua gak mau ngelepasin dia," ucap Clara sambil sesenggukan.
"Dheera tau Clara. Tapi Arga bahkan gak mau nyoba buat ngomong sama mama papa."
Clara kembali diam.
"Terus papa bilang apa?" Tanya Dheera
"Papa setuju sama keputusan mama."
"Ya udah kalau gitu coba Clara liat aja orang nya. Siapa tau orangnya baik, terus ganteng kayak artis korea," ujar Dheera sambil senyam-senyum. Belakangan ini Dheera sedang aktif-aktifnya melihat oppa ganteng.
"Gua gak mau Dheera!" tegas Clara lagi.
"Ya udah kalau gak mau, Dheera gak paksa kok. Dheera mau nyamperin Ken aja," acuh Dheera
"Kok lo gitu Dhee? Gua lagi sedih bukannya di hibur malah sibuk sama suami!"
"Ya habisnya Clara ngeselin! Dheera bilang terima aja gak mau. Pas mau Dheera tinggalin malah nyalahin Dheera. Clara itu maunya apa? Bingung deh Dheera." kesal Dheera.
"Dhee ..."
"Apalagi? Clara mau apalagi? Mau cerita atau mau bilang gak mau nikah lagi? Kalau mau bilang gak mau nik ... "
"Cerita," ujar Clara singkat.
"Cerita? Oke, jadi gimana ceritanya? Sini Dheera dengarin."
"Jadi ... "
Flashback....
10 hari yang lalu. Beberapa hari sebelum Dheera dan Ken resmi melangsungkan pernikahan mereka.
"Clara, lusa Dheera nikah. Kamu kapan?" tanya Mama.
"Ma ... "
"Mama gak minta kamu nikah juga. Tapi setidaknya bawa pacar kamu, kenalin ke Mama, kenalin ke Papa."
Clara diam tak menjawab. Pembicaraan mengenai hal ini adalah hal yang paling dibenci oleh Clara.
"Kamu gak punya pacar? Kalau gak punya biar mama Kenalin sama anak teman mama?"
"Gak usah ma, Clara ... "
"Jangan bilang kamu masih sama pacar kamu yang waktu itu? Siapa itu namanya? Ar ... Ar apa? "
"Arga ma."
"Iya itu. Jangan bilang kamu masih sama dia?" tanya Mama menyelidik. Clara diam seakan mengiyakan pertanyaan Mama nya.
"Clara!"
Clara menunduk enggan menjawab pertanyaan Mamanya.
"Jawab Clara!"
"Masih ma."
"Mama udah bilang berapa kali sih sama kamu! Gara-gara dia kamu jadi kayak gini! Suka main ke bar gak jelas, gak mau nurut sama orang tua."
"Ma."
"Mama gak akan menerima menantu kayak dia Clara. Mau dikasih makan apa coba kamu?"
"Ma, Arga bukan pekerja disitu, Arga pemilik, yang punya Bar itu."
"Mama tau dan itu semakin membuat mama gak suka sama dia." ujar Mama tegas.
"Ma, Arga gak yang kayak mama pikir."
"Mama gak perduli dia kayak mana, sekali mama bilang mama gak suka, mama gak suka Clara."
Clara menutup matanya singkat, berdebat masalah ini dengan Mamanya memang tidak ada habisnya.
"Sekarang mama tanya kamu, kalau kamu sama dia, dia mau ngasih makan kamu dari mana? Dari hasil bar itu?" tanya Mama tegas. "Gak Clara, mama gak mau. Mama gak mau anak mama makan dari hasil bar!" ujar Mama tak kalah tegas dari sebelumnya.
"Ma please."
"Gak Clara, putusin dia secepatnya! Kalau bisa sekarang juga!"
"Ma!"
"Nanti mama Kenalin kamu sama anak teman mama. Setelah Dheera nikah, kita atur pertemuan keluarga," ujar Mama mengabaikan pekikan Clara.
"Ma, Clara gak mau."
"Kalau kamu gak mau terima, gak papa. Itu artinya kamu gak nganggap mama lagi."
"Maa apaan sih ma kayak gitu! Clara udah gede, udah bisa cari suami buat Clara sendiri."
"Suami yang kayak mana yang kamu cari? Yang kayak pacar kamu itu? Mama gak mau ya Clara!"
Clara diam dan menunduk.
"Mama gak mau tau, kalau kamu gak bisa dapatin cowok yang jelas bibit, bebet, bobotnya. Kamu harus terima anak temen mama."
"Ma ... "
"Tidak Clara."
"Loh Clara Kenapa?" tanya Papa saat melihat Clara yang sedang menangis dihadapan istrinya.
"Pa, Clara gak mau nikah sama anak teman Mama," rengek Clara berusaha mencari bantuan.
Papa menoleh singkat pada Mama lalu kembali menatap Clara yang tengah menatap penuh harap dirinya, berharap dirinya akan membantu.
"Masalah itu ... "
"Jangan bilang Papa setuju sama Mama?"
"Terima aja ya Clara, menurut papa itu yang terbaik buat kamu."
Clara menatap tidak percaya pada Papanya. "Mama sama papa sama aja, gak ada yang ngertiin Clara! Semuanya aja harus ngikutin ego mama!" ujar Clara sebelum akhirnya pergi berlalu meninggalkan Mama dan Papanya yang berada di ruang tamu.
"Clara!"
Clara terus berjalan tanpa memperdulikan panggilan Mamanya. Clara berjalan kearah pintu utama, Clara merasa dirinya tak bisa berada di rumah saat ini. Jika dia terus berada di sana, bisa-bisa dia gila mendengar semua ocehan mamanya.
"Clara balik kamu!" pekik Mama namun diacuhkan oleh Clara.
°°°°°
"Ga," panggil Clara saat dirinya sudah berada di Bar milik Arga.
"Cla, kenapa? Kamu habis nangis?" tanya Arga panik melihat mata Clara yang sembab.
Air mata Clara kembali turun tanpa permisi, sontak Arga memeluk Clara dan mengelus punggung Clara. Mencoba menenangkan Clara.
"Aku gak mau," ujar Clara di dalam dekapan Arga.
"Gak mau apa Cla?" tanya Arga bingung.
"Ga."
Arga bergumam singkat.
"Kamu sayang kan sama aku?"
Arga diam sejenak sebelum kembali berbicara. "Gak perlu ditanya Cla, pasti sayang lah."
"Kamu serius sama aku?" tanya Clara lagi.
"Kenapa sih kamu? Tiba-tiba datang mata sembab, terus tiba-tiba nangis, sekarang malah ngomongin yang gak penting?"
Deg! Clara tersentak saat mendengar kata tidak penting yang keluar dari bibir Arga. "Menurut kamu itu gak penting?" tanya Clara dengan susah payah.
"Bu ... bukan gitu Cla. Kamu kan udah tau jawabannya, jadi gak perlu ditanya lagi kan?" tanya Arga.
"Kamu mau nikahin aku?" tanya Clara lagi, mencoba mengabaikan pikiran negatifnya.
Arga diam tak menjawab.
"Ga? Kamu gak mau?"
"Cla, gini ... "
Clara melepaskan pelukannya, menghapus air mata yang mengalir di pipinya dan menatap Arga penuh arti.
"Arga, Mama mau jodohin aku sama anak temannya. Tapi aku gak mau dijodohin, aku sayang sama kamu. Kamu sayang aku kan? Kamu mau kan nikahin aku? Kamu mau kan?" tanya Clara beruntun.
"Cla, kita udah ngomongin soal ini kan. Kalau orang tua kamu aja gak setuju, gimana ceritanya aku mau nikahin kamu?"
"Usaha Arga! Kamu omongin sama mereka lagi, perjuangin aku," sahut Clara
"Aku gak bisa dan gak akan perjuangin sesuatu yang aku tau hasilnya gak mungkin."
Clara mendesah kecewa. "Ga," panggil Clara dengan nada pelan.
"Aku gak mau bahas ini lagi. Kamu mau di sini atau ke atas?" tanya Arga seakan tidak terjadi apa-apa beberapa detik yang lalu.
"Apa aku gak seberharga itu ya buat kamu?"
"Cla."
Clara tersenyum tipis. "Aku cukup tau Ga, makasih. Aku cukup mengerti atas apa yang kamu ucapin barusan," ujar Clara sebelum dirinya berlalu pergi dari Bar milik Arga.
"Cla," panggil Arga berusaha menahan Clara.
Clara terus berjalan tanpa mengindahkan panggilan Arga, tanpa menoleh ke belakang. Clara sungguh tidak mau tau, pria yang sudah jadi pacarnya selama bertahun-tahun itu mengejarnya atau tidak.
"Clara!" panggil Arga lagi, namun tidak juga diindahkan oleh Clara. "Aaarrgghhh!" pekik Arga kuat sembari memukul meja di depannya.
Bersambung...