Kutub Yang Kembali Membeku

1576 Kata
"Pagi non bagaimana tidurnya semalam nyenyak?" sapa bu Ani saat Inges memasuki dapur. "Iya bi An, alhamdulillah tidur saya nyenyak semalam tapi berasa ada yang aneh sih pas bangun?" jawab Inges sambil tersenyum dengan wajah bingungnya. Seingatnya ia tidur di samping Malaika tanpa mengenakan selimut dan bahkan ia membaringkan tubuhnya di atas selimut itu, tapi ketika dirinya terbangun setengah badannya tertutup oleh selimut yang sama dengan anak kecil itu. Berarti kemungkinan besar ada yang memindahkan posisi tidurnya. "Kok bisa memangnya aneh bagaimana non?" tanya Bu Ani yang kembali menoleh ke arah Inges sepintas lalu melanjutkan kembali pekerjaannya menata hidangan untuk sarapan pagi ini. "Eh tidak ada apa-apa bik, ada kah yang bisa saya bantu bi An?" tanya gadis muda itu menawarkan bantuan. "Tidak usah non pekerjaan saya sebentar lagi juga selesai. Nona lebih baik kembali ke kamar Malaika dan membawanya untuk sarapan. Dia pasti akan sangat senang non!" tolak bu Ani dengan halus. "Oh baik lah bik, kalau begitu saya permisi dulu." Pamit Inges meninggalkan dapur besar itu, kamar saja kalah jauh dengan luasnya dapur ini. Masih lebih mewah dapur ini dari pada kamarku, batinnya. Inges membuka pintu kamar Malaika dengan sangat hati-hati takutnya gadis kecilnya itu belum bangun. Tapi ketika tubuh dia sudah berada di dalam kamar begitu tersentuh hatinya, siapa sangka anak kecil yang baru berumur tiga tahunan itu sedang berada di atas sajadah dengan mukenah lucunya bermotif karakter hello kitty berwana merah muda. Si kutub utara itu ternyata berhasil mendidik anaknya, usia sekecil ini sudah bisa salat. Gumam Inges dalam hati. Gadis muda itu masih diam di tempatnya menyaksikan Malaika dengan takjub sampai dirinya tak sadar kala anak itu meraih tangan kanannya. Mencium lembut punggung tangan Inges, membuat dia sedikit terkejut tapi dengan cepat ia bisa menguasai dirinya. "Mama kecil kagum sama kamu nak, sudah pintar salat sendiri ternyata?" puji Inges dengan mengusap lembut pucuk kepala Malaika yang berbalut mukenah berwarna merah muda itu. "Kan Aika sering liat mama kecil salat terus minta di ajarin sama nenek Ani." jawab Malaika polos dengan senyum kecilnya. Duar Seperti suara petasan di siang bolong, Inges sudah berpikir terlalu jauh sampai tak sadar dirinya tersesat di tengah gurun pasir. Hahaha sudah saja aku berpikir si kutub yang mengajarinya taunya? Inges bermonolog sendiri. "Iya sayang pokoknya Malaika the best lah!" Inges mengacungkan dua jempol tangannya. "Pastinya dong mama kecil!" Malaika tersenyum lebar. Anak ini benar-benar cerdas bagi Inges, karena diusianya yang masih jalan 4 tahun saja dia sudah bisa berbicara dengan lancar dan fasih. "Kalau begitu sekarang kita mandi yuk!" ajak Inges "Ayok tapi mama mandi juga ya sama Aika!" Malaika mulai memasang wajah memelas nya, kalau sudah sudah seperti itu Inges tidak akan bisa menolak jadilah mereka mandi bersama dalam bathroom gadis kecil itu. Tampak luarnya bathroom di kamar itu sangat kecil dengan pintu bergambar para princess disney, namun siapa sangka di dalamnya tidak hanya sekedar kamar mandi biasa pada rumah-rumah orang kebanyakan. Sebelum memasuki area bathroom Inges disambut dengan walk in closet super megah dengan beraneka macam sepatu serta gaun-gaun indah milik Malaika yang berjejer rapi di setiap rak-rak lemari kaca itu. Wah wah orang khaya mah bebas ya, ini kamar mandi apa baby shop? Batin Inges takjub. Inges ikut berendam dalam bathub besar itu masih dengan pakaiannya, sudah seperti kolam renang yang berukuran kecil saja. Setelah asik menemani anak kecil itu berendam dengan busa lengkap dengan para bebek karetnya, dengan telaten Inges membilas tubuh Malaika di bawah shower. Tak lupa juga Inges kembali menyabuni badan Malaika dan menyampokan rambutnya. "Nah sekarang Malaika sudah bersih dan wangi, Malaika bisa pasang baju sendiri kan?" tanya Inges setelah selesai melilitkan handuk di tubuh anak kecil itu. Malaika hanya mengangguk dan tersenyum. "Baiklah sekarang giliran mama kecil yang mandi!" ujarnya lalu kembali masuk ke dalam tabung kaca itu untuk membersihkan dirinya. Setelah keluar dari area kamar mandi dengan tubuh yang terlilit handuk Inges baru mengingat kalau dirinya tidak membawa pakaian ganti ke kamar Malaika. Sementara pakaiannya tadi sudah basah semua, masa iya dia ke balik ke kamar hanya mengenakan handuk itu saja untuk menutupi tubuhnya. Inges mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan walk in closet namun tidak dijumpainya Malaika di sana. Mampus dah aku sekarang, itu bocah ke mana lagi. Inges mulai panik. Dengan hati-hati dirinya mengendap keluar dari ruangan itu, perlahan Inges menarik handle pintu dan menyembulkan kepalanya. Sepi tidak ada siapa pun di sana. Setelah yakin kamar anak itu benar-benar sepi Inges pun keluar hanya dengan handuk selutut yang melilit di tubuhnya. Ia berlari kecil menuju ranjang Malaika dan dengan gesit menarik selimut di atas kasur itu lalu digunakannya kembali untuk menutupi tubuhnya. Untuk kedua kalinya Inges kembali mengendap keluar kamar Malaika, mengulangi lagi kegiatannya tadi ketika keluar dari kamar mandi. Setelah dirasa aman, dengan secepat kilat Inges berlari menuju kamarnya. Akhirnya selamat juga. Inges bersorak sorai dalam hati sambil memegangi dadanya. Dia berhasil sampai di kamarnya berdiri di balik pintu yang sudah ia tutup rapat-rapat. Inges kembali lupa akan hal yang sangat penting, kalau dirinya sekarang tidak sedang berada di kamarnya tapi kamar majikannya. Yups benar saja sepasang mata sedang menatapnya tajam dengan tangan terlipat di depan d**a, berdiri dua meter tepat dihadapan Inges. "Lagi main petak umpet sama siapa pagi-pagi begini nona?" ucap Raden menyeringai. Nah lho mampus lagi si Inges. Saking merasa terkejut dengan adanya suara lelaki di kamar itu Inges langsung membungkam mulutnya yang hampir saja mengeluarkan suara melengking nya tapi sial dia menjatuhkan selimut yang tadi menutupi tubuhnya. Dasar gadis ceroboh, dia benar-benar menguji iman ku. Batin Raden geram. Raden tadi tak sengaja melihat Inges yang hanya mengenakan handuk di kamar Malaika ketika masuk ke kamar anaknya melalui pintu rahasia. Untungnya dengan cepat Raden langsung menutup pintu pelan agar Inges tidak menyadari keberadaannya. Namun sekarang lagi-lagi dia mendapati pemandangan seperti itu bahkan di dalam kamarnya. "Hai gadis bodoh kamu mau menggodaku ya?" sentak nya dan langsung balik badan. Raden tidak ingin terus tersiksa di kamar ini, bisa-bisa dia memakan gadis itu saat ini juga. "Siapa yang mau menggoda tuan, enak saja!" jawab Inges tak kalah sengitnya. Dengan langkah cepat Raden memasuki ruang kerjanya tanpa mempedulikan perkataan Inges. Sementara gadis bodoh yang kini sadar alasan kenapa tuannya berkata seperti itu langsung menutupi kembali bagian atas tubuhnya yang polos dengan selimut yang dipungutnya. Tanpa perlu menghabiskan waktu memikirkan kejadian tadi Inges berlari secepat kilat ke arah walk in closet tempat semalam ia mengambil baju tidurnya. **** Inges POV Aku selalu kagum melihat semua barisan lemari besar beserta isinya ini. Jujur aku tidak menyembunyikan rasa bahagia ku melihat semua ini. Ayo lah aku tidak ingin munafik, wanita mana yang tidak akan senang melihat isi lemari penuh dengan berbagai pakaian mewah dengan berbagai macam modelnya, aksesoris dan teman-temannya juga tas serta sepatu. Terkadang aku berfikir si bongkahan es berjalan itu begitu baik dan perhatian terhadapku. Tapi aku sadar tidak boleh terlena dengan semua ini, aku tidak boleh serakah. Aku mulai memilih pakaian di tumpukan gantungan lemari itu, kaos polos berwarna coklat muda dengan lengan pendek serta celana jeans panjang berwarna coklat tua. Lalu membuka lemari yang lainnya lagi yang berisi coat berwarna senada dengan celana ku. Setelah selesai memilih pakaian aku keluar dari ruangan itu menuju meja rias besar yang ada di kamar si balok es itu. Meja rias yang menjadi saksi saat wajah asliku tertangkap basah oleh Raden. Syukurlah sudah ada alat make up di sana, tanpa menunggu lagi aku sesegera mungkin memoles wajah ku seperti sebelum-sebelumnya. Menutupi setiap inci wajah asliku dengan topeng wajah palsuku. Setelah selesai memoles wajah, aku keluar kamar menuju ruang makan untuk ikut bergabung sarapan dengan yang lainnya. Tak nampak sama sekali wujud balok es berjalan itu sedari tadi aku keluar dari walk in closet. Aku selalu bahagia melihat suasana pagi hari di sini, dimana seisi rumah akan berkumpul untuk sarapan bersama di meja makan yang sama. Tanpa ada perbedaan antara dan para pekerjanya, semua sama di waktu ini. "Mama kenapa pakai make up itu lagi sih?" protes Malaika dengan tatapan tak sukanya saat melihat ku masuk ke ruangan itu. Hanya Raden yang menoleh ke arahku dan menurunkan kembali sendok yang berisi nasi goreng yang hendak di masukkan ke dalam mulutnya. Sementara yang lain tetap melanjutkan kegiatan sarapan mereka dan fokus dengan makanan yang ada di atas piring masing-masing. Aku berjalan mendekati gadis kecilku itu dan duduk di kursi kosong di sebelahnya, iya entah kenapa aku juga merasa sangat menyayangi anak ini. Rasa sayang yang tidak bisa di ungkapkan dengan kata-kata. "Hari ini mama mau pulang nak, nenek bisa marah besar kalau mama tidak menggunakan wajah ber-make up ini!" jelas ku. Aku melirik ke arah tuan Raden mencuri pandang di sela-sela ucapan ku tapi dia terlihat tak peduli dengan penjelasan itu. Dengan santainya dia melanjutkan menyantap makanannya. "Oh begitu, apa Aika boleh ikut ke rumah nenek?" Malaika menerima alasan yang aku berikan. "Tentu boleh dong sayang, nanti selesai sarapan kita pergi ke rumah nenek sama-sama ya!" jawabku lagi. "Hore," seru anak itu dengan gembiranya. Lagi-lagi tuan Raden tidak merasa terganggu sama sekali dengan pernyataan ku tadi. Aish benar-benar menyebalkan, aku hanya bisa membatin sendiri. "Cepat habiskan makanan mu sayang! Ingat tidak boleh berbicara ketika sedang berada di hadapan makanan!" Raden mengusap lembut pucuk kepala Malaika. "Upsy maaf papa Malaika lupa," Malaika menutup mulutnya dengan kedua tangannya, anak ini benar-benar menggemaskan. Aku kini sudah ikut bergabung dalam acara sarapan pagi bersama itu, hanya suasananya sedikit berbeda. Radit tidak ada di sini bersama kami, di mana dia sekarang? Apa dia sudah kembali ke rumah orang tuanya? Hadeh kenapa aku malah memikirkan dia sih?
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN